Menjadi Santri Canggih

Menjadi Santri Canggih

Santri yang cerdas adalah santri yang memiliki kualitas tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari segi keimanan, keaktifan dan masih banyak lagi karakteristik seorang santri cerdas. Tidak menutup kemungkinan bahwa semua santri memiliki karakteristik seperti yang demikian tersebut karena, menjadi santri itu tidaklah mudah, namun apabila dikerjakan dengan keikhlasan pasti sesuatu itu akan terasa lebih mudah dan menyenangkan. Menurut para ahli, pengertian santri adalah panggilan bagi seseorang yang menimba ilmu pendidikan agama Islam selama kurun waktu tertentu dengan jalan menetap di Pondok pesantren.

Ada beberapa penafsiran kata santri yang banyak dikenal, antara lain: orang yang sedang menuntut ilmu (KBBI), kata santri berasal dari bahasa tamil dan memiliki arti: guru mengaji (Johns). Dari pernyataan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa arti dari santri adalah panggilan untuk seseorang yang menimba ilmu pengetahuan tentang agama dan menetap di Pondok pesantren.

 Di zaman yang semakin modern ini pemikiran setiap orang  pasti semakin modern dan canggih juga termasuk para santri masa kini yang memiliki ilmu. Tidak hanya ilmu akhirat, para santri juga memiliki ilmu dunia  dengan memiliki banyak keunggulan yang didapatkan ketika menimba ilmu di pesantren sehingga kebanyakan orang tua ingin memasukkan anaknya ke pesantren. Oleh karena itu, kita sebagai santri tidak perlu risau ataupun gelisah menjadi seorang santri karena seorang santri itu lebih banyak memiliki keunggulan daripada anak-anak yang menimba ilmu di pendidikan pada umumnya.

Namun realita yang terjadi pada saat ini ialah banyak santri yang telah lama menimba ilmu di pesantren, namun ilmu yang dimilikinya belumlah terlalu melekat di ingatannya. Alhasil yang terjadi setelah lulus dari pondok ketika ditanya oleh masyarakat baik itu kerabat hingga keluarga itu sendiri, dia tidak banyak menjawab hanya menjawab “saya lupa dengan pelajaran ini”. Lalu apa yang terbesit dipikiran kita ketika mendengar pernyataan tersebut? Tentu kita merasa heran dengan pernyataan seperti itu karena pada umumnya seorang santri yang telah lama menimba ilmu di pondok  tentu sudah memiliki banyak ilmu.

Sebenarnya hidup di pondok sangatlah menyenangkan, tapi kebanyakan orang berpikiran bahwa hidup di pondok terlalu mengekang atau memaksa. padahal kalau kita pintar untuk mngambil hikmah dari semua itu, semata-mata kebaikannya kembali keapada kita sendiri, dan semua itu juga hanya butuh pembiasaan saja dan yang paling penting adalah keikhlasan. Keikhlasan itu juga menjadi salah satu pemicu kita untuk dapat menjalani hidup bahagia.

Adapun tipologi dan karakteristik pondok peserta secara garis besar dapat dilihat pelayanan pondok pesantren itu sendiri kepada santri bahkan kepada masyarakat. Adanya pelayanan pondok pesantren yang menyediakan sarana-sarana perkembangan pribumi muslim para santri di samping itu juga berupaya untuk memajukan masyarakat yang sejalan dengan cita-cita dan kemampuan pondok pesantren.

Adapun tumbuh dan berkembangnya pribumi muslim para santri dan perkembangan pondok pesantren untuk memajukan masyarakat bersumber dari beberapa faktor. Baik itu dari dalam maupun dari luar pondok pesantren, sesuai denga apa yang dikatakan oleh suyata bahwa:” seharusnya Pondok Pesantren mengusahakan terciptanya hubungan timbal balik dengan pihak-pihak diluar Pondok Pesantren.”

            Sebenarnya hubungan ini merupakan suatu kebutuhan Pondok Pesantren dapat menjaga eksistensi Pesantren dan eksistensi bersama masyarakat secara keseluruhan, yang pada akhirnya akan mampu mendorong tercapainya program Pondok Pesantren secara lancar, Irchamni Sulaiman mengatakan bahwa: “Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan agama yang umumnya bersifat tradisional, tumbuh dan berkembang di masyarakat pedesaan-pedesaan melalui proses sosial yang unik”.

            Dengan demikian maka Pondok Pesantren merupakan lembaga sosial pendidikan masyarakat yang pada perkembangannya mampu berperan sebagai agen perubahan (agent of change) terhadap masyarakat sekitar, maka secara perlahan-lahan Pondok Pesantren mengadakan perubahan pada sistem pengorganisasian pengajaran maupun Pondok Pesantren itu sendiri, dan sejalan dengan hal itu ilmu pengetahuan umum diajarkan secara resmi, menguak doktrin tradisi masa lampau yang seakan-akan mengharamkan hal tersebut untuk dilakukan.

Adapaun lembaga Pendidikan yang ada di dalam Pondok pesantren yang mengajarkan kita untuk terus bersyukur atas apa yang telah kita dapatakan. Selebihnya juga mengajarkan tentang berusaha dengan disandingi kesungguhan yang besar untuk mencapai satu tujuan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh salah satu mahfudzhot yang berbunyi :” barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dapatlah ia.” Serta masih banyak lagi pelajaran-pelajaran yang didapatkan setelah menjadi santri.

Masalah yang terjadi pada santri mengenai kualitasnya ialah ketika sudah lulus dari pondok pesantren. Hal ini bersumber dari tolak pikir yang dialami oleh pribumi muslim, para santri yang memiliki pola pikir yang sangat bertolak belakang terhadap kenyataan. Sehingga menimbulkan sifat keterpaksaan yang mana tiap kali melakukan sesuatu dilakukan dengan keterpaksaan.

Oleh karena itu, pola pikir yang seperti ini harus diubah dan mengubahnya dengan pola pikir yang lebih baik seperti ketika melakukan sesuatu dilakukan dengan ikhlas tanpa ada rasa keterpaksaan sama sekali, sehingga ketika santri menerima sesuatupun, baik itu dari segi pendidikannya hingga kehidupan sehari-harinya. Santri mestinya terus berusaha dengan bersungguh-sungguh, sehingga santri akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Maka berbanggalah ketika menjadi santri, karena santri dapat melakukan perubahan di era globalisasi ini.

Oleh: Ulya Indarini, mahasiswi Prodi Ilmu Al-quran Tafsir UIN Walisongo Semarang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *