Cahaya fajar pagi mulai menampak parasnya. Menghangatkan jiwa yang kedinginan oleh sejuknya udara pegunungan di teras rumah. Setiap pagi tak henti membuat bunga-bunga bermekaran dibarengi suara kicauan burung yang mamanjakan telinga. Kenikmatan pagi yang tak terlewatkan ini sungguh menjadi penuntun perjalanan hidup untuk mewujudkan mimpiku.
“Nak, ayo sarapan dulu.” Suara ibu memanggil mengajakku sarapan.
Aku pun segera pergi ke meja makan untuk sarapan bersama keluarga. Suap demi suap masuk ke mulutku. Dengan penuh kenikmatan sampai tak terasa perut ini cukup terisi dengan makanan bergizi. Makanan yang dibuat dengan cinta dan kasih sayang. Alhamdulillah. Sarapan ini menjadi modal untuk mendapatkan energi pagi.
Waktu sudah menunjukan pukul 06.30 WIB. Segala aktivitas pagi pun mulai bergantian hadir di antara warga desa. Tidak peduli anak sekolah ataupun pekerja sawah. Aku pun bergegas untuk berangkat menuntut ilmu di sekolah tempat anak-anak yang sedang puber belajar.
“Bremmmmmm. Bremmmmm.” Suara motorku yang sedang kupanasi untuk mengantarku pergi ke tempat belajar dan bersosialiasi.
**
“Teeeeet. Teeeeet. Teeeeeeeeeet!” Bell sekolah berbunyi dengan keras.
Para siswa yang di luar kelas bergegas masuk ke ruang kelas. Aku yang sedari tadi sudah duduk di pojok depan sembari menunggu guru pertamaku yang masuk kelas, tiba-tiba dikejutkan oleh seseorang yang menghampiriku dan duduk di sampingku. Tak ku sangka setelah perkenalan singkat, ternyata orang tersebut adalah temanku waktu duduk di bangku sekolah dasar. Rocky, namanya.
Tidak lama kemudian, seorang guru masuk kelas dengan membawa buku absensi dan alat tulis seadanya. Disebakan karena pertemuan pertama di kelas, ibu guru meminta seluruh siswa untuk perkenalan terlebih dahulu di depan kelas.
“Ayo Mas yang di pojok depan maju. Perkenalkan diri,” kata Bu Guru Anita.
Tidak kuduga, perkenalan dimulai dariku sebagai siswa yang duduk di pojok sebelah kanan. Dengan gagah berani, aku pun maju untuk memperkenalkan diri kepada yang ada di dalam kelas.
Satu demi satu, siswa bergantian memperkenalkan diri. Tiba-tiba mata terhenti melirik. Perhatianku tertuju kepada seorang perempuan yang bersuara lembut dan begitu mempesona. Ia begitu anggun.
“Hallo perkenalkan. Nama saya Felly Aprilia Denita. Biasa dipanggi Felly. Saya tinggal di Desa Songko,” kata perempuan itu. Aku pun memperhatikan seluruh geraknya.
Dia ternyata anak desa sebelah yang berada di seberang kecamatanku. Menurut gemuruh info yang kuterima, ia termasuk siswa yang cerdas dan berprestasi saat masih duduk di bangku SMP.
“Pucuk dicita ulam pun tiba.”
Jam istirahat telah tiba, aku dan Rocky pergi ke kantin untuk makan siang. Kami pun makan sembari membicarakan kenangan waktu di bangku sekolah dasar. Tak sengaja, Felly duduk di kursi samping tempat aku makan.
Tidak lama kemudian, aku memanggil dia untuk memulai perkenalan lebih dalam. Ternyata ia adalah seseorang yang baru pindahan dari kota metropolitan DKI Jakarta. Itu karena ayahnya yang ditugaskan di Desa Songko. Ayah Felly adalah seorang polisi. Mereka sudah satu bulan di Desa Songko. Felly anak kedua dari tiga bersaudara. Adiknya kelas 3 juga sekolah di SD yang ada di Songko, sementara kakaknya masih bekerja di kota metropolitan.
“Jatuh cinta tak kenal waktu”
Perkenalan yang cukup indah. Sungguh tak terasa telah menghabiskan waktu istirahat layaknya kedipan mata. Sangat cepat. Ada bahagia yang tidak bisa dijelaskan kala melihat paras ayunya. Mungkin ini yang dinamakan cinta. Sebuah pertemuan yang tak ku sangka-sangka dan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, jika ternyata itu pertemuan yang menghadirkan perasaan bernama cinta.
Aku masih bertanya-tanya apakah ini benar-benar yang dinamakan cinta? Gemetar campur bahagia tatkala aku berhadapan dengannya. Sorot matanya memancarkan sebuah ketenangan dan mampu meyakinkanku bahwa dialah orang yang akan selalu membahagiakanku.
“Teeet… teeet”. suara bel tanda selesai istirahat. Aku menghiraukan suara bel tersebut. Setelah sepuluh menit barulah kemudian kita pun berjalan bersama menuju kelas. Begitu sampai depan pintu aku melihat ibu walikelasku sudah di meja guru. “Aduh, telat nih,” keluh kesahku di dalam hati datang telat di hari pertama. Akan tetapi, aku sangat bahagia karena sudah berkanalan dengan Felly lebih dalam.
Aku yang datang terlambat harus terkena hukuman bernyanyi di depan teman-teman kelas dan perkenalan. Sungguh benar-benar pengalaman yang tidak ku inginkan. “Hmmm…. Aku akan di cap murid yang buruk nih”. Pikirku sambil kecewa dihadapan wali kelasku karena datang terlambat.
‘Teeet… teeet….teeeeet…” tanda kelas berakhir telah dibunyikan oleh petugas. Aku dan Rocky pulang bersama. Rumah Rocky tak begitu jauh dari sekolah. Aku memutuskan untuk mampir ke rumahnya sebentar. Aku menceritakan bagaimana perasaanku ke Felly sambil menunggu senja datang. Rocky mendukungku untuk mendapatkan Felly.
“Gaan, kamu sudah cocok sama dia. Segera tembak yaa. Jangan lupa traktirannya. Hehe…,” kata Rocky dengan penuh semangat.
“Hehe. Siaaap, Ki. Aku pamit pulang dulu yaa,” jawabku sambil nggeloyor meninggalkan Rocky, karena senja sudah datang. Aku seperti orang mabuk. Bahagia, senyum-senyum sendiri di jalanan.
Jarak rumahku dengan sekolah yang cukup jauh hingga memakan waktu kurang lebih dua puluh menit menjadikan semngat ku untuk menutut dan menggali ilmu lebih dalam. Oleh karena itu, bersikeras untuk sekolah.
Kini sepertinya aku akan lebih semangat lagi, karena telah hadir malaikat penyamangat hidup di dalam kelasku. Aku sudah tidak sabar untuk berjumpa dengan esok hari. Sementara senja hari ini sudah hampir lenyap.
Waktu sudah menunjukan pukul 21.30 WIB. Aku baru kepikiran, ternyata belum mempunyai nomor Felly. Aku pun menge-chat Rocky untuk meminta nomor Felly, barangkali dia punya. Terntara Rocky tak punya juga.
Rocky hanya punya nomor temannya yang bersama dia yang pas di kantin. Aku pun meminta nomor temannya yang bernama Puji. Tanpa berbasa basi, aku pun mengirim chat ke Puji untuk meminta nomor Felly. Akupun mendapatkan nomor Felly. Tapi karena hari sudah terlalu malam, saya memilih untuk menyimpan rinduku agar besok mendapat obat yang paling ampuh secara langsung.
Belum genap sehari, rinduku sudah memuncak. Dia telah benar-benar mencuri hatiku. Akupun tidur bersama kerinduanku kepada gadis itu. Gadis yang baru aku lihat pertama kalinya pagi tadi. Aku punya rencana untuk gadis itu besok pagi. Aku ingin malam ini segera berlalu.