Gara-gara banyak pemberitaan COVID-19 kok tiba-tiba batuk, pilek dan sesak napas ya, waduh apa aku sudah terpapar Virus Corona? Hmm bisa jadi, eits tapi jangan pernah sekali-kali mengambil kesimpulan dari sebuah permasalahan tanpa pemikiran matang terlebih dahulu ya, karena bisa jadi itu merupakan salah satu dari gejala psikosomatik. Hmm apa tuh? Yuk cari tau apa itu psikosomatik, tapi sebelumnya mari baca pengantarnya terlebih dahulu.
Memang seiring dengan merebahnya Virus Corona yang secara resmi diumumkan Presiden Indonesia pada 2 Maret 2020 lalu, keeksistensian Virus yang pertama kali diketahui berasal dari daerah Wuhan, Cina pada bulan Desember 2019 ini seketika melonjak drastis. Seluruh dunia gempar membicarakan Virus ini, bagaimana tidak? Dalam kurun waktu yang sesingkat itu Virus ini telah memakan ribuan korban diseluruh dunia, bahkan data korban yang terakumulasi selalu bertambah setiap harinya, belum lagi pertambahan jumlah orang-orang yang positif terpapar virus ini yang jumlahnya berkali-kali lipat dari yang meninggal, sungguh alam ini sedang tidak baik-baik saja.
Semua media baik cetak maupun elektronik selalu memperbarui informasi terkait Virus Corona, berbagai berita baik yang disiarkan maupun disebarkan pastinya mampu membuat kita lebih tenang, memang hal baik akan selalu ditunggu. Tentunya kita akan merasa sangat bersyukur ketika media menyampaikan jumlah pasien yang bisa sembuh dari Virus Corna. Namun, bagaimana jika media menyampaikan hal yang bertolak belakang dari itu? Seperti jumlah korban yang meninggal, pasien yang positif terpapar virus, tenaga medis yang gugur dan berbagai pemberitaan yang sama sekali tak pernah ingin di dengar oleh telinga kita? Sebagai makhluk biasa tentunya akan ada perasaan cemas dan was-was dalam diri kita, ditambah persebaran virus ini yang sangat cepat sehingga banyak dari kita yang merasa takut.
Media pun tak lupa untuk menyampaikan kepada khalayak agar senantiasa waspada dan mengenali Virus ini lebih jauh seperti bagaimana cara penularannya, apa gejala awal jika terinfeksi virus ini serta bagaimana cara mencegah virus ini. Banyak sekali artikel-artikel yang membahas bagaimana gejala awal jika terpapar virus ini yang umum disebutkan korban akan merasa pilek, batuk, sesak napas dan demam, disinilah tugas kita untuk benar-benar menyaring informasi yang datang maupun ingin diperoleh dengan sebaik-baiknya.
Alih-alih ingin mempelajari lebih jauh justru kita malah terperangkap didalamnya, saya pun heran kepada orang yang bisa-bisanya menyebar berita palsu atau Hoax disaat-saat seperti ini, banyak sudah yang terjebak oleh berita hoax yang beredar luas di dunia maya, seakan tak menyadari bahwa maraknya berita Hoax berdampak buruk bagi pembaca, salah satunya adalah rasa cemas, khawatir, panik dan stress ini terjadi bila yang kita pantau hanyalah berita yang kurang baik atau bahkan yang menyeramkan, tentu akan berpengaruh pada kondisi mental kita dan memicu timbulnya keluhan fisik dan perasaan-perasaan tersebut.
Perasaan tersebut akan membuat tubuh kita menyangka bahwa kita sedang dalam bahaya, lalu mengeluarkan hormon adrenalin dan kortisol. Secara alami, kedua hormon ini diproduksi saat tubuh merasa terancam, misalnya ketika kita sedang lari dikejar orang gila. Tujuannya adalah untuk meningkatkan respons tubuh agar siap untuk menghadapi bahaya. Namun, bila hormon ini keluar di saat kita sebenarnya dalam keadaan aman, kamu justru akan merasakan keluhan-keluhan yang kamu takutkan terjadi. Dalam kasus infeksi virus Corona, kamu bisa saja merasa sesak napas, batuk-batuk, atau meriang, padahal sebenarnya kamu baik-baik saja.
Saya pun mengalaminya ketika saya terlalu kepo dengan Virus Corona dan membaca berbagai gejala yang menjadi tanda awal terinfeksi virus ini seperti batuk, pilek, dan sesak napas, seketika saya takut dan panik, ditambah salah satu penyebabnya adalah memegang berbagai benda umum seperti gagang pintu, bangku, meja, uang dan lain sebagainya langsung pikiran saya kemana-mana. Dan malamnya dada saya terasa sesak dan napas sedikit susah, semakin panik hingga saya mengadu kepada teman saya dan dia mencoba menenangkan, bahkan sempat terlintas dipikiran bahwa ini adalah gejala Virus Corona mengingat saya baru saja melakukan perjalanan ke tempat yang cukup ramai dikunjungi orang-orang.
Karena semakin khawatir saya pun mencari berbagai sumber terkait gejala ini, ternyata ini bermula karena persaan cemas dan takut setelah membaca berbagai berita terkait Virus Corona, sehingga gejala Virus Corona dapat kita rasakan, hal ini disebut Psikosomatik, Psikosomatik adalah suatu kondisi atau gangguan ketika pikiran memengaruhi tubuh, hingga memicu munculnya keluhan fisik. Psikosomatik berasal dari dua kata, pikiran (psyche) dan tubuh (soma). Pada umumnya, psikosomatik bisa diartikan sebagai penyakit atau keluhan fisik yang disebabkan maupun diperburuk oleh pengaruh faktor mental pada diri seseorang. Psikosomatik biasanya berawal dari masalah psikologis, seperti takut, stres, depresi, atau cemas.
Jika kita merasakan gejala-gejala menyerupai COVID-19 setiap atau setelah membaca berita mengenai COVID-19, artinya keadaan yang terjadi kini telah memengaruhi kesehatan mental kita. Hal ini wajar-wajar saja terjadi, sebab dimasa-masa seperti ini dimana pemberitaan yang tiada hentinya dan kekhawatiran kita selama melakukan social diatancing dan physical distancing tentu akan memakan banyak waktu untuk berpikir dan imbasnya akan berdampak pada kesehatan mental kita. Maka dari itu kita harus tetap tenang, berpikir positif, dan menyaring setiap informasi yang kita dapat, serta mari bantu pemerintah dengan tetap #Dirumahaja dan mematuhi segala himbauan pemerintah. Tetap semangat semuanya dan ingat Allah telah berjanji
إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.
Oleh: Eva Safitri, Mahasiswi Jurusan Psikologi UIN Walisongo Semarang, Santriwati di Pondok Pesantren Ibnu Hajar, Semarang.