Ternyata, kehilangan memang benar-benar ada dan nyata. Dan faktanya lebih dramatis dari drama korea. Aku pernah, bukan lagi pernah melainkan aku tidak percaya jika rasa sakit itu akan menemuiku lagi.
Tuhan memang benar-benar adil, setelah tumbuh jatuh cinta lalu tenggelam dalam kenyamanan dan berakhir dengan sebuah luka yang endingnya sama, sering kita sebut dengan perpisahan. Ya, begitulah kehidupan, tak bisa kita pungkiri untuk tidak pernah jatuh kepada hal yang selalu saja diulang tanpa peduli bagaimana perihnya, yaitu jatuh cinta.
Jatuh cinta memanglah murni adanya, tak pernah ada yang mampu merekayasa adanya benih-benih rasa cinta itu sendiri. Entah itu dari kapan datangnya, kepada siapa, hingga akan berakhir bagaimana nantinya. Sebab, Sang Sutradara Cinta hanyalah Sang Maha Cinta.
Sebaik apapun kita pergi dan sembunyi agar tidak lagi dijatuhi rasa cinta akan tetap saja kita akan mendapatkan rasa yang bernama cinta.
Sebaik apapun makhluk Tuhan untuk tidak jatuh cinta kepada lawan jenis tapi jika Sang Maha Cinta memberikan takdir untuk jatuh cinta ia tak akan mampu memungkiri tuk tidak jatuh cinta.
Bertemu denganmu, adalah hal yang tak pernah mampu kubayangkan. Jatuh cinta kepadamu, bukanlah salah satu hal yang aku pinta. Bahkan perihal kehilanganmu bukanlah hal yang tak akan pernah mampu kubayangkan. Hidupku terlalu indah sebab kehadiranmu. Dan kamu, ajarkan aku bagaimana arti kata bahagia.
Dan kini, aku tak tahu kemana aku harus melangkah. Seolah-olah aku buta, aku tak mampu melihat apa-apa setelah aku benar-benar kehilanganmu. Ya, kau benar-benar hilang dalam hidupku tapi tidak di hatiku justru kau benar-benar masih singgah tepat di palung hatiku.
Kau dan aku, penah menjadikannya kita lalu kembali lagi menjadi dua orang asing setelah aku memutuskan tuk pergi dari kehidupan sekaligus hatimu. Entah untuk kesekian kalinya kamu mematahkan hatiku dengan alasan yang berebeda dan lagi-lagi aku memintamu tuk kembali dengan mencoba mempertahankan egoku terhadapmu. Tapi ternyata, lagi-lagi egomu dan amarahmu ternyata lebih pandai memainkan peran hingga kamu mampu meruntuhkan pertahananku.
Ya, lagi-lagi kau jadikan aku tersangka dalam kasusmu, tak pernah naik pangkat minimal menjadi saksi. Dan di awal tahun ini, lagi-lagi hatiku terpatahkan oleh orang yang sma dan hati yang sama. Bodoh, ya seperti itulah. Sesorang mampu diperbudak oleh cinta. Tak peduli seberapa kalinya tersakiti tapi masih saja tak ingin pergi.
Entahlah, aku masih bodoh dalam memahami rasa yang diciptakan Tuhan bernama cinta. Bagaimana tidak, cinta mampu mengubah tangis menjadi tawa begitu pula sebaliknya.
Dan perihal patah dalam dimensi cinta, itulah suatu konsekuensi.
Ketika seseorang memutuskan untuk jatuh cinta maka secara otomatis ia siap untuk menerima konsekuensi dari jatuh cinta itu sendiri yaitu patah. Jangan tanyakan bahagia berada dimana, sebab bahagia hanyalah bonus dari cinta. Bukan kewajiban cinta untuk memerikan rasa bahagia kepada dua manusia yang jatuh cinta.
Jika cinta memiliki kewajiban untuk memberikan rasa bahagia, lalu apa kabar dengan mereka yang hatinya terpatahkan? Seakan cinta tidak adil bukan? tapi cinta tidak sejahat itu. Cinta akan indah pada waktu yang tepat dan pastinya dengan hati yang tepat pula. Sebab cinta tidak pernah salah kemana ia berlabuh.
Lalu mengapa kita selalu takut perihal perpisahan setelah kita mampu menemukan cinta dalam bingkai kenyaman? Sebab pertemuan selalu memberikan keindahan yang tiada satupun makhluk Tuhan yang mampu menerkanya. Dan itu memang benar adanya, kita hanyalah pemeran utama dalam kisah kita sendiri. Kita tak akan pernah mampu menjadi sutradara dalam perjalanan cinta kita sendiri. Sebab, kita memiliki Tuhan Sang Sutradara terbaik sepanjang sejarah.
Tak perlu dipaksa dan tak perlu terpaksa, cukup jalani dan ikuti saja apa maunya semesta. Sebab, sebaik apapun hatimu meronta kau tak akan pernah mampu untuk mengendalikannya. Dan yang ingin patah, biarlah patah. Yang ingin pergi biarlah pergi begitu pula sebaliknya. Sebab cinta tak pernah memaksa dan percayalah, luka pasti akan sembuh.