Lama terlewatkan masih dirasakan

Kebisingan setiap mulut dari wajah yang merengut

Hamparan dendam dan bahasan kedendaman mengalir mengikuti alunan debar jantung.

Perencanaan kebohongan untuk ke meja hijau yang tersusun rapi selalu di tampilkan dengan lambaian tangan dan tarian kebohongan.

Yang kita butuhkan adalah kelembutan usapan dari seorang kekasih.

Sudah lama terpendam, dentuman teriaknya mengalir di urat nadi

Aku rasakan suara senandungnya merembes hentakan jantung

Seperti siliwangi yang telah ratusan windu berkelana merembes ribuan galaksi detukan jantung ketika menyusuri nada irama telinga pajajaran yang tak kunjung tuntas di garap daging dan tulang yang semakin merapuh ini.

Tatkala berulang-ulang gagal dan gagal mendendangkan  lirik sendiri.

Akhirnya aku mudik ke madzhabmu. Kekasih!

Telah kuhirup semerbak nyanyian cinta kembang-kembang yang terwangi di empat penjuru bumi.

Ternyata tembangmulah yang abadi menggemakan kasih sayang di kalbu ku.Yulia.

 

Oleh: Ravan Arshad, Laki-laki yang menyukai keindahan

Baca Juga  Dirgantara di Atas Kepala

Ya Allah, Pertemukanlah Kami dengan Ramadhan

Previous article

Sepenggal Cermin: Ditikam Rindu Sendiri

Next article

You may also like

Comments

Ruang Diskusi

More in Puisi