Pagi itu langit lebih memilih berkawan dengan kelabu, bukan biru
Langit seolah tahu bagaimana kacaunya perasaanku
Saat aku harus kembali melihat kenyataan itu, kau nampak tak berdaya dengan keadaan
Terbaring lemah di atas ranjang, diapit oleh kelambu yang kelabu
Entah apa yang kau rasa kini, aku tak paham
Sudah ku cari jawab, tapi tak kutemukan
Kini kisah kita tak lagi sama, aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan
Kita terpisah oleh jarak dan keadaan
Lidahku kelu untuk menanyakan bagaimana keadaanmu
Dulu aku masih bisa menghampirimu, melihat senyum menahan rasa sakit itu
Aku tahu, senyummu itu adalah senyum untuk mengobati pilu
Pilu hatiku yang tak bisa mengobati rasa sakit yang sedang menimpamu
Aku tak bisa membayangkan sesakit apa rasa itu, hingga kau tak mampu menyusuri jalan yang biasa kita lalui
Kau terlihat begitu lemah, kaki yang biasanya membawamu pada pertemuan kini tak mampu berjalan
Aku kehilanganmu hingga beberapa bulan, tak pernah kutemukan senyummu di halaman sekolahan
Kapankah kesembuhan itu akan datang menghampirimu?
Aku sudah lama menunggu hadirmu di ruang rindu
Hingga hari itu tiba, dengan terbata-bata kau berjalan menyusuri lorong teras depan kelas
Hatiku teriris melihat engkau yang biasanya berlari, kini harus berjalan dengan menyeret kaki
Harapku, kau bisa pulih dengan segera tanpa ada lagi cedera yang kau rasa
Bisa segera bediri bahkan berlari seperti sedia kala
Aku tak mau kisah pilu itu menimpamu kembali, kau harus bisa melawan segala lara
Biarkan kisah itu menjadi kenangan yang tersimpan rapi dalam memori, tanpa perlu kau ulang kembali