Retorika Keuangan dan Kehidupan

Sebuah ungkapan “Uang bukanlah segala-galanya dalam hidup”. Mungkin benar, jika itu diungkapkan oleh orang yang tepat. karena ada sebagian orang yang memiliki harta. Namun ia tidak mendapatkan kebahagiaan yang diinginkan, sehingga mereka memiliki pemikiran bahwa sebuah kebahagiaan itu tidak bisa dibeli dengan uang, walaupun banyak jumlahnya.

Akan tetapi berbeda lagi jika yang mengungkapkan kata-kata tersebut adalah orang yang pas-pasan atau bahkan orang yang perekonomiannya rendah. Jika itu didengarkan secara seksama oleh orang lain, maka akan terdengar lucu dan terkesan munafik. Karena secara tidak langsung, orang yang mengatakan hal tersebut menyatakan bahwa dirinya sudah tidak membutuhkan uang lagi.

Padahal, apabila kita ingin mengamati rutinitas kehidupan manusia dalam keseharian, pada umumnya mereka itu menghabiskan waktu hanya untuk bekerja dan bekerja. Tidak lain adalah untuk mendapatkan dan mengumpulkan uang semata, demi membahagiakan keluarganya. Sadar ataupun tidak, setiap manusia melakukan hal itu dan selalu menjalaninya. Meskipun pekerjaan itu dimulai sejak pagi hingga sore, atau sebaliknya, dari sore sampai pagi hari.

Pada akhirnya, muncullah asumsi bahwa bekerja merupakan sebuah rutinitas seseorang yang biasa dilakukan. Kebanyakan orang pasti sepakat bahwa kerja keras akan terbayarkan, ketika uang yang diterima setimpal dengan yang dilakukan. Saat mendapatkan uang tersebut, ia akan merasa bahagia karena ia bisa memberi makan untuk keluarganya.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Tanpa uang, kita akan sengsara. Suka atau tidak, ini adalah suatu realita yang terjadi. Contoh kecil bisa dilihat dari kejadian dalam masyarakat. Orang yang awalnya bersaudara baik, berubah menjadi terpecah belah akibat perebutan uang dan harta warisan. Salah satu alasan terjadinya pertengkaran rumah tangga juga karena permasalahan kekurangan uang. Orang yang tadinya beragama dengan tekun, berubah menjadi seseorang yang murtad, karena diiming-imingi dengan beberapa lembar uang dan beberapa sembako yang ditawarkan oleh agama lain. Dengan syarat harus ikut atau masuk dan mengikuti agama yang dianut oleh sang pemberi sembako.

Uang adalah kekuatan terbesar (the power of money). Dengan adanya uang, seseorang bisa mengusahakan untuk mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan. Uang bisa mengubah suatu keadaan sesuai dengan keinginan sang pemegang. Bisa menjadikan suatu kebaikan dan bisa juga menjadikan  kejelekan.

Seseorang bisa menggunakan uang pada berbagai macam aspek dan keadaan. Dalam segi sosial. Kita bisa membantu meringankan orang yang tidak mampu atau orang yang terkena bencana alam. Mereka yang awalnya terlantar dan memiliki beban yang berat, bisa menjadi berkurang. Kita juga bisa melihat sedikit kebahagiaan yang bisa kita lihat dari senyuman yang terpancar di wajah mereka.

Dalam segi kehidupan. Dengan uang kita bisa beli segala keperluan hidup yang diinginkan. Mulai dari yang diperlukan keseharian, entah makanan, minuman, jajan, baju, perlengkapan mandi, dan make up. Selain itu juga, bisa membeli sesuatu yang sifatnya tidak begitu perlu, entah HP, motor, mobil, bahkan sampai rumah.

Dalam segi pendidikan. Sekolah maupun kuliah itu membutuhkan uang. Entah itu untuk membeli seragam, alat tulis, dan jajanan. Jika dalam perkuliahan, kalau anak tersebut tidak mendapatkan progam bidikmisi atau beasiswa dan sejenisnya, berati harus mengeluarkan biaya sendiri. Ada bayar UKT, buku sesuai dengan mata kuliah, laptop, dan biaya ngeprint tugas.

Dalam segi kesehatan. Seseorang yang awalnya sakit atau cacat fisiknya bisa disulap dengan sedemikian rupa. Caranya, yaitu dengan biaya yang telah disepakati, sehingga ia menjadi sehat dan normal. Bahkan, dengan uang dia juga bisa mengubah bentuk badan dan wajah menjadi sesempurna yang ia inginkan.

Dalam segi bisnis. Dengan uang kita bisa memulai sebuah bisnis yang sesuai dengan keinginan. Biasanya, yang menjadi kendala yang paling utama adalah permodalan. Bayangkan saja, saumpama kita sudah membuat rencana yang berupa rancangan yang sudah didisain sedemikian rupa. Bahkan sudah sesuai dengan pangsa pasar. Namun, terkendala dengan uang yang masih belum cukup. Semua itu hanya akan menjadi sebuah angan-angan yang berupa wacana semata.

Dengan pemaparan di atas, kita harus melihat pada zaman sekarang akan pentingnya memiliki uang. Kita hidup di dunia nyata. Jangan sampai salah dalam menentukan arah kehidupan. Kita harus melakukan sesuai dengan realita dan jangan hanya berputar dalam sebuah teori belaka. Karena sudah lama terbius atau terhipnotis akan kenyamanan dari indahnya perkataan yang menyatakan bahwa uang tidaklah segalanya.

Karena pada kenyataannya, semua gerak-gerik dan kebutuhan hidup bisa terlaksanakan dengan baik berkat adanya uang. Oleh karena itu, seseorang harus bersikap bijak dalam menentukan sebuah pegangan dan kebijakan. Paling tidak, dengan memiliki uang, kita bisa membahagiakan orang lain dengan cara memberikan dan membantu seseorang dalam menyelesaikan permasalahan perekonomian yang dialaminya.

Oleh: M. Wisnu Abdul Qodir, Mahasiswa Akuntasi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *