Tuan tidak ada di sini
Membuat kontras antara nyata dan imaji
Ketidakmungkinan memprediksi pertanda kaki tiada mampu berdiri
Ataukah memang sebatas bayangan di pelupuk mata ini?
Sungguh, kehakikian Tuan menjadi persoalan
Terkadang ada, namun menikam
Terkadang tiada, namun dipertanyakan
Nampaknya, atas sebab ketidakpastian
Hingga muncul guratan gelisah di hati terdalam
Mungkin langit sanggup memberi jawaban
Fenomena alam dapat menunjukkan
Siapakah yang akan menerka rasa
Tentang apa yang menjadi rahasia semesta
Tuan pasti akan datang
Sebagaimana ketetapan itu berjalan
Keyakinan selalu terukir
Meski fakta terkadang mangkir
Tidak apa, sebab hal itu tidak akan sanggup meruntuhkan rasa
Anggap saja sebuah noda-noda kecil dari percaya
Yang mewarnai semesta di jagad raya manusia
Waktu tidak enggan mengajarkan
Pun tidak enggan melewatkan
Penantian panjang tentang Tuan
Sudahkah muncul percikan tanda?
Tanda yang mampu mengeja rasa?
Ahh,, Tuan pasti tidak akan mengelak jua
Sebab segalanya tak segan menuduhkan
Biarkan sembilu itu hadir
Sekejap menyusup bak ahli peretas sandi
Nyata dan imaji perihal Tuan akan selalu terkenang
Pada masa-masa kelam ini di sanubari
Tidak masalah, apakah ia memporak-porandakan hati
Demikian, karena dianggap sebagai bagian dari cobaan
Yang pada akhirnya mengalir kebahagiaan
Ejaan semesta tentang rasa semakin besar
Memosisikan diri sebagai teman sepermainan
Bukan fatamorgana, melainkan nyata adanya
Tuan akan ada di sini
Menjauhkan jarak perihal kekelaman ini
Memenangkan senja di penghujung hari
Membentangkan harapan tanpa ilusi
Iya, karena hati tidak lelah menanti
Tuan akan kembali
Oleh: Yumna Myesha, Pelenyap lara, pecandu rindu