MEMBANGUN KESALEHAN SPIRITUAL DAN KESALEHAN SOSIAL

Bulan Ramadhan 1439 H telah tiba, ummat Islam di seluruh dunia menyambut dengan bergembira dan bersuka cita, termasuk ummat Islam yang ada di Indonesia, kegembiraan diwujudkan dalam bentuk perhelatan acara karnaval di masing-masing daerah dengan adat budaya yang sangat menarik, walaupun ada kejadian bom di beberapa kota di Indonesia tidak menyurutkan ummat Islam untuk melaksanakan dan memeriahkan Ramadhan. Memasuki bulan Ramdahan hari pertama, Masjid dan Mushola penuh sesak dengan jamaah untuk melaksanakan shalat wajib dan shalat sunah lainnya, diantaranya shalat tarawih dilanjut kegiatan ibadah yang lain untuk mengisi bulan suci ini.

Suasana Ramadhan kali ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, dikarenakan tahun ini tahun politik di mana ada momentum Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada) baik Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur maupun Bupati, Walikota dan Wakilnya masing-masing, suasana ini akan semakin meriah dengan berbagai acara di bulan Ramadhan yang akan diselenggarakan oleh masing-masing Tim Sukses Calon Kepala Daerah, tujuannya adalah meraih simpati masyarakat dan tentunya agar dipilih, itu semua sah-sah saja dan tidak dilarang, selama tidak bertentangan dengan aturan main yang telah ditetapkan.

Ramadhan adalah salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada sang pencipta yaitu Allah SWT, hal ini sesuia dengan firmanNya dalam Al Quran Surat Al Baqarah Ayat 183 yang Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertaqwa. Ada tiga terminologi yang sering dibahas setiap datangnya bulan suci ramadhan yaitu, Al Quran, Puasa dan Taqwa. Kita ketahui bahwa Al Quran turun pada bulan suci ramadhan, al quran sebagai pedoman hidup manusia yang dimensinya dunia dan akhirat, sehingga pada bulan suci ini banyak dimanfaatkan untuk mengkaji al quran, sehingga bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bulan puasa merupakan bulan yang dimanfaatkan secara individu untuk meningkatkan spiritualitas.

Momentum membangun kesalehan individual sangat tepat di bulan suci ini, dengan melaksanakan ibadah puasa merupakan bagian dari perintah Allah yang harus dijalankan dengan dasar keimanan. Memaknai puasa tidak hanya secara syari menahan makan dan minum serta hal-hal yang membatalkan puasa saja, akan tetapi kita bisa memaknai lebih jauh lagi yaitu merasakan secara fisik bagaimana orang yang kurang mampu secara ekonomi manahan rasa lapar ketika belum makan, sehingga memunculkan rasa empeti yang berimbas pada peningkatan rasa syukur dan kepedulian terhadap sesama.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Taqwa merupakan tujuan dari ibadah puasa, Secara bahasa arab, taqwa berasal dari fiil ittaqa-yattaqi, yang artinya berhati-hati, waspada, takut. Bertaqwa dari maksiat maksudnya waspada dan takut terjerumus dalam maksiat. Hal ini mengandung arti bahwa esensi taqwa adalah tidak hanya membahas soal ibadah ritual saja akan tetapi juga aplikasi muamalah, bergaul dan ajaran untuk melakukan kebaikan-kebaikan antar sesama manusia dengan mengharap ridlo Allah SWT, disisi yang lain taqwa berorientasi guna mencegah manusia untuk menghidari dari hal-hal yang dilarang oleh Allah karena takut akan dosa dan azab Allah. Oleh karena itu bagi orang yang dapat menjalankannya akan mulia di sisi Allah, sesuia dengan firmanNya “Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian” (QS. Al Hujurat: 13).

Adapun karakter orang bertaqwa telah digambarkan dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 2 sampai dengan 4, karakter orang bertaqwa diantara adalah menafkahkan sebagian rizqinya. Dalam bulan ramadhan ini dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dalam bentuk sosial, dengan melatih kesalehan sosial diharapkan fakir miskin dapat merasakan kepedulian yang disalurkan oleh kaum berada. Membangun kesalehan sosial perlu dilatih sejak dini artinya melatih rasa peduli bagi sesama harus diajarkan dari anak-anak, sehingga kelak dewasa akan terbiasa membantu antar sesama. Kesadaran ini perlu ditumbuhkan dan dibangun oleh individu maupun kelompok, dalam hal ini adalah instansi dengan tujuan mengorganisir untuk membantu sesama.

Membangun keslehan individual dan kesalehan sosial harus secara bersama-sama, tidak dipisahkan, jika tidak seiring maka akan timpang, karena implentasi kesalehan spiritual adalah dalam bentuk sosial, sedangkan kesalehan sosial bagian dari ajaran agama secara spiritual sesuai dengan al quran surat al baqarah ayat 3 “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka” dalam konteks ayat ini sudah jalas antara kesalehan spiritual/individual dan kesalehan sosial tidak dipisahkan, Allah memerintahkan untuk mendirikan shalat (kesalehan spiritual/individu) kemudian memerintahkan untuk menafkahkan sebagian hartanya (kesalehan sosial). Kedua karakter tersebut merupakan bagian dari ciri-ciri orang bertaqwa.

Semoga di bulan suci ini, kita dapat membangun kesalehan spiritual/individual sekaligus kesalehan sosial demi meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dan muaranya adalah konsisten di bulan-bulan selain ramadhan tetap semangat melakukan akativitas ini demi ummat dan bangsa.

Oleh: Mukharom, Dosen Fakultas Hukum Universitas Semarang (USM) dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *