Planet Nufo

Baladena.ID, Rembang – Pesantren-Sekolah Alam Nurul Furqon atau yang lebih dikenal dengan sebutan Planet NUFO seolah tak lelah berlari. Walaupun yang sangat diandalkan oleh pesantren dan sekolah alam yang didirikan oleh Dr. Mohammad Nasih, M.Si. al-Hafidh ini adalah kekuatan ustadz/ahnya yang berpendidikan pascasarjana, tetapi secara fisik juga terus berkembang pesat. Pada usia yang masih sangat muda, belum sampai lima tahun, kawasannya makin luas, tempat-tempat tinggal dan belajar para santri-murid juga nampak makin banyak dan beragam. Suasananya juga sudah sangat ramai, penuh dengan aktivitas belajar, latihan, bekerja, dan bermain. Tentu saja semuanya itu membutuhkan pendanaan yang tidak kecil. Lalu dari manakah sumber pendanaan Planet NUFO? Ini sangat penting, agar jalan serupa bisa dicontoh oleh lembaga-lembaga pendidikan lain yang ingin melakukan akselerasi.

Untuk mengetahui itu, Baladena.id melakukan wawancara eksklusif dengan suami dr. Oky Rahma Prihandari, Sp.A., M.Si.Med. yang akrab disapa dengan Abah Nasih atau Abana. Berikut petikan wawancaranya:

Baladena.id: “Planet NUFO nampak makin besar ya, Bah. Setiap kali saya datang ke sini, pasti ada sesuatu yang baru. Sekarang sudah ada banyak gazebo kayu jati yang dipakai aktivitas belajar dan mengaji para santri-murid ini.”

Abana: “Pokoknya sekuat tenaga, kita harus terus memberikan yang terbaik. Anak-anak di sini harus tumbuh dan berkembang dengan pesat. Makanannya, walaupun tidak mahal, tetapi harus mengandung gizi yang cukup dan seimbang. Dan proses pendidikannya juga harus terselenggara secara optimal. Semua itu membutuhkan tempat dan fasilitas yang memadai. Terutama guru-guru atau ustadz/ah yang mumpuni. Sebab, ini kan fokus pada dikdasmen. Maka fungsi pendidikan sangat penting. Panduan untuk mereka sangat diperlukan. Maka sejak awal, saya siapkan guru-guru dengan kualitas terbaik. Bahkan banyak di antaranya yang memang benar-benar lulusan atau wisudawan terbaik. Jadi bukan hanya klaim saya ini. Dan semuanya adalah aktivis-aktivis mahasiswa. Mereka adalah lulusan LK II dan SC di HMI. Alhamdulillah. Jadi, mereka adalah pengkader. Memiliki pengalaman melakukan kaderisasi dalam dunia mahasiswa.”

Baladena.id: “Nah, tentu untuk memberikan fasilitas terbaik itu membutuhkan biaya yang besar. Dari mana dana itu didapatkan? Dari orang tua murid, atau ada juga donator-donatur gitu?”

Baca Juga  Jalan Pantura Jadi Neraka Para Pengendara

Abana: “Wah, kalau mengandalkan dana bulanan santri-murid, tentu saja tidak cukup. Ada sumber-sumber lain untuk menopang kebutuhan keuangan yang kian hari kian besar. Untuk membiayai pendidikan para ustadz/ah yang saya minta studi lanjut di program pascasarjana, menambah tempat tinggal, tempat belajar, sarana prasarana lain, dan kebutuhan-kebutuhan harian lainnya. Sementara, kami menerima santri-murid dari beragam latar belakang. Ada yang mampu, ada juga yang tidak mampu. Prinsipnya, pendidikan adalah hak seluruh anak. Dan kami tidak mau menghalangi mereka, dari aspek apa pun. Apalagi karena keuangan orang tua mereka. Maka yang mampu ya membiayai sendiri anaknya, sedangkan yang tidak mampu, kami beri subsidi. Bisa memilih membayar semampunya. Tetapi juga ada pilihan Rp. 0. Tidak dipungut sama sekali. Syaratnya sederhana sekali. Surat keterangan tidak mampu dari RT. Dan kami tidak pernah mengecek, surat itu asli atau palsu.”

Baladena.id: “Nah itu dia. Lalu untuk menutup kekurangan itu dari mana?”

Abana: “Pertama, kami mendirikan Planet NUFO ini dalam rangka melakukan sinergi. Para pendidik di sini adalah mahasantri saya di Rumah Perkaderan dan Tahfidh al-Qur’an Monasmuda Institute Semarang. Awalnya, mereka saya tawari untuk terlibat dalam pendirian Planet NUFO. Saya tawarkan kepada mereka bahwa mereka akan saya beri beasiswa pinjaman studi S2 kalau mereka mau menjadi pendidik. Dan mereka setuju. Kalau lulus S2, mereka boleh memilih. Mau tetap di sini, atau mau keluar memilih tempat lain. Kalau mau tetap di Planet NUFO, saya seleksi ulang. Sebab, saya hanya memerlukan orang-orang yang benar-benar memiliki kualifikasi membesarkan NUFO dalam jangka panjang. Sampai hari kiamatlah, pokoknya. Mereka bersedia. Nah, biaya ini kan sudah saya siapkan sejak awal saya mendirikan Monasmuda Institute. Saya juga punya teman-teman yang memiliki visi sama. Mereka bantu saya.”

Baladena: “Membeli tanah dan membangun rumah kan perlu dana besar, Bah?”
Abana: “Ya ada lagi sumber lainnya. Tanah paling timur itu punya saya. Luasnya tidak sampai 2000 meter2 itu. Ini modal awal. Samping baratnya punya ibu saya. Yang ini lebih dari 2000 meter2. Dan yang paling barat, ada gedungnya itu tanah dari istri saya. Dia diberi uang oleh ibunya 1M, kemudian dizakati 20% walapun bukan Syi’ah, dan saya gunakan untuk beli tanah itu. Sebab, kami menganggap itu uang temuan. Sebab, tiba-tiba dikasih duit oleh mertua saya. Hahaha. Jadi lahan beberapa rumah dan kos-kosan mertua saya kena tol. Ya lumayanlah ganti untungnya. Hahaha. Di antara gedung Monasmuda Institute itu juga disumbang oleh mertua saya. Mertua superlah ini ceritanya. Hahaha. Ada juga teman saya yang wakaf tanah.”
Baladena: “Wah, kalau ini susah nirunya ya.”

Baca Juga  Beasiswa Kuliah, Menghafal al-Qur'an dan Kewirausahaan Monasmuda Institute Semarang

Abana: “Ada yang bisa ditiru. Kami pelihara sapi, domba, dan bebek. Budidaya jamur maggot, dll.. Saya juga tetap menanam tebu. Kebutuhan sayur-mayur sebagiannya dipasok oleh salah satu mentor di Planet NUFO. Itu kan semuanya menghasilkan uang juga. Itu juga menjadi sumber pemasukan untuk menghidupkan mesin yang menggerakkan Planet NUFO.”

Baladena: “Mengajukan sumbangan ke mana gitu?”

Abana: “Tawaran banyak. Teman saya kan cukup banyak juga yang di institusi pemerintahan. Anggota Dewan malah lebih banyak lagi. Saya sering kasih ceramah di BI di Jakarta. Dan di antara mereka menawarkan agar saya mengajukan proposal. Tapi saya bilang, saya tidak melakukan itu. Sejak awal, kami bertekad untuk tidak meminta kepada siapa pun. Jadi, kami tidak pernah membuat proposal permohonan dana. Sekali pun. Sebab, kami mau mendidik dan memberdayakan. Kalau kami sendiri tidak berdaya, bagaimana mau memberdayakan orang. Maka kami berusaha sekuat tenaga untuk benar-benar mandiri. Di antara prinsip dasar di Planet NUFO adalah mandiri secara intelektual dan finansial. Kalau kami sendiri tidak mandiri secara intelektual, bagaimana mau mendidik agar santri-murid jadi alim? Dan kalau kami adalah peminta-minta, mental anak-anak didik kami yang pasti sudah rusak karena melihat sikap kami yang kehilangan takwa. Kan tidak meminta-minta adalah di antara ciri ketakwaaan. Ayatnya wa tazawwaduu fainna khayra al-zaadi al-taqwa, berbekallah kalian, karena memiliki sebaik-baik bekal itu indikator ketakwaan. Begitu pemahaman yang benar pada ayat ini. Kita ini punya tujuan besar, dan untuk itu diperlukan dana sebagai modal awal. Seperti orang mau haji dalam konteks ayat itu. Kalau mau pergi haji, harus bawa bekal. Kalau tidak punya bekal, bisa kleleran di jalan. Di sana bisa kelaparan. Nah, haji artinya kan menuju. Kita membangun lembaga pendidikan juga karena punya tujuan. Maka harus punya bekal yang cukup. Baru kalau di tengah jalan ada yang menambah perbekalan, kita terima saja dengan senang. Tapi tetap ada syaratnya.”

Baca Juga  TPA Islam Mellatena Semarang Adakan MABIT

Baladena.id: “Apa itu syaratnya, Bah?”

Abana: “Syaratnya berat. Tidak boleh ikut campur. Mertua saya yang menyumbang milyaran pun di awal saya beri ketegasan, tidak boleh ikut campur dalam penyelenggaraan proses kaderisasi di Monasmuda Institute. Dan ibu saya, beliau ini dosen saya dan senior saya di HMI lo, tidak ikut campur sampai hari ini. Beliau pegang komitmen sehingga saya tetap bisa independen. Kalau orang yang tidak terlibat dalam proses harian, tapi hanya karena pernah nyumbang lalu ikut-ikut ngatur dan menentukan, wah bisa repot urusannya. Saya tidak mau itu. Kalau mau nyumbang ya nyumbang saja. Percaya saja pada kami, bahwa kami sudah memiliki visi yang mantap, missi yang andal yang akan mengantarkan kami kepada tujuan besar. Kalau mau ikut silakan. Mereka yang ikut itu kami anggap sebagai orang-orang beriman. Beriman kepada Allah, Rasulnya, dan juga percaya kepada kami sebagai kelompok orang yang memiliki tujuan baik. Saya ambil perspektif ini dari makna umum al-Taubah: 105.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (al-Taubah: 105)

Dengan begini, saya tidak memiliki beban sama sekali. Semua berjalan dengan baik. Tidak ada yang ngatur-ngatur kami. Kami bisa melakukan kreasi dan inovasi dalam banyak aspek. Kami mau ubah kurikulum yang sesuai, bisa kami lakukan tanpa harus menenggang siapa pun. Kitab apa yang kami gunakan, metode apa lagi yang kami terapkan, kami tidak perlu takut. Yang penting, kalau itu kami akan bisa lebih membuat capaian belajar lebih, pasti kami lakukan. ***

Amalan-Amalan Menjelang bulan Ramadhan

Previous article

Upaya Hukum dalam Penyelesaian Kasus Kepemilikan Setifikat Tanah Ganda

Next article

You may also like

Comments

Ruang Diskusi

More in News