Puasa Melatih untuk Tidak Suka Berbohong

Salah satu hikmah puasa adalah melatih orang yang menjalankannya untuk menjadi orang yang jujur dan tidak suka berbohong. Orang yang menunaikan puasa dengan sungguh-sungguh sesuai dengan yang disyariatkan Islam, secara perlahan tapi pasti akan menimbulkan sikap jujur. Sebab, puasa merupakan rahasia antara Allah dan pelakunya sendiri, Allah sendiri yang secara langsung akan memberikan pahala.

Orang yang berpuasa dapat bersembunyi untuk minum dan makan, dan tidak ada yang mengetahui selain dirinya dan Allah. Bisa saja di rumah pura-pura berpuasa, ikut makan sahur bersama keluarga, lalu di siang hari pergi untuk makan, dan pulang kembali berpura-pura puasa. Hanya kesadaran tentang pengawasan Allah dan ikhlas menjalankan yang menjadikan seseorang kuat menjalankan puasa.

Ibadah puasa merupakan ibadah yang sirriyah atau tersembunyi. Berbeda dengan ibadah shalat, zakat, dan haji. Semuanya bisa dilihat. Ibadah puasa tidak dilihat dan karena tidak dilihat, sehingga setiap orang berpeluang untuk berbohong atau tidak jujur.

Berbohong merupakan salah satu penyakit ruhani. Menjalankan puasa dengan baik, berbagai penyakit ruhani seperti suka berbohong, dengki, hasut, iri dan sebaginya bisa dihindari. Sebab, penyakit-penyakit itu bisa menghilangkan “nilai pahala” puasa.

Orang yang suka berbohong, akan selalu membuat kebohongan-kebohan baru untuk menutup kebohongan yang sudah dilakukan. Orang yang suka berbohong, sebenarnya tidak merasa tenang. Ia terbebani dengan kebohongan yang disembunyikan.

Kejujuran perlu ditanamkan di manapun. Seiring bertambahnya usia, biasanya justru menganggap enteng kebiasaan berbohong. Bagi yang suka berbohong, barangkali satu kebohongan kecil tidak akan ada artinya, dan masih bisa dimaklumi. Padahal, semua kebohongan besar, berawal dari kebohongan yang dianggap kecil.

Berbohong bisa membuat ketagihan. Apalagi jika setelah berkata bohong tidak ketahuan. Tidak heran kalau masih saja banyak orang yang memelihara kebiasaan buruk berbohong. Padahal, suka bohong bisa membawa dampak buruk.

Puasa merupakan momentum yang sangat baik untuk pendidikan kejujuran. Ibadah puasa sendiri yang merupakan ibadah dengan sifatnya yang tidak kelihatan merupakan latihan kejujuran. Secara fisik antara yang tidak puasa dan orang yang puasa tidak kelihatan.

Selama Ramadhan, satu bulan umat Islam dilatih untuk selalu berlaku jujur dan hati-hati. Baik dalam keadaan bercanda maupun dalam urusan yang serius. Baik jujur dalam perkataan maupun jujur dalam perbuatan.

Betapa pentingnya sifat kejujuran ini, sampai di dalam Al Qur’an kata al-shiddiqu itu disebutkan sebanyak 145 kali dengan berbagai perubahan-perubahan bentuknya. Nabi Muhammad Saw. juga banyak sekali menyebutkan hadits-hadits tentang seruan untuk menjadi orang yang jujur, di antaranya hadits Ibnu Mas’ud: “Hendaklah kalian jujur, karena kejujuran akan menghantarkan kepada kebaikan dan kebaikan akan menghantarkan ke syurga.” (HR. Bukhari Muslim).

Kejujuran perlu dibudayakan. Namun untuk menjadi orang yang jujur, perlu berlatih. Sekecil apapun urusan, perlu berlatih untuk jujur. Pelaksanaan puasa dengan baik, melatih untuk jujur.

*Dikutip dari berbagai sumber.

Oleh: Dr. Al Hamzani, Dosen Fakultas Hukum Universitas Pancaaskti Tegal

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *