“Apabila cinta ada di hati yang satu, pasti juga cinta ada di hati yang lain. karena tangan yang satu, tidak akan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain”. Cinta, salah satu dari banyak permasalahan yang dipandang cukup rumit. Ketika yang dicinta mencintai yang lain itulah hal yang paling sulit. Semua yang dipandang manis nyatanya terasa pahit. Sampai kapan rasa itu semakin membukit? Berhentilah untuk memikirkan jika tak ingin merasakan sakit.
Keberadaanku di tempat baru, aku harus memulai semuanya dari awal. Perkenalan pun menjadi suatu hal yang wajar dan harus ada di setiap kali pertemuan. Apalagi Merpati yang memperhatikanku ketika perkenalan di forum, berkomentar dan bertanya mengenai biodata diriku. Entah mengapa timbul sesuatu yang berbeda dalam hatiku. Tidak salah lagi, merpati adalah orang yang berpapasan denganku tadi pagi, di depan toko foto copy dan yang kuingat merpati membeli kertas folio dan lari terburu-buru.
Terlintas dalam pikiranku merpati belum mengerjakan tugas dan harus dikumpulkan saat ini juga. Betapa mudahnya aku berprasangka kepada orang lain. merpati yang awalnya tidakku kenal pun sempat terlintas dalam pikiran kecilku. Aku tidak menyesal, bahkan siap berlama di kesempatan kali itu. Kesempatan di mana aku bisa melihat dan memperhatikannya lebih leluasa. Tanpa ada yang tahu tentang perasaanku, seperti yang orang lain lihat bahwa aku masih anak baru dan tidak mungkin langsung akrab mengenai perasaan. Bayangkan saja, itu belum sehari aku berada di tempat itu. Dalam hati pun bertanya-tanya, siapakah orang itu, dari mana Merpati berasal, dan mengapa aku bisa kagum kepadanya. Mulutku selalu saja terbungkam, aku dan Merpati sering berpapasan namun tidak pernah menyapa sama sekali.
Kali pertama percakapanku dengan Merpati hanya sebatas sapaan singkat, jantungku tak berdetak, tubuhku kaku seketika, dan aku mendadak menjadi patung. “Kamu Naya kan? Oke, nanti kita berbicara lebih lanjut”. Di sepanjang jalan, aku terus berpikir. Apa yang membuatku terasa bahagia saat ini? Apa hanya karena sapaan dan obrolan singkat Merpati? Sadarlah, ini bukan apa-apa, Merpati hanya bertanya.
Sejak saat itu, aku merasakan sesuatu yang baru dalam hidupku. Merpati hadir dan membangkitkan semangatku. Pertama kali, aku hanya mengetahui nama dan asal Merpati. Bisa mengenal dan dekat dengan Merpati adalah harapanku yang paling besar. Iya, sekarang aku mengenalnya dan sejak itulah nama Merpati selalu hadir di setiap doaku.
Bagaimana mungkin Merpati yang mengantarku ke stasiun. Mengantarku sampai ke dalam kereta, mencari tempat duduk, dan mengucapkan “Hati-hati” lalu pergi. Semua ini terasa mimpi. Bagiku, Merpati adalah prioritasku, lebih besar, dari seseorang yang kemarin pernah hadir dalam hidupku. Apa yang sedang aku rasakan saat ini?. Mengapa aku mengaguminya, sejak kapan ini berawal dan sampai kapan ini semua akan berakhir.
Ini adalah pertama kali aku mencintai seseorang dan menyebut Namanya terus-menerus di dalam doaku. Iya aku mencintainya, tak peduli walau cinta Merpati bukan untukku. Berat rasanya, hanya menjadi pengagum rahasia, yang siap bahagia dan merasa sakit kapan pun itu. Baju, celana, sendal, di mana merpati suka duduk, dan jadwal kesehariannya pun aku tahu. Sedetail itukah aku memperhatikannya.
Tadi pagi, merpati mencegat ketika aku akan berangkat ekstrakurikuler pramuka di sekolah. Siangnya, Merpati meminta nomorku, dan sekarang Merpati lewat tepat di hadapanku. Kenapa hari ini penuh tentang Merpati? Ini akan membuat perasaanku semakin menjadi-jadi.
Bagiku Merpati memiliki paras yang lumayan, tidak begitu cakep juga tidak begitu kucel, tetapi aku tetap tertarik. Cerdas adalah kelebihannya. Bagiku Merpati itu serba bisa. Semua kegiatan apa pun merpati bisa dan siap melakukannya. Masalah otak, jangan diragukan lagi. Qira’ah dan public speaking tetap oke. Bahkan ketika mendadak, diperintah berbicara di depan umum, merpati sanggup. Aku yang sudah menyaksikannya sendiri.
Ketika banyak yang tertarik kepadanya, aku sudah mengerti. Pupus sudah semua harapanku. Aku bingung dengan perasaanku. Mudah sekali hati berubah-ubah. Di luar aku mengaku tidak mencintainya, padahal di dalam aku mengakui perasaanku. Aku memang harus sadar diri. Namun, sampai kapan keadaan ini terus seperti ini. Tapi aku yakin, rasaku sekarang, pada suatu saat nanti akan membuatku bahagia.
Teleponku bergetar, ada notifikasi masuk dari nomor yang tidak kukenal. Kubuka profilnya, terdapat tulisan Merpati di pojok kanan bawah. Haaa.. ingin rasanya aku meloncat dan berteriak bahagia, tetapi aku berusaha untuk tidak melakukannya. “Assalamu’alaikum”. Spontan langsungku jawab tanpa berpikir Panjang.
Merpati adalah orang yang pelupa dan teledor. Aku sering melihatnya meletakkan sesuatu dengan sembarangan dan tidak pada tempatnya. Mungkin Merpati lupa bahwa manusia itu sering lupa. Ketika disalahkan pun ia selalu mempunyai argumen bahwa ia tidak pernah salah. Aku pun bingung, apa sebenarnya yang dipikirkannya. Ketika sudah waktunya dibutuhkan Merpati sibuk mencari ke sana kemari. Itulah yang membuatku terasa geli dan akhirnya tertawa atas sikap konyolnya itu.
Aku masih saja penasaran dengannya. Aku mencari tahu semua media sosial miliknya. Hingga aku menemukan banyak informasi tentangnya. Ternyata Merpati adalah seniorku dan kita berasal dari sebuah Pendidikan di daerah yang sama. Bintan, sekilas daerah itu mengingatkanku akan keindahan suasananya, dingin udaranya, dan pemandangannya yang indah. Banyak pantai dan lautan, itu yang sangat aku sukai.
Tepat seminggu lagi adalah hari ulang tahunnya. Untung aku tidak telat mengetahui informasi ini. Sempat nge-stalk dan tahu mengenai tanggal lahirnya. H-3 sebelum hari itu aku sudah mempersiapkan tulisan, yang sudah kuedit untuk dikirim kepadanya, tetapi aku malu. Hingga sampai pada harinya, aku tidak mengirimkannya, padahal itu semua sudah kubuat dan kupersiapkan sebelum harinya tiba. Kebetulan saat itu hari minggu, tidak sengaja aku berpapasan dengannya. Langsung saja kuucapkan selamat itu secara langsung. Sampai saat ini dan sampai kapan pun tulisan itu tidak akan kuhapus dari teleponku. Jika Merpati membaca tulisan ini dan ingin melihatnya, tenang saja, akan aku berikan. Wallahu a’lam bi al-shawaab
Oleh: Aliatun Ifani, Mahasiswi UIN Walisongo Semarang asal Batam Kepulaun Riau