Manusia sejak dahulu-saat nilai luhur tidak jarang dikaitkan oleh nilai-nilai material dewasa ini-membutuhkan pengetahuan tentang dirinya. Sejak dahulu hingga saat ini, manusia lebih mengkaji alam daripada mengkaji diri sendiri. Padahal, kini dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, seluk beluk alam dan acaman yang datang mampu diketahui dan dapat dihindari.
Bahaya paling besar yang dihadapi manusia saat ini adalah dirinya sendiri. Manusia dapat membahayakan diri bahkan memusnahkan diri karena perilakunya sendiri. Manusia harus mengenal dirinya baik jasmani maupun rohani serta meningkatkan kualitas guna meraih kebahagiaan hidup masa kini dan masa depan. Para filosof telah mengenalkan ungkapan ”Siapa yang mengenal dirinya, dia kan mengenal Tuhannya”. Jika manusia tidak mengenal diri sendiri bahkan mampu untuk melupakan dirinya, dia akan binasa.
Harus diakui bahwa selama ini masyarakat dalam menyebut manusia yang memiliki sel telur berbeda satu sama lain. Sebagian menyebut kata wanita, sebagian menyebut perempuan. Terutama sejak nama sebuah kementerian di kabinet pemerintah berubah dari Menteri Negara Peranan Wanita atau Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, diubah menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2004. Kemudian berubah menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Apakah ada perbedaan diantara keduanya?
Secara spelling¸ perempuan dan wanita sudah pasti berbeda. Simbol-simbol bunyi yang menyusun kedua kata ini tidak sama. Namun, secara leksikal, dalam KBBI (2008) tidak ada perbedaan antara perempuan dan wanita. Perempuan dimaknai sebagai wanita dan istri. Artinya, makna perempuan dan wanita adalah sama secara semantik.
Makna perempuan dan wanita
Secara epistimologi, perempuan berasal dari kata per-empu-an (empu) yang memiliki arti ahli atau mampu, jadi secara epistimologi, perempuan merupakan seorang yang mampu melakukan sesuatu. Perempuan mampu untuk melaksanakan peran, baik sebagai anak, istri, ibu dan anggota masyarakat. perempuan merupakan panggilan dari raja atau orang yang dihormati pada zaman kerajaan dahulu.
Sedangkan wanita berasal dari bahasa Jawa wani ditata yang berarti manusia yang bisa diatur. Wanita tidak memiliki kebebasan dalam mementukan kebijakan karena wanita hanya mampu menjalankan instruksi sesuai arahan tanpa bisa membela diri maupun memberontak dalam menjalankan aktivitas. Selain itu, dalam bahasa Sanskerta kata wanita berasal dari kata wan dan ita yang berarti yangdinafsui. Wanita ditinjau dari bahasa sanskerta memiliki makna sebagai objek yang bisa dinafsui dimanapun dan kapanpun.
Secara ontologi, perempuan dan wanita sama yakni makhluk ciptaan Tuhan yang secara alamiah memiliki organ reproduksi yakni memiliki payudara, vagina, kelenjar susu dan rahim serta dapat mengalami menstruasi, hamil (mengandung), melahirkan anak dan akan menyusui anak.
Begitupun sama halnya perempuan dan wanita secara aksiologi, perempuan dan wanita sama-sama merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki sifat memelihara bagi penghuni alam semesta. Salah satu sifat yang menjadi fitrahnya adalah sifat ke-ibu-an yang telah tertanam secara alamiah dan melekat pada diri perempuan. Sifat ke-ibu-an seorang perempuan memiliki sifat pengasih dan penyayang sesama makhluk. Inilah yang merupakan sifat ke-Ilahi-an pada perempuan.
Sesuai dengan makna filosofi diatas maka kata perempuan lebih tepat digunakan dalam menggambarkan manusia yang memiliki sel telur karena mengandung konotasi yang positif. Sedangkan kata wanita seharusnya tidak digunakan karena cenderung berkonotasi negatif dan lebih memposisikan manusia sebagai objek tanpa kebebasan.