Manajemen Hati di Era Corona

nu.or.id/Istimewa

Beberapa minggu ini, dunia sedang diguncang dengan wabah penyakit yang menyebabkan populasi manusia berkurang. Wabah tersebut bernama virus corona atau disebut juga Covid 19. Para peneliti menyebutkn virus ini berasal dari Wuhan, China pada tahun 2019. Banyak sekali hal-hal yang berubah ketika virus tersebut sudah semakin meluas penyebarannya. Virus tersebut menyebar melalui kontak fisik dan juga benda-benda yang digunakan secara bergantian. Saat ini, virus tersebut sudah menyebar luas ke Indonesia dan merenggut beberapa nyawa penduduk Negeri Khatulistiwa.

Dari berbagai artikel maupun berita yang beredar di surat kabar maupun internet, menyebutkan bahwa rata-rata korban yang meninggal maupun yang terpapar virus tersebut disebabkan mereka memiliki riwayat perjalanan ke negara-negara yang sudah terpapar virus tersebut atau melakukan kontak langsung dengan orang-orang yang sudah terpapar virusnya.

Sebenarnya, penyebaran virus ini bisa diputus mata rantai penyebarannya jika pihak pemerintah dan rakyat sama-sama melakukan sinergi. Dalam hal ini, pihak pemerintah harus mengeluarkan kebijakan disertai dengan sanksi tegas bagi pelanggarnya. Sementara itu, rakyat harus mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah serta memanage kondisi jiwa dan nurani masing-masing.

Bagaimana sikap orang Indonesia dalam menghadapi Covid 19?

Akan tetapi, fenomena yang terjadi di Indonesia tidaklah sesuai dengan idealitas yang ada. Seharusnya, apabila sejak awal pemerintah sigap dan tanggap dalam menghadapi ancaman virus tersebut maka, penyebarannya tidak akan terus meluas bahkan mungkin mata rantainya bisa terputus. Di lain sisi, penduduk Indonesia dalam menghadapi hal ini menjadi orang yang bisa dibilang apatis. Mereka adalah orang yang paling ngeyel dan merasa paling kuat untuk melawan virus tersebut.

Lihat saja dua pekan lalu ketika pemerintah mengeluarkan maklumat agar aktivitas di instansi dan juga lembaga pendidikan diliburkan. Dengan santai dan wajah tanpa dosa mereka malah memanfaatkan hal tersebut untuk bersenang-senang dan liburan ke tempat wisata maupun mudik ke kampung halaman. Alhasil, hari demi hari jumlah Orang dalam Pemantauan (ODP) dan juga Pasien dalam Pemantauan terus bertambah bahkan beralih status ke arah yang lebih bahaya lagi (beberapa dikatakan sudah positif).

Sepekan setelah maklumat tersebut dikeluarkan, beberapa dari mereka masih saja memberontak bahkan tidak menghiraukannya sama sekali. Hingga pada akhirnya lewat kuasa-Nya Allah kembali mengingatkan mereka dengan jumlah orang yang meninggal terus mengalami peningkatan. Hingga pada akhirnya kondisi Indonesia saat ini sudah benar-benar mengkkhawatirkan. Maklumat yang awalnya hanya diberlakukan dalam jangka dua pekan kemudian diperpanjang hingga waktu yang tidak ditentukan.

Disinilah, kita harus mengambil ibrah tersendiri bahwa saat ini Allah telah menurunkan musibah bagi hamba-hambanya yang telah melanggar hukum alam maupun syari’at yang berlaku atau memberikan peringatan bagin hamba-Nya untuk terus meningkatkan ketaqwaan. Andai saja penduduk Indonesia mau menaati maklumat yang dikeluarkan, dan pemerintah menegakkan sanksi tegas bagi pelanggar maka, keadaan Indonesia tidak akan sedarurat saat ini.

Kita harus menghindari tempat-tempat keramaian atau tempat yang terdapat banyak orang berkumpul. Selain itu, menghindari kontak fisik dan rajin mencuci tangan serta menjaga kesehatan dengan beberapa hal yang sudah dianjurkan. Ketika hal tersebut sudah dilaksankan dengan benar maka, kemungkinan besar skala penyebaran virus tersebut akan menjadi lebih kecil.

Akan tetapi, hal yang kita jumpai ialah adanya beberapa ulama’ atau da’i yang ikut menentang adanya maklumat tersebut. Padahal, Rasulullah sendiri mengajarkan kita untuk melakukan ikhtiar semaksimal mungkin kemudian barulah bertawakal kepada-Nya. Nah, hal di atas merupakan suatu bentuk ikhtiar  yang dapat dilakukan. Begitulah kiranya alur yang harus dilakukan agar sampai pada muara terakhir yaitu berserah diri kepada Allah.

Banyak diantara mereka yang salah dalam menafsirkan kedatangan virus ini atau bahkan tidak mau mengikuti aturan yang keluarkan pemerintah dan beberapa instansi yang ada. Contohnya saja ketika beberapa masjid ditutup dan menganjurkan jamaahnya untuk sholat berjamaah di rumah. Beberapa penduduk Indonesia bahkan kalangan ulama’ malah memberikan komentar negatif tentang adanya hal ini. Diantaranya ialah “masak lebih takut sama corona daripada sama Allah”

Contoh di atas merupakan hal yang terjadi akibat adanya manajemen hati dan beberapa penafsiran yang salah dalam menyikapi virus corona ini. Oleh karena itu, sebagai penduduk Indonesia dan jajaran pemerintah yang baik maka, kita harus melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Menaati tata aturan yang berlaku dan harus ikhtiar semaksimal mungkin. Inilah musibah yang diturunkan oleh Allah sebagai peringatan bagi seluruh makhluk-Nya agar tersadar dari hal-hal yang jika mereka lakukan itu tidak berfaedah.

Bagaimana cara memanajemen hati?

Manajemen hati ini harus dimulai dengan niat semata-mata untuk mengharap ridho Allah swt.. Memperbaiki hubungan dengan Sang Pencipta agar hubungan kita dengan ciptaan-Nya selalu dijaga begitupula diri kita agar terus dijaga dari segala macam marabahaya yang ada. Karena dialah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

Apapun yang terjadi kita harus yakin bahwa ini merupkan bentuk kasih sayang-Nya kepada makhluk di bumi. Percayalah, pasti ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil dari kejadian ini. Beberapa diantaranyaa ialah kita semakin sering berdo’a kepada Allah, tambah dekat dengan keluarga dan tambah optimal dalam menjaga kesehatan.

Hal tersebut merupakan suatu tindakan dari manajemen hati yang kemudian melahirkan pikiran yang positif atau sering disebut dengan positif thinking. Dengan positif thinking  inilah diharapkan kita selalu berhusnudzon kepada siapapun, terlebih pada Dzat yang telah menciptakan kita dan memberikan kenikmatan yang luar biasa.

Manajemen hati selanjutnya ialah menggerakan anggota badan agar bisa melakukan usaha-usaha terbaik dengan menaati tata aturan yang ada kemudian menyerahkan semua urusan kepada Sang Pemilik Semesta. Karena Dialah Yang Maha Pencipta dan Pemilik seluruh alam. Maka dari itu, kita harus yakin bahwa semua ada jalan keluar dari segala usaha yang telah kita lakukan apabila do’a selalu disertakan dala setiap langkahnya.

Manajemen yang terakhir ialah menghilangkan rasa cemas yang terlalu berlebihan dalam menyikapi hal ini. Karena mengapa? Ketika kita terlalu cemas membuat pikiran kita lemah dan hanya berdiam diri dan takut ngapa-ngapain. Padahal, ketika pikiran atau mindset kita lemah akan berdampak pada tubuh kita. Hal ini dapat mempengaruhi sistem imun yang ada di dalam tubuh. Ketika hal ini terjadi maka, hanya sakit yang akan melanda serta produktifitas keseharian kita menurun.

Dari beberapa hal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, manajemen hati yang baik akan menghasilkan pola pikir yang baik pula. Ketika pola pikir kita sudah baik maka akan berdampak pada perilaku kita. Itulah pentingnya manajemen hati agar kita tidak menjadi orang yang sembrono dalam mengambil keputusan.

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *