Corona dan Anxiety Disorder

Hampir seluruh negara di penjuru bumi sedang berperang melawan Covid-19. Virus ini biasa disebut banyak orang dengan sebutan virus Corona. Virus ini dapat merusak pernapasan di dalam paru-paru, sehingga penderita yang terkena virus ini dapat sesak napas dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Menurut situs resmi penanganan virus Corona, Covid19.go.id, angka kematian di berbagai negara akibat virus ini, tercatat pada tanggal 6 April 2020 telah mencapai angka 58.620 jiwa.

Akibat dari Covid-19 ini banyak aktivitas masyarakat terganggu. Tidak sedikit aktivitas masyarakat yang ditiadakan, seperti aktivitas jual beli, aneka jasa, dan lain sebagainya. Dan tidak sedikit juga aktivitas masyrakat yang dialihkan dengan metode daring, seperti Kegiatan belajar-mengajar, rapat, dan lain sebagainya. Melemahnya ekonomi masyarakat menjadi dampak logis dari terganggunya aktivitas mereka. Hal ini menjadi beban tambahan bagi masyarakat dalam memerangi virus Corona. Selain mereka harus berperang melawan virus, mereka juga harus bertahan hidup di tengah melemahnya ekonomi masyarakat.

Masyarakat yang masuk kategori menengah ke atas, akan cenderung tenang dalam menghadapi virus Corona, karena mereka memiliki bekal yang cukup untuk bertahan hidup selama virus Corona ini. Namun, masyarakat yang masuk kategori menengah ke bawah, selain harus berpikir untuk melawan virus ini, mereka juga harus berpikir bagaimana mereka bertahan hidup di esok hari, karena aktivitas mereka dalam mencari nafkah telah terganggu. Hal yang demikian, harusnya mulai diperhatikan oleh para pemangku kebijakan publik. Mereka harus turut dalam membantu dan melindungi masyarakat yang ada di bawah kuasanya.

Respon masyarakat terhadap orang yang terkena virus ini pun beragam. Ada yang mendoakan agar lekas sembuh, jaga jarak, dan bahkan ada yang bertindak tidak sesuai dengan kodrat manusia. Respon masyarakat yang mendoakan agar lekas sembuh dan menjaga jarak, masih tergolong dalam kategori respon yang wajar dan positif. Namun, repon masyarakat yang bertindak tidak sesuai dengan kodrat manusia, seperti mencemooh, melempari batu, bahkan membunuh penderita tersebut dengan cara menembak, termasuk dalam kategori tindakan yang abnormal, anxiety disorders (gangguan kecemasan).

Bacaan Lainnya

Anxiety disorders dibagi menjadi beberapa jenis dan yang menggambarkan perilaku di atas termasuk dalam jenis Obsessive-Compulsive Disorders (OCD). Orang-orang yang termasuk dalam gangguan ini akan memiliki gangguan pikiran yang konstan dan ketakutan yang berlebihan, sehingga orang tersebut akan melakukan kegiatan di luar batas kewajaran. Dalam hal ini, respon masyarakat yang tidak sesuai dengan kodrat manusia atau terlalu berlebihan dapat dikategorikan ke dalam jenis Obsessive-Compulsive Disorders. Oleh karenanya, perlu adanya penanganan khusus agar orang tersebut dapat sembuh dari gangguan ini.

Pembangunan Moralitas

Buya Hamka adalah tokoh bangsa yang menginspirasi banyak masayarakat melalui banyak gagasannya, terutama tentang sosial kemasyarakatan. Namun, sebelum Hamka menuangkan banyak gagasan tentang sosial kemasyarakatan, Hamka terlebih dahulu menuangkan gagasannya tentang moral. Hamka meyakini bahwa manusia dengan moral yang inheren harus diletakkan pertama kali sebelum dia berbicara tentang sosial kemasyarakatan. Sebab, manusia yang dibangun dengan gagasan moral akan mampu mencerminkan manusia yang cerdas sebagai esensi dari masyarakat yang akan dibangun. Oleh karena itu, Hamka mencoba menjelaskan bagaimana cara membagun suatu masyarakat dengan cara membangun moral dalam diri manusia terlebih dahulu.

Moral yang hendak dibangun Hamka dalam diri manusia, bersumber dari panduan dalam beragama. Hamka berpendapat bahwa agama membimbing manusia agar manusia memiliki tiga unsur dasar dalam dirinya, salah satunya cenderung berbuat kebenaran. Pada prilaku tidak wajar di atas dapat terjadi akibat keringnya moral di dalam dirinya, sehingga orang tersebut dapat melakukan tindakan yang  menyalahi moral manusia. Hal ini dikarenakan adanya degradasi dalam memahami pesan moral dalam beragama.

Maka, pemaknaan kembali nilai moral dalam beragama pada masyarakat menjadi sebuah kewajiban. Jika moral pada masyarakat telah terbangun, akan menciptakan karakter manusia yang bijaksana dalam menghadapi virus Corona ini. Selain kebijakan pemerintah penting dalam menghadapi virus ini, respon masyarakat juga jauh lebih penting. Wallahu a’lam bi al-showab.

Oleh: Yusuf Abdullah, Ketua Umum HMI Komisariat Iqbal Walisongo Semarang 2019-2020, Mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi FUHUM UIN Walisongo Semarang

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *