Teologi Resistensi

Teologi Resistensi
Ist.

Apa di balik gelombang propaganda negatif terhadap Syiah? Mengapa Iran dikeroyok oleh AS dan Saudi bersama sekutunya di dunia Islam? Satu jawabannya, resistensi.

Seluruh tema teologi Syiah berdiri diatas dua doktrin utama, yaitu Tawalli yang mewajibkan kepatuhan dan doktrin Tabarri yang mewajibkan penentangan.

Syiah dalam sejarah umat Islam menjadi oposisi dan kelompok yang tidak tunduk kepada selain keluarga Nabi. Akibatnya mereka selalu menjadi sasaran intimidasi, diskriminasi bahkan genosida sejak dinasti Umayah, Abbasiyah dan Osmaniyah. Itu semua mengkonfirmasi fakta penyesatan dan pengkafiran dengan ragam tuduhan dan ujaran kebencian sepanjang sejarah sejak dulu hingga kini.

Setelah menjadi Republik Islam, resistensi menjadi dasar pandangan dan sikap resmi Iran. Objek resistensinya adalah semua entitas negara dan kelompok yang menciptakan kerusakan yang direpresentasi oleh Imperialisme AS, Zionisme, Kapitalisme dan Ekstremisme. Atas dasar itu, negara ini menolak eksistensi Israel sebagai negara di atas tanah Palestina.

AS sebagai negara adidaya yang punya kepentingan nasional dan imperialistik di dunia terutama di Timur Tengah menjadikan Israel sebagai sarana pengendali dan alasan permanen untuk intervensi. Konflik pun tak terelakkan. Iran selalu menjadi sumber berira. Semua mata penduduk planet tertuju kepadanya. Iran bersama sejumlah negara menjadi blok baru, poros resistensi. Di Timur Tengah dan dunia Islam, Suriah, Irak, Lebanon dan Yaman juga Palestina (Gaza) disebut-sebut berada di bawah pengaruh Iran. Tak hanya itu, sejumlah negara di Amerika Latin seperti Venezuela, Bolivia dan Kuba dianggap berada dalam poros resistensi.

Akibat konsistensi dalam sikap teologis politis ini, Iran menghadapi 1001 macam tekanan multidimensional yang dapat dibagi dalam sejumlah agenda konspirasi global,

Agenda pertama adalah memisahkan Iran dari Dunia Islam yang mayoritas penduduknya bermazhab Sunni dengan menciptakan kebencian sektarian dan konflik intra umat Islam melalui rezim Arab Saudi yang dihadirkan rezim tandingan yang membangun blok anti Iran melalui Turki yang dijadikan pengusik pengaruh geopolitik Iran,

Agenda kedua adalah memisahkan Iran dari pergaulan internasional melalui embargo, sanksi dan tekanan politik dengan perjanjian kesepakatam nuklir yang manipulatif dan diskriminatif.

Agenda ketiga adalah memisahkan Syiah pro resistensi dari komunitas Syiah lainnya melalui pembiayaan operasi pembusukan internal dalam semua lini dan dengan aneka cara seperti menyebarkan produk offline dan online berisikan penghinaan kepada ikon-ikon terhormat umat Islam Sunni dan penyebaran pernyataan berupa kutipan hadiis tak populer (sanad lemah) bahkan penghinan kepada Imam Ali Khamenei dan ulama-ulama kontemporer terkemuka juga konsep Wilayah Faqih sekaligus mengorbitkan sejumlah agamawan gadungan yang selalu menyampaikan pernyataan yang menyulut kebencian akar rumput Sunni – Syiah.

Agenda keempat adalah melenyapkan pengaruh resistensi Iran di Timur Tengah melalui aksi-aksi sebagai berikut:

A. Memasok kelompok-kelompok teroris yang telah dijejali dengan doktrin kebencian maksimal kepada Syiah ke Suriah demi menjatuhkan pemerintah Assad sebagai satu-satunya rezim Arab pro resistensi.

B. Menghancurkan Ansarallah di Yaman melalui invasi militer Saudi dan sekutunya dari sejumlah rezim di Teluk dan sejumlah negara seperti Sudan, Pakistan dan Malaysia.

C. Menciptakan demo-demo palsu dan kerusuhan oleh anasir bayaran di Lebanon dengan tujuan delegitimasi Hezbollah sebagai tujuan antara melucuti senjatanya dan menghapus eksistensi sosial dan politiknya melalui sanksi ekonomi.

D. Menciptakan demo-demo palsu dan kerusuhan oleh anasir bayaran di Irak demi merusak citra Hashd Sha’bi yang dicap sebagai milisi pro Iran melalui provokasi, penyebaran hoax secara masif di media mainstream dan media sosial.

E. Menyulut demo-demo anti pemerintah Iran oleh anasir bayaran di Tehran dan sejumlah kota.

Meski demikian, AS, Israel dan Barat tak pernah tak gagal memahami dunia misterius tahta keulamaan dalam khazanah Syiah. Meski berada di tengah Timur Tengah, Iran di mata Barat seolah berada di luar planet bumi. Akibatnya, segala perhitungan, analisa dan langkah-langkah yang diambil oleh setiap pemimpin Barat dalam menghadapinya tak pernah meleset dari kekeliruan dan senantiasa sukses dalam blunder.

*Oleh : Muhsin Labib.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *