Oh ibu
Ku sayang engkau
Ku cinta engkau
Ku rindu engkau
Ibu
Salahkah jika aku memilih tanggung jawabku?
Salahkah jika aku mengabaikanmu?
Salahkah jika aku memilih profesionalitasku?
Ibu oh ibu
Berat kurasa
Berat kuterima
Berat kupahami semua
Eluh menetes tanpa henti
Hati, jiwa, dan pikiran berkecamuk hingga berapi
Petir menyambar bertubi tubi hingga 150 kali
Harga diri tertekan hingga ke dasar bumi
Hancur hati ini ibu
Hancur jiwa ini ibu
Mati rasa raga ini ibu
Hingga kehidupan terasa terhenti
Kepercayaanku hilang tertelan bumi
Kebanggaanku hilang tanpa ada henti
Kekagumanku hilang sepenuh hati
Karena pengorbananku tidak dianggap hingga kini
Ternyata Aku telah salah memilih
Aku menganggap itu lebih baik daripada engkau ibu
Tapi itu hanyalah sebuah mimpi
Mimpi yang tidak akan kudapat didunia ini
Ibu
Perlu engkau tahu
Aku tidak membencimu
Bahkan aku berterima kasih padamu
Bukan engkau yang salah
Tapi orang yang tidak paham yang salah
Orang yang tidak mengerti yang salah
Orang yang tidak bisa membedakan kejujuran yang salah
Aku tidak menyesal dengan apa yang aku lakukan
Aku tidak menyesal dengan apa yang aku korbankan
Karena sesungguhnya bukan baktiku lukaku
Akan tetapi baktiku yang menyadarkanku ibu
Alhamdulillah dengan peristiwa itu
Aku semakin paham
Aku semakin mengerti
Bahwa tidak ada yang lebih baik daripada engkau ibu
Oleh: Lia Puji Lestari, Ketua Parlemen Monash Institute