Kesehatan mental merupakan sektor penting dalam mewujudkan kesehatan tubuh secara menyeluruh. Namun, hal ini sering diabaikan oleh banyak orang, khususnya para perempuan. Menurut penelitian Homewood Health United Kingdom, 47 persen perempuan berisiko tinggi mengalami gangguan mental dibanding dengan 36 persen pria. Hampir dua kali lebih mungkin perempuan didiagnosis depresi dibandingkan dengan laki-laki. Budaya patriarki juga masih mendarah daging di masyarakat. Anggapan bahwa laki-laki lebih mendominasi daripada perempuan belum juga hilang dipikiran masyarakat, misalnya saja perihal kepemimpinan. Tidak sedikit masyarakat yang masih menganggap bahwa perempuan tidak mampu menjadi pemimpin. Padahal, antara laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi seorang pemimpin. Stereotipe ini lah yang semestinya dihapuskan karena dapat berpengaruh pada kesehatan mental seorang perempuan. Sebelum membahas lebih lanjut perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu kesehatan mental?
Melansir dari websit resmi Menteri Kesehatan, kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
Menurut Our World in Data sedikitnya ada 5 gangguan kesehatan mental, di antaranya gangguan kecemasan, depresi, bipolar, skizofrenia, hingga perilaku makan. Dan yang paling rentan terkena gangguan kesehatan mental adalah perempuan
Berdasarkan fakta diatas yang menyebutkan bahwa perempuan merupakan seseorang yang paling rentan mengalami gangguan kesehatan mental, lantas apa saja yang menjadi penyebab hal itu terjadi?
Pada dasarnya, perempuan memiliki peran ganda dimana ia tidak hanya berkecimpung dalam ranah domestik saja akan tetapi dalam ranah publik juga. Dalam ranah domestik, perempuan lebih banyak terlibat dalam pengasuhan anak dibandingkan pria. Hal ini masih menjadi kultur masyarakat di sekita kita, meskipun ada juga yang tidak namun itupun tidak banyak. Salah satu faktor penyebab terjadinya gangguan kesehatan mental ya ini. Banyak juga masyarakat yang masih menganggap bahwa mengasuh anak adalah tugas seorang istri padahal itu adalah tugas berdua antara istri dan suami. Dalam hal ini keadilan gender perlu ditegakkan lagi agar tidak salah paham terkait tugas antara laki-laki dan perempuan.
Penyebab lainnya yang dapat mempengaruhi gangguan kesehatan mental adalah kenyataan bahwa kasus kekerasan maupun pelecehan seksual hampir selalu terjadi pada perempuan dan anak-anak. Perempuan yang mengalami pengalaman traumatis lebih rentan terkena PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) dan dampak mental jangka panjang.
Terkadang tuntutan lingkungan juga dapat mempengaruhi kesehatan mental, misalnya saja beauty standard. Penelitian menunjukkan bahwa hampir 80 persen perempuan pernah mengalami gangguan makan akibat stres maupun keinginan untuk diet. Hal tersebut dapat memicu eating disorder hingga masalah mental lain.
Tingginya risiko akan gangguan kesehatan mental tersebut saya harap sesama perempuan dapat saling terbuka. Hal itu bisa dimulai dengan terlibat pada kegiatan support group maupun mencari sumber dukungan dari keluarga dan orang terdekat.
Melalui kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, saya yakin bahwa perempuan akan lebih mampu menjadi pribadi positif yang memiliki tujuan, optimisme, kepercayaan diri, pemikiran positif, serta penghargaan tinggi pada diri sendiri.
Maka dari itu, sebagai kaum perempuan marilah kita jaga kesehatan mental kita dengan baik. Abaikan segala hal yang sekiranya dapat merusak mental kita.