Masyarakat jahiliyah tidak tepat dimaknai sebagai masyarakat yang tertinggal secara ilmu pengetahuan karena mereka memiliki kecerdasan berupa linguistik-verbal, astronomi, dan matematika. Tradisi yang dibangun sebab ketiadaan standar kebenaran yang digunakan saat itu juga bukan alasan mengapa dimaknai Jahiliyah. Dari kisah Abu Jahal, barulah kita sadar bahwa fanatisme dan sikap menutupi kebenaran merupakan salah satu alasan utama dijuluki Jahiliyah. Jika Abu Jahal fanatik dan tak mau beriman karena kecenderungan kabilah (Abu Jahal dari Bani Makhzum, Nabi Muhammad dari Bani Hasyim), lantas apa yang menyebabkan Abu Lahab (paham Nabi) tidak juga beriman kepada Nabi Muhammad? Bukankah mereka sama sama dari Bani Hasyim? 

Abu Lahab adalah saudara kandung ayah Nabi Muhammad Saw, Abdullah. Nama asli Abu Lahab adalah Abdul ‘Uzza bin Abdul Muthalib. Kemudian ia lebih dikenal dengan nama kunyahnya yakni Abu Lahab. Salah satu pendapat mengatakan diberi nama Abu Lahab karena saat marah mukanya memerah menyala-nyala layaknya api. Dalam Al-Qur’an, kata Lahab juga merujuk pada api neraka. Allah SWT berfirman;

لَا ظَلِيْلٍ وَّلَا يُغْنِيْ مِنَ اللَّهَبِۗ

“yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka.” (Q.S Al-Mursalat [77] : 31)

Abu Lahab dalam sejarah dikenal sebagai sosok yang kejam dan keras menentang Islam dan dakwah Nabi Muhammad Saw. Apa yang menyebabkan Abu Lahab sebegitu benci kepada Nabi Muhammad? Bukankah sebagai seorang paman harusnya berbangga karena dari kabilahnya ada yang mendapatkan nubuwwah yang merupakan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kabilah lain di Arab?

Baca Juga  AGAMA ADALAH NASEHAT ATAU KOMITMEN?

Setidaknya ada tiga alasan mengapa Abu Lahab memusuhi Nabi Muhammad Saw. Pertama, adanya persaingan dengan Abu Thalib. Abu Lahab dengan Abu Thalib memiliki hubungan yang kurang baik. Untuk memahami kenapa terjadi perselisihan diantara keduanya; Abu Thalib dengan Abu Lahab adalah saudara dan sama-sama anak dari Abdul Muthalib. Namun keduanya memiliki perangai yang berbeda. Abu Lahab nakal dan pernah mencuri tali emas bersama dengan beberapa temannya. Tali emas itu merupakan hadiah Abdul Muthalib untuk Ka’bah. Teman teman Abu Lahab yang ketahuan mencuri akhirnya dipotong tangannya sedang Abu Lahab tidak. Itu karena didesak oleh paman dari ibu Abu Lahab yang berasal dari kabilah khuza’ah.

Berbeda dengan Abu Thalib, ia merupakan orang yang sangat disegani, dihormati, memiliki harga diri, martabat, dan kebijaksanaan. Diantara yang menjadikan Abu Thalib sohor adalah karena ia diberi tanggungjawab untuk melayani jamaah haji.

Persaingan Abu Lahab dengan Abu Thalib dimulai ketika Abdul Muththalib hendak meninggal dunia. Ia mengumpulkan anak-anaknya dan berwasiat kepada mereka untuk mengasuh Muhammad. Abu Lahab mengusulkan dirinya untuk menjadi pengasuh Muhammad. Namun Abdul Muththalib menolak dengan jawaban yang keras. Ia berkata: “Jauhkan kejahatanmu darinya”. Itu karena sikap dan perilaku Abu Lahab yang tercela. Akhirnya Abdul Muthalib menyerahkan pengasuhan Nabi saw kepada Abu Thalib.

Tidak sampai disitu, kebencian terhadap Abu Thalib juga semakin menjadi-jadi saat ia ditunjuk untuk menggantikan Abdul Muthalib menjadi pemimpin Bani Hasyim. Persaingan memperebutkan pengaruh dan jabatan inilah yang menjadi alasan kenapa Abu Lahab membenci Nabi Muhammad Saw. Ketika Abu Thalib menjadi benteng utama Nabi, Abu Lahab adalah satu satunya elit Quraisy dari Bani Hasyim yang menyerukan untuk membunuh Nabi Muhammad Saw.

Baca Juga  Kapan Idulfitri 1442 H?

Kedua, fanatik oleh karena kecenderungan kabilah. Abu Lahab cenderung mendukung dan memberi pelindungan terhadap Bani Umayyah. Ini dikarenakan istri Abu Lahab yakni Ummu Jamil adalah saudari Abu Sufyan dari Bani Umayyah. Ummu Jamil sangat membenci Nabi dan Islam. Ia mempengaruhi suaminya (Abu Lahab) untuk juga membenci Bani Hasyim. Semakin tersulutlah Abu Lahab karena memang juga memiliki hubungan yang tidak baik dengan pemimpin Bani Hasyim, Abu Thalib.

Ketiga, ketakutan Abu Lahab dimusuhi masyarakat Arab. Abu Lahab meyakini, jika dirinya menerima Islam maka sama halnya dengan mengumumkan perang dengan masyarakat Arab. Karena Islam merupakan ajaran monoteisme sedang saat itu masyarakat Arab menganut paham paganisme. Hal ini bertentangan dan pasti memicu pertumpahan darahan.

Sebenarnya ketakutan ini tidak hanya dirasakan oleh Abu Lahab tapi juga oleh seluruh elit Quraisy. Allah SWT berfirman;

وَقَالُوْٓا اِنْ نَّتَّبِعِ الْهُدٰى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ اَرْضِنَاۗ اَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَّهُمْ حَرَمًا اٰمِنًا يُّجْبٰٓى اِلَيْهِ ثَمَرٰتُ كُلِّ شَيْءٍ رِّزْقًا مِّنْ لَّدُنَّا وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

Dan mereka berkata, “Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.” Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Q.S Al-Qashash [28] : 57)

Demikianlah masyarakat Quraisy khususnya Abu Lahab. Pada dasarnya, Abu Lahab dan orang Quraisy mempercayai bahwa Muhammad adalah Nabi namun mereka menutupi kebenaran itu (cover/kafir). Asbab Nuzul (sebab turun) surah al-Lahab menjadi saksi kepercayaan terhadap Muhammad yang kemudian mereka ingkari.

Baca Juga  Duka Sang Senja

Dikisahkan dari Ibnu Abbas, Nabi Muhammad SAW keluar menuju tanah lapang, kemudian naik ke atas bukit seraya berseru; “Yā ṣabāḥāh”, maka berkumpullah kaum Quraisy di hadapan Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW berkata: “Bagaimana pendapat kalian jika aku beritahukan kepada kalian bahwa musuh akan menyerang kalian di waktu pagi ataupun sore, apakah kalian mempercayaiku?” Mereka berkata: “Ya, kami mempercayaimu”.

Rasulullah SAW berkata: “Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan azab yang pedih”. Abu Lahab berkata:”Celaka engkau, apa hanya karena ini engkau kumpulkan kami? Lalu Allah menurunkan Tabbat Yadā Abī Lahabin wa Tabb sampai akhir surat“. Sikap menutupi kebenaran dan fanatisme itulah yang menjadikan mereka disebut sebagai masyarakat Jahiliyah.

Alwi Husein Al Habib
Ketua HMI Cabang Semarang, Presiden Monash Institute Kabinet Nova, Pengajar di Ponpes-Sekolah Alam Nurul Furqon Rembang, dan Founder Garut Bangkit Berprestasi

Puasa dan Taqwa

Previous article

Metode Tepat Menghafalkan Al-Qur’an

Next article

You may also like

Comments

Ruang Diskusi

More in Dakwah