Indonesia adalah Negara yang luas dan kaya akan alamnya tetapi Negara Indonesia jauh tertinggal di banding dengan Negara kecil tetapi mampu membangun industry manufaktur, sehingga Indonesia terlihat lebih miskin dari Negara yang sempit akan alamnya. Contohnya Singapura, Negaranya kecil namun lebih maju dari Indonesia, karena Singapura membangun industry manufaktur. Hubungannya dengan keuangan publik Islam yaitu bagaimana keuangan publik islam di distribusikan salah satunya untuk membangun industry manufaktur.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, bahwa kemiskinan dan ketimpangan merupakan isu dunia yang harus diatasi secara bersama-sama. Salah satu yang bisa dilakukan dengan melibatkan banyak sektor, salah satunya industry  keuangan syariah.

Tulisan ini bertujuan untuk meningkatkan semangat masyarakat untuk membayar zakat di dukung dengan hadirnya aplikasi e-mobile, juga untuk mengobarkan semangat masyarakat untuk membayar zakat, di tambah lagi dengan keadaan pertumbuhan ekonomi yang sangat lamban semoga dapat menggugah masyarakat akan kebermanfaatan seseorang bagi Negara dan sesamanya dalam pemerataan karunia Allah SWT.

Sebelum berbicara bagaimana cara untuk menumbuhkan perekonomian nasional, kita baiknya mengetahui instrument-instrumen ekonomi Islam terlebih dahulu. Instrument-instrumen ekonomi Islam, seperti zakat, wakaf, shodaqoh, infaq, hibah dan lain sebagainya. Namun, kita telah mengetahui bahwa instrument yang sangat berepengaruh adalah zakat, karena zakat juga adalah sebuah perintah wajib dari Allah untuk umat Muslim dalam rukun Islam.

Tetapi, bukan berarti instrument lain tidak penting, bisa di katakan bahwa zakat itu di urutan pertama dalam potensinya. Penulis membaca sebuah artikel dari sindonews.com bahwa PT Bank Syariah Mandiri (BSM) menghadirkan layanan membayar zakat memakai aplikasi digital Mandiri Syariah Mobile dengan menggunakan Quick Respon (QR) Pay, SVP Corporate Secretary Rizky Wisnoentoro menyampaikan beberapa tahapan yang harus dilakukan nasabah untuk membayarkan zakat masyarakat melalui aplikasi.

Baca Juga  Tempat Sholat Bukan Hanya Masjid

Dalam berita online di sindonews.com mengahadirkan dengan jelas cara-cara menggunakan aplikasi online untuk membayar zakat. Pertama kita mengunduh terlebih dahulu aplikasi BSM kemudian ikuti saja step- step yang terdapat pada google playstore.

Rizky Wisnoentoro menambahkan, ketika sudah melakukan scan, punya aplikasi, punya rekening BSM, lalu sisa prosesnya dilakukan di back office perusahaan. “Simpel kok, intinya QR ini kita hadirkan untuk memudahkan masyarakat untuk bayar zakat, infaq, sadakah secara modern. Sebab data di kita itu sebagian (nasabah) muslim berada di kelas menengah,” pungkasnya.

Dari data laporan Wearesocial bahwa masyarakat Indonesia 130 juta orang  telah menggunakan internet dan dari ratusan juta pengguna internet di Indonesia 60 % telah mengakses internet malalui handphone, tidak hanya masyarakat dewasa, anak kecilpun sudah piawai dalam menggunakan handphone. Jadi tidak di ragukan lagi bahwa semangat masyarakat untuk membayar zakat dapat di dukung dengan hadirnya aplikasi online untuk mebayar zakat.  Sudah terpapar jelas mekanisme bagaimana umat Muslim lebih mudah untuk membayar zakat tanpa susah payah harus mendatangi lembaga-lembaga atau badan yang mengurus zakat.

Namun sembari hadirnya aplikasi e-mobile BSM untuk membayar zakat pada era milenial ini, dalam hal sosialisasi menjelaskan pentingnya zakat pada pertumbuhan perekonomian nasional kepada masyarakat jangan sampai terputus. Karena di samping masyarakat modern terdapat juga masayarakat yang masih awam akan instrument ekonomi Islam.

Badan dan Lembaga amil zakat juga tetap memainkan perannya yang professional, karena tidak sedikit pula masyarakat miskin yang belum mampu mempunyai handphone untuk menyeratakan kesejahteraan hidupnya dengan masyarakat yang sudah mampu, karena semuanya membutuhkan proses.

Baca Juga  Ikhtiar Solusi Buat Istri karena Suami dalam Jeratan Mantan

Pertumbuhan ekonomi di lihat dari bagaimana Negara membangun industry manufaktur. Indonesia sendiri sebagian besar masyarkatnya masih berhenti pada Negara agraris, namun ada pula yang sudah pasca agraris tapi masih diam dan belum mengenal industry manufaktur.

Menurut pemerhati praktisi pendidikan juga seorang cendikiawan muslim yaitu Bpk. Komaruddin Hidayat memaparkan pada acara televise yaitu economic challenges bahwa masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim harus punya mental mebangun, mental kaya, jadi jangan mustahik terus tetapi menjadi muzakki. Solusi untuk ini adalah praktisi-praktisi ekonomi Islam harus bergerak dan sadar lebih awal bahwa sumber penerimaan negara dari instrument ekonomi Islam sangat di butuhkan dalam kemajuan perkembangan ekonomi nasional.

Praktisi-praktisi ekonomi Islam juga turut andil dalam menyampaikan ilmu kepada para pelajar khususnya mahasiswa yang akan terjun langsung dalam dunia masyarakat. Karena masalahnya juga ada pada pengajar mahasiswa yang hanya berorientasi pada materi tanpa praktek dan monoton pada satu buku.

Praktisi-praktisi ekonomi Islam menggambarkan kepada mahasiswa bahwa zakat peranannya sangat penting dan sudah dapat membayar zakat dengan menggunakan aplikasi e-mobile pada era millennial saat ini, sehingga nantinya mahasiswa mampu menyampaikan kepada orang tua mereka apa yang mereka dapat di bangku kuliah dan dapat menyebar ke tetangga tetangga hingga masyarakat luas bahwa kini zakat dapat dengan mudah untuk ditunaikan lewat aplikasi e-mobile.

Aplikasi e-mobile di gunakan untuk pembayaran online ini dapat mengahadapi era modern pada saat ini. Lalu bagaimana dengan badan atau lembaga yang masih menggunakan cara konvensional? Jawabannya adalah ikut serta bergabung untuk menggunakan aplikasi e-mobile agar tidak tertinggal dengan zaman sekarang yang serba online, karena tidak menutup kemungkinan bahwa orang-orang kebanyakan akan menggunakan smartphone.

Baca Juga  Wahai Pemimpinku! Kau Temanku? Atau Musuhku?

Ada juga pertanyaan bagaimana dengan masyarakat di pelosok jika menggunakan smartphone sedangkan sinyal di pelosok sangat susah di dapat? Nah, inilah tantangan bagi Negara bagaimana mengatasi keadaan ini. Sudah tertuang di paragraph sebelumnya bahwa badan atau lembaga zakat yang masih menggunakan cara pembayaran zakat konvensional tetap harus bekerja professional dan totalitas sembari para praktisi mensosialisasikan aplikasi e-mobile.

Solusi dalam isu ini adalah bagaimana instrument ekonomi Islam di berdayakan dengan baik untuk kemajuan infrastuktur Indonesia. Menurut Guntur Saragih, seorang ekonomi Universitas Indonesia pada acara televisi bahwa  dalam ekonomi Indonesia harusnya sektor domestic lebih besar kontrisbusinya dengan kapasitas penduduk yang 200 juta lebih, maka perdagangan lokal kita jauh lebih memberikan kontribusi di banding ekspor.

Faktanya saat manufaktur kita juga tertekan oleh produk impor, sehingga pasar dalam negeri pun ada persaingan dengan produk impor. Dan itu yang harus di jaga, karena sektor manufakturlah yang paling terdepan untuk mengatasi soal pengangguran, kesejahteraan. Jujur saja industry kita itu belum bahkan tertekan di banding Negara-negara lain di Asia Tenggara. Karena Industri itu sebagai ujung tombak dalam kehidupan perekonomian masyarakat kita.

Oleh karena itu, industry manufaktur belum tentu terbentuk jika tidak ada pendapatan Negara, dengan adanya instrument ekonomi Islam yaitu Zakat dan di dukung dengan alat teknologi di zaman millennial ini sangat membantu dalam mewujudkan industry manufaktur demi pembangunan ekonomi Indonesia dan kebangkitan zakat itu sendiri.

 

Hibrah Raisah
Bukan seorang Kolumnis. Hanya seorang Putri Hawa yang sedang belajar menuliskan kata-kata yang tertahan, tertuai bebas dalam tulisan. Pun bahkan jika mulut tengah membungkam, untaian kata akan memulihkan celah hati yang biru melebam.

    Domba, Pengusaha, dan Penguasa

    Previous article

    Memahami Sebab Kemerosotan Ummat

    Next article

    You may also like

    Comments

    Ruang Diskusi

    More in Fikih