Kekuasaan yang Menolong

Pada tahun 99 H, kekhalifahan Bani Umayyah sedang dilanda kesedihan karena telah kehilangan pemimpinnya yang ke-7, Sulaiman bin Abdul Malik bin Marwan ( 674-717 M).

Di balik kisah pilu ini ada cerita menarik, yakni tentang pengganti tampuk kepemimpinan Bani Umayyah setelah wafatnya Sulaiman bin Abdul Malik. Pada masa hidupnya, penasihat negara (Raja’ bin Haiwah) memberikan semacam masukan agar sang khalifah me nunjuk pengganti jauhjauh hari mengingat kondisinya saat itu sudah cukup tua. Maka, sang penasihat itu bertutur dengan sangat me yakinkan: “Wahai Amirul Mukminin, di antara sekian amal yang dapat menjadikan engkau terjaga di alam kubur dan menerima sya – faat dari Allah kelak ialah jika engkau meninggalkan untuk umat Islam pemimpin (khalifah) yang adil. Maka siapa gerangan pilihanmu?” . “Aku melihat (memilih) Umar bin Abdul Aziz”, jawab sing kat Khalifah yang memerintah dari 715-717 M.

Keputusan memilih Umar bin Abdul Aziz (682-720 M) ini berarti mengabaikan saudara dan pu – tranya untuk lebih mengedepankan aspek kompetensi. Saat itu juga Sulaiman me – nulis surat wasiat berisi tentang pemimpin pengganti yang ditunjuknya. Surat ini ber sifat rahasia, hanya kalangan menteri dan keluarga istana Khalifah Sulaiman yang tahu isinya. Singkat cerita, khalifah ke-7 ini pun dipanggil di sisi Allah SWT. Setelah jenazah Sulaiman diurus, masyarakat ber – bondong-bondong ke masjid guna menyaksikan siapa sosok yang ditunjuk oleh Sulaiman menggantikan posisinya yang tertera dalam surat wasiat. Detik-detik pun berlalu mem – buat jantung masyarakat berdecak lebih kencang.

Raja’ bin Haiwah pun berseru: “Bangunlah Wahai Umar bin Abdul Aziz. Sesungguhnya namamulah yang tertera dalam surat wasiat ini! .” Respons mengejutkan pun disampaikan oleh Umar bin Ab dul Aziz. Bahwa ia menolak jabatan tersebut dengan mengatakan: “Aku tiada pernah me minta jabatan ini, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi .” Sungguh ini sikap yang langka yang ditunjukkan oleh Umar bin Abdul Aziz di tengah kecenderungan manusia yang “gila” takhta. Mas ya – rakat pun terpana dengan sikap luar biasa Umar. Akhirnya, Umar pun menerima jabatan ini dengan sikap rendah hati dan penuh kesedihan (menangis). Air ma tanya bu kanlah buatan, me lainkan eks presi kejujuran. Dasar dan orientasi Umar bin Abdul Aziz dalam meng gantikan khalifah sebelumnya sangatlah elegan dan penuh dengan kebijaksanaan.

Tak ayal, dalam peme rin tahan nya, masyarakat sa ngat se nang de ngan gaya ke pe mim pinannya yang sederhana, adil, dan berwibawa. Model kepe mimpinan seperti ini bisa di se – but sebagai model ke pemim pin an yang menggunakan ke kua saan se bagai penolong ba nyak orang. Dari sekelumit cerita di atas, dapat digambarkan betapa mengemban kekuasaan (amanah) itu berat. Namun hari ini kita menyaksikan betapa mengemban amanah itu sangat “murah” dan mudah. Hal ini ter cermin dari ribuan bahkan jutaan orang berlomba-lomba me – man taskan diri untuk menjadi pengemban amanah rakyat, padahal mereka hanya ber modalkan ketenaran dan ke kuatan finansial belaka, minus prestasi. Jangan-jangan mereka ini memandang amanah bukan sesuatu yang harus ditunaikan de ngan baik, melainkan sebagai cara instan untuk kaya ra ya dengan mengatasnamakan rakyat untuk menilap hak rakyat dengan mudah? Entahlah.

Berbicara amanah sangat erat kaitannya dengan kekuasa an. Melalui kekuasaan itulah, amanat dititipkan dan dapat diwujudkan. Toto Tasmara (2006) menjelaskan bahwa kekuasaan dapat menjadi bahan bakar meniti kehidupan yang lebih baik dan progresif. Namun, jika jatuh pada sosok yang sombong dan arogan, kekuasaan itu tidak akan memberikan dampak positif. Yang ada justru akan menimbulkan malapetaka; kekuasaan dijadikan legitimasi untuk menindas rakyat kecil. Ini juga sesuai dengan sebuah hadis. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah dua ekor seri gala yang lapar dikirimkan pada seekor kambing itu lebih berbahaya daripada tamaknya seseorang pada harta dan kedudukan dalam membahayakan agamanya. “ (HR. al-Tirmidzi).

Syarat Pemimpin

Lantas pertanyaan yang kemudian muncul adalah, adakah syarat atas indi kator pemimpin yang akan menjadikan kekuasaan yang d emban sebagai pe nolong? Ada beberapa sya rat wajib seorang pemimpin yang harus di penuhi agar ke kuasaan yang diemban dapat menolong banyak orang. Pertama, shalih dan mus hlih. Ar tinya shalih dan mushlih di sini tidak merujuk pada ke lamin, tetapi juga di kontek s tualisas i kan sehingga ber mak na pe mim pin baik (shalih) dan bisa mem per – baiki (mushlih). Indo ne sia butuh orang baik dan bisa mem – perbaiki, sebab sering kali orang baik belum tentu, jika tak ingin dikatakan tak becus, bisa memperbaiki keadaan. Mi sal nya, tokoh agama yang di per sepsikan se bagai sosok yang baik dan bersih masuk par tai tertentu, be lum tentu bisa membasmi ko ruptor yang ada di ling ka rannya.

Karena itu, kita meng ingin kan pemimpin yang tidak hanya shalih, namun juga mus hlih . Shalih dan mushlih di sini sa ngat beraneka ragam as pek nya; bisa shalih dalam aspek sosial, politik, ke budayaan, aga ma, dan lainnya. Dalam kon teks agama, Imam Al-Gha zali (w. 1111 M), sebagaimana dikutip Dhiauddin Rais (2001) menegaskan: “Agama adalah poros, dan penguasa adalah pen jaga, dan sesuatu yang tidak ada penjaganya akan hancur.” Jadi, pemimpin mushlih akan meng artikan jabatan bukanlah ke hormatan atau untuk mencari pundi-pundi uang, mel ain – kan beban dan tanggung ja wab yang harus ditunaikan dengan baik. Kedua, tidak memiliki be ban di masa lalu.

Beban masa lalu dalam konteks ini adalah ke cu rangan atau dosa (korupsi dan sejenisnya). Kita sangat paham betul bahwa pemimpin yang lahir dari proses yang tak sehat akan berdampak pada kebijakan yang diambil. Alih-alih membela rakyat lemah, yang ada justru ia terkukung oleh bayang-bayang jeruji besi ketika hendak membela rakyat kecil. Di sinilah pentingnya pemimpin bersih, jujur, dan tidak memiliki beban/dosa pada masa lalu. Pasalnya, model pemimpin seperti ini tak akan gent ar diancam atau tak akan mau disetir oleh kelompok tertentu. Pemimpin bersih relatif mudah dalam mencetuskan program dan kebijakan yang pro terhadap wong cilik . Ketiga, asketis. Ibnu Khaldun pernah berujar, bahwa penyebab pertama dan yang paling utama korupsi adalah suka kemewahan.

Jika de mikian maka yang kita butuhkan saat ini adalah sosok pemimpin asketis (sederhana), tidak silau dengan kemegahan dan penghormatan. Pemimpin asketis juga tidak mengharap berapa gaji yang didapat. Ia hanya berpikir bahwa bagaimana agar rakyat sejahtera, aman, dan damai. Ia juga sudah mene gaskan bahwa sebagian umurnya akan diwakafkan untuk ke – pentingan umat. Pemimpin asketis sudah selesai dengan urusan uang. Yang ia cari adalah hal yang lebih prinsipiil dan abadi, yakni ke adilan dan kesejahteraan bagi rakyat secara kese lu ru h an.

Orang macam ini akan ber pedoman pada prinsip: dengan uang, kita dapat membantu banyak orang, namun jumlah nya sa ngat terbatas. Semen tara dengan kekuasaan, kita da pat menolong banyak orang, jangkauannya sa ngat luas (Na sih, 2012). Keempat, melayani. Ke kuasaan itu bersifat sementara (QS. [3]: 26). Oleh sebab itu, gunakanlah kekuasaan yang sementara itu untuk menolong banyak orang. Inilah urgen sinya pemimpin itu harus me la – yani masyarakat. Pemimpin yang melayani, dalam bahasa Muslimin (2015), adalah yang memiliki kepekaan terhadap masalah keumatan, juga memiliki sifat kasih sayang serta perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Model ke pe mim pinan seperti ini akan men garah pada dampak positif kepada masyarakat seperti mewujudkan kebutuhan, kepentingan, impian bahkan cita-cita masyarakat yang dipimpinnya.

Indonesia segera memasuki tahun politik 2019 karena ter dapat hajatan pemilihan pre siden dan wakil presiden serta pe milihan wakil rakyat. Me lalui momentum lima tahunan ini, mari kita maksimalkan un tuk me lahirkan pemimpin yang men ja dikan kekuasaan yang diembannya untuk menolong banyak orang, ter utama masyarakat kecil agar keadilan sosial dan kesejahteraan bukan lagi menjadi pemanis kata dalam kampanye. Wallahu aílam bi al-shawab.

Oleh: Muhammad Najib, Founder Baladena.id

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *