Kebebasan memperoleh informasi dan perkembangan teknologi di era milenial menjadi dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Pasalnya kemudahan mengakses informasi hadir karena adanya perkembangan teknologi. Pertumbuhan media massa era sekarang tidak mampu dibatasi oleh siapapun, terlebih dengan dukungan perkembangan teknologi yang semakin canggih.
Perkembangan teknologi ini ditandai dengan kedudukan smartphone di kehidupan masyarakat yang tidak bisa dipadang sebelah mata. Kepemilikan smartphone kini telah merata, tidak mengenal usia dan strata, dari anak kecil hingga orang tua, dari masyarakat biasa hingga mereka yang kaya. Hampir semua punya.
Penggunaan media smartphone yang luas ini telah melahirkan budaya baru di kalangan masyarakat. Budaya baru yang dimaksudkan ialah ketergantungan semua aspek kehidupan kepada fungsi smartphone. Ketergantungan tersebut nampak dari perkembangan setiap fitur dan layanan internet yang kian tahun kian bermacam-macam.
Media berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia. Sebagai contoh, dahulu jika seseorang ingin membuat masakan ala luar daerahnya seseorang harus menyimaknya di tayangan televisi dan atau membeli buku-buku resep. Namun, di era sekarang, semua cukup diakses melalui smartphone. Contoh lain, dahulu seseorang ingin memberitahukan informasi penting kepada anggota keluarga yang lain, seseorang akan datang secara langsung atau viat telepon/SMS. Namun, di era milenial seperti sekarang ini, komunikasi antarkeluarga atau silaturrahmi bukanlah hal yang sulit dilakukan. Cukup menggabungkan mereka dalam satu ruang group whatshapp, misalnya, semua urusan beres. Jika ingin mahir mendekorasi rumah tidak perlu pergi ke konsultan desain ruangan, cukup mengakses melalui smartphone.
Contoh di atas menunjukkan bahwa teknologi media telah mengambil bagian dari peran individu dengan individu yang lain. Seiring perkembangan teknologi media kini menyisihkan konsekuensi tersendiri baik positif maupun negatif. Sebagaimana Burhan menjelaskan bahwa media berpengaruh kepada masyarakat dengan banyak cara. Oleh karena itu, benar saja bahwa teknologi bukan hanya sekadar alat bantu melainkan budaya.
Tingginya penggunaan masyarakat terhadap informasi melalui smartphone sulit terkontrol. Disadari atau tidak perkembangan teknologi tidak hanya memberikan informasi, hiburan, tetapi juga mempengaruhi ideologi. Jika ideologi positif maka hal ini menguntungkan masyarakat, namun jika sebalikanya maka perlunya budaya baru yang mampu mengimbangi dan membantu masyarakat mengnyaring informasi.
Budaya baru yang harus ditumbuhkan ialah literasi media. Didasarkan atas semakin pesatnya informasi yang datang dari media smartphone baik yang positif maupun negatif dan tidak imbang dengan filterisasi media secara baik, maka literasi media juga berlaku pada konsumen media online atau media baru.
Literasi media merupakan kemampuan untuk memahami, menganalisa, dan mendekonstruksi pencitraan media. Kemampuan ini diharapkan agar konsumen media (termasuk anak-anak dan remaja) melek dan bijak terhadap penggunaan media dan informasi yang diakses maupun diperoleh. Selain itu tujuan literasi media ialah untuk melindungi konsumen yang rentan dan lemah terhadap dampak penetrasi budaya media baru.
Tidak semua konsumen media mampu melakukan literasi, terlebih anak-anak dan remaja yang notabene ialah belum bijak dalam menerima informasi bahkan menggunakan media. Karena itu, sangat penting peran orang tua tidak hanya sebagai pendamping tetapi juga tutor. Selain itu, aktualisasi literasi media butuh peran masyarakat. Peran tersebut dapat berupa individu kepada individu, individu kepada kelompok, dan kelompok kepada kelompok.
Kelompok inti yang sangat dekat secara psikologis dan ideologis ialah keluarga. Karena itu, keluarga harus menjadi wadah untuk saling mengingatkan dan memantau penggunaan smartphone dan fitur-firturnya. Peran keluarga dalam aktualisasi literasi media ini diharapkan mampu membendung gempuran informasi negatif dan ketergantungan diri terhadap media. Peran keluarga tidak serta merta efektif jika tidak ada dukungan dari masyarakat.
Ketiga komponen individu, keluarga, dan masyarakat harus saling bersinergi karena masyarakat ialah lingkungan luas yang mempengaruhi individu, keluarga membangun ideologi individu, sedangkan individu ialah core dalam aktualisasi literasi. Sehingga media tidak sekedar sebagai fasilitas tetapi juga identitas. Dengan kata lain, identitas ialah pemanfaatan media betul-betul menggambarkan diri sebagai individu yang baik. Karena itu, gerakan untuk literasi media perlu digalakkan untuk membangun masyarakat yang cerdas (smart soceity).