Penciptaan alam sampai saat sekarang masih menjadi misteri bagi para ilmuwan. Berbagai teori penciptaan alam semesta mulai dikemukakan oleh para astronomi demi mengungkap misteri ini. Salah satu teori yang terkenal adalah teori Big Bang. Teori yang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk dari ledakan dahsyat sebuah benda yang “bervolume nol” dengan kerapatan tidak terhingga. Ini sejalan dengan penjelasan al-Qur’am surat al-Anbiyaa [21] ayatt 30
Dalam al-Qur’an telah dijelaskan bahwa proses penciptaan alam semesta memakan waktu selama 6 hari (sittati ayyam). Lama penciptaan alam semesta ini disebutkan beberapa kali dalam al-Quran, seperti surat al-A’raf [7] ayat 54: “Sungguh tuhan kalian adalah Allah, zat yang telah menciptakan langit dan Bumi selama enam hari”. Ada juga di surat-surat lainnya dengan lafaz berbeda, seperti surat Yuunus [10]:3, Huud [11]:7, al-Furqaan [25]:59, al-Sajdah [32]:4, dan Qaaf [50]:38.
Enam hari penciptaan alam semesta bukanlah waktu yang berlaku seperti di bumi. Sebab, pada saat itu belum ada bumi yang mengelilingi matahari, begitupun dengan kesepakatan bahwa waktu 1 hari sama dengan 24 jam. Oleh karena itu, enam hari disini maksudnya adalah enam masa atau tahapan. Ternyata, teori Big Bang yang dikemukakan pakar astronomi Amerika Edwin Hubble dibagi dalam enam masa juga..
Untuk menjelaskan enam masa ini, surat al-Nazi’at [79] ayat 27-33 dapat menjadi rujukan:
“Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langi? Allah telah membinanya (27) Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya (28) dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang (29) dan Bumi sesudah itu dihamparkan-Nya (30) Dia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya (31) dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh (32) (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu (33).
Masa I (ayat 27, penciptaan langit pertama kali)
Pada Masa I, alam semesta pertama kali dibentuk dari ledakan besar/ Big Bang (buka surat al-Anbiyaa: 30). Ledakan dahsyat sebagaimana dijelaskan diatas, secara tidak langsung menolak pemahaman ateis bahwa alam semesta ada dengan sendirinya. Sebab, ilmu pengetahuan telah menyatakan bahwa setiap benda yang bervolume pasti terpengeruh oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu, sebelum benda yang “bervolume nol” itu ada, jelas ada pecipta dari benda tersebut.
Lagi pula, istilah benda “bervolume nol” hanya merupakan satuan teoritis untuk tujuan pemaparan. Karena jika benda bervolume nol, maka sama saja dengan tidak ada. Dengan kata lain, alam semesti ini diciptakan.
Masa II (ayat 28: pengembangan dan penyempurnaan)
“Meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta yang megembang, karena itu galaksi-galaksi terlihat semakin menjauh. Berdasarkan penelitian Hubble, ia berhasil melihat cahaya-cahaya merah antargalaksi semakin menjauh. Ini menandakan bahwa jarak antara galaksi-galaksi tersebut semakin bertambah setiap saat. Dengan begitu, jika kita menghitung mundur, maka alam semesta akan berkumpul dalam satu titik.
Sedangkan kata “menyempurnakan” menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini akan terus mengembang dan mengembang.
Masa III (ayat 29: pembentukan tata surya termasuk Bumi)
Pada masa ini, Matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi dengan planet-planet lain diciptakan. Matahari sebagai pusat tata surya dan Bumi yang berotasilah yang menyebabkan terjadi siang dan malam. Proses pembentukan tata surya sama seperti galaksi-galaksi di atas, hanya saja ukuran bendanya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya. Beda halnya dengan bulan, tidak mempunyai inti besi. Berdasarkan fakta-fakta bahwa unsur bulan mirip dengan kerak bumi. Dengan begitu disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi).
Masa IV (ayat 30: awal mula daratan di Bumi)
Penghamparan yang dimaksudkan dalam ayat 30 adalah Benua Pangea di permukaan Bumi. Seluruh daratan masih menyatu, tanpa dipotong oleh lautan. Kita bisa berangkat dari daerah yang ada di Utara ke daerah yang ada di Selatan melalui jalur darat dengan full.
Masa III dan Masa IV ini menjelaskan bahwa proses penciptaan bumi menghabiskan waktu dalam dua masa. Sebagaimana surat Fushshilat ayat 9: “Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?” (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.
Masa V (ayat 31: pengiriman air ke Bumi melalui komet)
Ayat 31 di atas menjelaskan bahwa awal mula Bumi terbentuk belum terdapat air di dalamnya. Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Bukti bahwa air berasal dari komet adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut yang sama dengan rasio pada komet.
Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Dengan adanya air ini, maka kehidupan mulai terbentuk. Kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu yang muncul di dalam air. Dengan begitu, air sering disebut-sebut dengan sumber kehidupan.
Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia
Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika Benua Pangaea mulai terpecah. Kemudian setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas.
Jika diurutkan dari Masa III sampa Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10; “Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya” Inilah kehebatan al-Quran. Jauh sebelum teori Big Bang dikemukakan, al-Qur’an sudah lebih dahulu menjelaskan proses penciptaan alam semesta. Lantas mau dengan cara apalagi kita akan percaya kepada al-Qur’an? Maa Syaa Allah, Wa Allahu ‘Alamu bi al-Shawab