Aisyah dan Stereotip Pedofilia

Salah satu ummu al mukminin yang popular kisahnya di kalangan umat Islam adalah Aisyah yang juga dijuluki sebagai Humairoh dikarenakan pipinya yang kemerah-merahan. Akhir-akhir ini, namanya kembali banyak disebut di dalam sebuah lagu. Lagu berjudul Aisyah istri Rasulullah menceritakan kisah Aisyah bersama Rasulullah dalam posisi sebagai seorang istri.
Mungkin banyak orientalis bahkan orang Islam sendiri yang bertanya-tanya perihal pernikahan Rasulullah dengan Aiyah. Pasalnya, Aisyah dinikahkan dengan Rasulullah ketika berusia di bawah sepuluh tahun. Hal tersebut menimbulkan spekulasi buruk dari kalangan orientalis. Apakah Rasulullah seorang pedofilia? Tentunya pertanyaan itu digunakan oleh para orientalis untuk menyerang kepribadian Rasulullah dan menimbulkan keraguan pada kebenaran ajaran Islam.
Jika ditelusuri dan dianalisis, maka stereotip yang disandangkan bahwa Rasulullah seorang pedofilia adalah salah besar. Melalui beberapa bukti berikut, maka akan ditemukan titik terang yang menunjukkan bahwa Rasulullah bukanlah seorang pedofilia. Dan tentunya, pernikahan ini membawa hikmah tersendiri untuk kelangsungan dakwah Rasulullah bagi umat Islam secara luas.
Pertama, menikah di usia belia sudah menjadi kebiasaan masyarakat Arab pada saat itu. Maka pernikahan Rasulullah dengan Aisyah merupakan hal yang wajar walaupun perbedaan usia keduanya sangat jauh. Bahkan musuh-musuh Rasulullah pada saat itu pun tidak ada yang mencela perihal pernikahan Rasulullah bersama Aisyah.
Pada tahun 1895, umur minimal untuk menikah di Delaware adalah 7 tahun. Di Rusia, pada tahun 1880, usia minimal menikah adalah 10 tahun, lalu 14 tahun pada tahun 1920, dan 16 tahun pada 2007. Di Califormnia, usia minimal untuk menikah adalah 10 tahun pada 1880, lalu menjadi 16 tahun pada 1920 hingga sekarang. Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa usia standar menikah berbeda-beda sesuai daerah serta perkembangan zaman. Jadi, tidak tepat jika menghakimi Rasulullah atas pernikahannya dengan Aisyah menggunakan standar usia menikah masa sekarang.
Kedua, menikah dengan Aisyah bukanlah keinginan dari Rasulullah sendiri. Sebenarnya, pasca sepeninggalan Khadijah, Rasulullah tidak berniat untuk berrumah tangga lagi. Tetapi para sahabat yang diwakili oleh Khawlah binti Hakim mendesak Rasulullah agar menikah lagi. Para sahabat melihat bahwa Rasulullah membutuhkan pendamping hidup dalam menjalankan tugas berdakwah. Rasulullah pun melakukan salat istikharah hingga akhirnya bermimpi dua kali dengan petunjuk yang sama.
Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah diperlihatkan wajah Aisyah sebanyak dua kali di dalam mimpi. Malaikat membawa Aisyah dalam balutan kain sutera yang indah lalu mengatakan bahwa yang ia bawa adalah istri Rasulullah. Atas petunjuk mimpi tersebut, Rasulullah lalu menikahi Aisyah.
Ketiga, Aisyah memang sudah siap menjalani rumah tangga baik secara fisik maupun psikis. Imam Bukhari mendukung pendapat bahwa kesiapan ragawi merupakan salah satu tolok ukur kebolehan seorang gadis kecil untuk menikah, disamping kesiapan mental dan spiritual juga. Dalam suatu hadits dikisahkan juga bahwa Ummu Rumman (Ibu ‘Aisyah) kerapkali memberikan kurma dan mentimun untuk mempercepat proses pematangan fisik ‘Aisyah. Menurut penelitian Declan Tobin dan M. Planas, suatu daerah yang memiliki temperature tinggi menyebabkan perempuan menjadi lebih cepat mencapai kedewasaan.
Jika Rasulullah memang pedofilia, maka sudah tentu ia hanya berminat kepada anak-anak. Buktinya, istri Rasulullah yang masih belia hanyalah Aisyah, sedangkan yang lain adalah para janda yang sudah memiliki anak. Alasan ini dikuatkan lagi dengan bukti bahwa Aisyah tidak memiliki keturunan selama hidup sembilan tahun bersama Rasulullah.
Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah juga membawa dampak besar untuk dakwah Islam khususnya yang berkaitan dengan kaum perempuan.Aisyah menjadi penyambung lidah antara para sahabat dengan Rasulullah khususnya pada persoalan yang berkaitan dengan rumah tangga dan fiqh perempuan. Karena kecakapan dan kecerdasannya, Aisyah menjadi salah satu perawi hadits terbanyak yaitu 2.210 hadits. Ia menjadi sumber pengetahuan Islam terbesar sepanjang sejarah Islam yang membantu kesuksesan dakwah Islam pasca wafatnya Rasulullah hingga periode tabi’in.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pernikahan Rasulullah bersama Aisyah bukan berdasarkan nafsu belaka seperti yang dilakukan para pengidap pedofilia. Pernikahan tersebut atas dasar petunjuk Allah SWT dan bertujuan untuk kebaikan keberlangsungan penyebaran dakwah Islam. Wa Allahu a’lamu bi al showab.

Oleh : Shofiya Laila Alghofariyah, Ketua Umum HMI Komisariat FITK 2018-2019, Pengurus Corps GPII Putri Jawa Tengah

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *