Sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, manusia selalu melakukan komunikasi dengan manusia lainnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat pribadi maupun yang bersifat sosial. Karena manusia adalah hayawan al-nathiq, jadi karena dia punya logika, maka dia bisa memproduksi etika terbaik, termasuk dalam komunikasi. Dan itu pulalah yang membedakan dia dengan hewan.
Tentunya komunikasi yang dilakukan tidak boleh sembarangan, agar tidak menimbulkan feedback yang cukup buruk bagi kehidupan manusia itu sendiri. Hal ini sangat penting diperhatikan mengingat komunikasi merupakan hal yang paling urgent bagi makhluk sosial yang pelaksanaanya hampir setiap waktu dan keadaan.
Pada dasarnya, dalam melakukan sebuah komunikasi manusia dapat melakukannya secara lisan maupun tulisan. Dalam melakukan komunikasi lisan, seorang individu dapat melakukannya dengan cara tatap muka langsung maupun melalui media pembantu berupa telepon. Sedangkan secara tertulis bisa dilakukan melalui surat kabar maupun e-mail.
Berbagai fakta yang terjadi tentang kesalahan dalam melakukan komunikasi membuat seorang manusia sebagai makhluk individu dapat mengalami frustasi, terasing, demoralisasi maupun mengalami penyakit jiwa yang cukup berat bahkan bisa melakukan bunuh diri. Hal ini tidak bisa dianggap sebelah mata dan harus dicarikan solusi secara cepat dan tepat.
Dampak ini tidak hanya secara individu, secara sosial kegagalan komunikasi dalam melakukan interaksi dapat mengahambat rasa sensitifitas dalam hal kepekaan sehingga sulit untuk menjalin rasa saling pengertian. Sehingga, membuat hal berikutnya menjadi sulit untuk dilakukan secara berkelompok, seperti bekerja sama. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah berikutnya yaitu tidak ada keharmonisan serta sikap toleransi dalam menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan.
Dalam suatu peristiwa yang telah terjadi, kesalahan komunikasi maupun tidak jelasnya sebuah komunikasi dapat merenggut korban jiwa. Seperti hal nya kecelakaan pesawat yang terjadi pada tanggal 25 April 1980 yang merenggut 138 penumpang beserta 8 awak penumpang yang ikut serta di dalam penerbangan menuju Canary Island, Spanyol.
Kecelakaan ini disebabkan karena adanya sebuah kendala komunikasi yang terjadi antara pesawat dan pengendali lalu lintas udara yang sangat berkalang kabut. Dalam berita yang disampaikan oleh liputan 6, dijelaskan bahwa Pengendali lalu lintas udara yang menyampaikan informasi dalam Bahasa Inggris dengan logat Spanyol kental, sehingga tak jelas terdengar, menjadi salah satu penyebab kecelakaan.
Berbagai fenomena lain misalnya terajadi dalam kehidupan remaja kampus yang berbeda nada komunikasinya. Contoh saja, orang Jawa bertemu dengan orang sumatra, sulawesi, maupun Papua. Dari nada biacaranya dapat menghasilkan perkelahian yang serius apabila mereka tidak saling memahami kebiasaan mereka. Orang Jawa yang notabene lebih halus, dan orang luar Jawa yang sudah terbiasa berbicara dengan nada keras dan tinggi.
Berbagai hal harus dilakukan, khususnya mereka yang seringkali bersinggungan. Pembiasaaan yang dilakukan secara terus menerus dan perlahan memahami logat serta cara komunikasi mereka akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi. Sehingga pada akhirnya akan diperoleh kehidupan yang harmonis dan penuh warna.
Selain itu setiap individu dalam melakukan komonikasi harus menaati etika komunikasi. Etika komunikasi merupakan suatu tata aturan yang mengandung nilai guna mengatur tingkah laku seseorang yang mengarah kepada hal positif dalam hal komunikasi. Dengan adanya etika ini diharapkan lebih baik lagi cara berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
Allah SWT juga menjelaskan terkait etika komunikasi tepatnya di QS al-Hujurat ayat 2 yang berarti “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadarinya.”
Maksud penjelasan dari ayat tersebut ialah tatkala kita berbicara maka suara kita tidak boleh lebih tinggi dari suara Nabi. Apabila hal tersebut tidak dilakukan berarti kita menyamakan Nabi sama seperti orang biasa dan tidak ada lagi penghormatan baginya. oleh karena itu, merendahkan suara ketika kita berbicara dengan Nabi merupakan suatu hal yang wajib dilakukan bagi seluruh umatnya.
Pada konteks sekarang, budaya tersebut masih diberlakukan sebagai bentuk penghormatan dan sikap menghargai kepada lawan bicara. Meski lawan bicara kita adalah seseorang yang usianya lebih muda dari kita, dan mungkin secara struktural dia dibawah Kita, tapi sopan santun dan menggunakan cara yang baik dalam melakukan komunikasi tentu harus diterapkan agar Kita menjadi seseorang yang dihargai oleh orang lain.
Etika komunikasi juga diperlukan sebagai langkah awal dalam melakukan pendekatan yang baik kepada seseorang. Baik buruknya seseorang bisa dilihat dari bagaimana Ia melakukan komuunikasi kepada seseorang. Apabila dalam hal ini mengalami kegagalan pasti Ia akan dipandang kurang baik oleh lawan bicara sehingga pendekatan yang seharuusnya bisa dilakukan dan memunculkan banyak peluang hanya akan menjadi sebuah pendekatan yang memungkinkan terjadinya perpecahan.
Strategi komunikasi yang efektif, unik, dan elegan sangat diperlukan dalam hal ini, agar tujuan dan cara penyampaian komunikasi dapat tersampaikan dengan mudah dan lebih terarah serta tidak menimbulkan pertanyaan berikutnya setelah penyampaian informasi tersebut dilakukan serta tidak adanya salah persepsi bagi orang yang menerima informasi yang telah disampaikan.
Melihat begitu pentingnya etika komunikasi yang harus diterapkan oleh manusia sebagai modal awal dalam menjalankan kehidupannya sebagai makhluk sosial. Karena jika hal tersebut tersebut tidak diperhatikan secara teliti dan terperinci, kemungkinan besar setiap hari bahkan setiap detik tingkah laku bahkan bicara kita kan membuat seeorang kecewa dan sakit hati.