Mungkin sudah hampir ratusan wanita yang menjadi obyek puisi romansnya. Entah bisikan jin dari mana, ia bisa merangkai kata indah hanya dengan melihat gadis-gadis. Sebut saja namanya Opu, laki-laki biasa yang sedikit manis ketika tersenyum.

Objek kajian puisinya seolah metamorfosa. Sikap gadis yang cuek menjadi seorang yang peduli kepada dia. Entah sihir apa namanya itu. Hingga suatu hari, ia temui gadis yang biasa, tak ada sesuatu yang istimewa untuk menjadi bahan seninya. Namun anehnya, waktu menemukan mereka dalam rasa yang sama.

Itulah sihir yang dinamakan cinta. Sulit ditebak ia akan berubah jadi apa. Bisa benci atau rindu. Bisa pergi atau datang. Mungkin ini termasuk ilmu yang menjadi rahasia tuhan.

Bunga, gadis berjilbab dengan seribu tanda tanya besar, menjadi misteri tersendiri bagi Opu semenjak Bunga hadir ikut menulis cerita kehidupan di lembar kehidupan.

Bunga bukanlah gadis pertama yang membuat hari Opu menjadi berbinar. Sebelumnya ada Citra, seorang gadis berkacamata dengan suara khas cemprengnya. Kedekatan mereka seperti dua sejoli yang sudah saling mengiyakan tanda hati. Namun, ternyata itu hanya perasangkaan manis Opu saja. Takdir berkata lain, Citra pergi dengan sejuta kebahagian bersama orang lain.

Sakit dan tersenyum adalah dua hal yang berbeda bahkan berlawanan. Tetapi, keduanya harus disatukan agar memperlihatkan ia adalah sosok pria yang kuat. Sudah saatnya ia membunuh rasa dan harapan, membiarkan taman di hati kering. Untuk kemudian hari, ia tanami dengan bunga baru yang bisa mengisi kekosongan bunga di taman.

Baca Juga  Racun Komunitas

Tak begitu lama dari saat itu, tuhan menuntun Opu bertemu dengan takdirnya, Bunga. Sikap acuh Opu seakan menjadi jamuan Bunga. Hebatnya, Bunga punya cara sendiri menyikapi hal tersebut. Semisal. melakukan peneroran dengan ribuan chat yang membuat Hp Opu berisik.

Rasa yang tuhan anugrahkan kepada Opu membuat dunia Opu dipenuhi mutiara sajak. Hingga terlahirlah Sebuah sajak:

“Bukan malam yang menghantui hidupku. tetapi rindu. Bukan Matahari yang bersinar, tetapi raut wajahmu yang berbinar. Apa kabar gejolak hati? Ku dengar dari pohon beri, esok kau akan bosan dengan sikap dingin dan akhirnya pergi mencari kehangatan diri. Jangan pergi! Percayalah, rasaku tak sedingin sikapku.”

Oleh: Si Opu, Pengejar Fajar

Berawal Dari You Tube, Septi Punya Skill Makeup Yahud

Previous article

“Sesederhana Pagi”

Next article

You may also like

1 Comment

  1. ?

Ruang Diskusi

More in Zetizen