Corona merupakan pembahasan yang tengah hangat di belahan dunia manapun, tak luput Indonesia. Pasalnya, penyebaran virus ini begitu cepat dan cukup berbahaya bagi keberlangsungan hidup manusia, bahkan sampai menghantarkan pada kematian. Memutus mata rantai penyebaran corona adalah sebuah keharusan. Pemerintah berusaha melakukan berbagai upaya mulai dari himbauan mencuci tangan pakai sabun, menggunkan masker, social distancing, bahkan beberapa daerah sudah menerapkan lockdown.
Mengacu Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 di Indonesia, social distancing atau pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah. Social distancing meliputi, meliburkan sekolah dan tempat kerja; pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Selain itu, pembatasan sosial juga dilakukan dengan meminta masyarakat untuk mengurangi interaksi sosial mereka dengan tetap tinggal di dalam rumah maupun pembatasan penggunaan transportasi publik. Social distancing atau yang belakangan dianggap lebih tepat sebagai physical distancing (pembatasan interaksi fisik), menjadi bagian pencegahan level masyarakat.
Pandemic ini mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap stabilitas seluruh aktivitas bumi, seolah tengah sakit, kehidupan tak berjalan seperti sedia kala. Social distancing mengakibatkan berkurangnya atau bahkan tiadanya interaksi sosial dalam lingkup yang luas, semua kegiatan berpusat dalam lingkup keluarga, hingga viral hastag di rumah aja. Tentu saja, anak-anak akan kekurangan masa bermainnya, orang tua kehilangan moment kumpul bersama teman, pertemuan dengan relasi, atau bahkan ada yang menunda resepsi pernikahan.
Meneladani Spirit Pejuang: Refleksi Zaman Now
Pejuang bangsa, sebut saja pahlawan, ia adalah orang yang siap berkorban apapun demi terjaganya sesuatu yang ia perjuangkan. Dalam konteks negara, Indonesia merdeka tidak luput dari air mata dan darah juang para pendahulu bangsa. Pada masa penjajahan pejuang bangsa menyusun strategi untuk menawan dan melawan musuh, dengan gigih dan berani mereka bersiap menjadi garda terdepan demi terwujudnya kehidupan bangsa yang adil makmur. Mereka siap siaga bangun kapanpun saat dibutuhkan, bahkan meninggalkan keluarga yang dicintai demi tercapainya kemerdekaan bangsa.
Hari ini, Indonesia memanggilmu, wahai pejuang bangsa!
Indonesia tengah berjuang melawan virus corona, bahkan bukan hanya Indonesia, melainkan seluruh bangsa yang hadir dalam rumpun semesta. Kini, bangsa Indonesia membutuhkan perhatian serius, bukan hanya dari satu atau dua pihak, melainkan seluruh elemen bangsa ini. Jika kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah maka permerintah harus menyiapkan strategi untuk mewujudkan Indonesia yang sehat dan tumbuh dengan kuat. Namun, strategi ini tak akan bisa berlayar menemui muaranya, jika tidak dibarengi kesadaran masyarakat yang berada di bawah komando pemerintahan.
Setiap zaman, memiliki cara tersendiri dalam menghadapinya, pepatah mengatakan “dimana bumi kau pijak, di situ langit kau junjung.” Sebagai bangsa yang besar, kecintaan akan tanah air adalah sebuah harga mati, tak dapat di tawar. Pejuang bangsa kini tidak lagi harus mengangkat senjata, melainkan dengan diam di rumah. Ironi memang, sebab seringkali pepatah mucul, “dunia tidak akan berubah jika kau hanya berdiam diri di rumah”, namun inilah fakta yang harus dihadapi. Bentuk ketaatan yang harus diperjuangkan saat ini adalah memutus mata rantai penyebaran virus, dengan diam di rumah, resiko penyebaran wabah lebih kecil.
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan Tekhnologi membuat manusia mampu melaksanakan kegiatan di manapun dan kapanpun, sehingga WFH (Work from Home) adalah sebuah keniscayaan. Tantangan zaman akan melahirkan jiwa kreatif dan inovatif individu, sehingga meskipun dunia sedang tak sehat, pekerjaan dan tanggungjawab harus tetap ditunaikan. Selain itu, dengan melakukan aktivitas di rumah, keharmonisan keluarga akan semakin terjaga. Pertemuan intens akan menciptakan kehangatan dalam keluarga.
Ahli medis bukan Tuhan
Menurut Esdras Ardi Pramudita, ahli medis Yogyakarta, dalam menangani virus corona, kuratif tidak pernah menjadi urutan pertama, melainkan diawali dari preventif-promotif-kuratif-rehabilitatif. Preventif (mencegah) adalah mencegah dari terpapar penyakit atau menjaga orang yang sehat agar tetap sehat, contohnya dengan menghindari kerumunan (sosial distancing atau physical distancing), WFH (Work from Home), belajar dengan vasilitas online, dan lain sebagainya. Selanjutnya, Promotive (memelihara dan meningkatkan) adalah tindakan kesehatan yang bertujuan mengupayakan masyarakat sehat optimal, langkahnya seperti memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, contohnya menghimbau masyarakat untuk mencuci tangan menggunakan sabun, mengenakan masker dan hand sanitizer, selalu menjaga kebersihan, mengkonsumsi buah-buahan, olahraga, berjemur, dan memenuhi asupan gizi.
Setelah upaya preventif dan promotif dilakukan, namun masih ada korban yang terpapar virus, maka langkah kuratif dan rehabilitatif akan segera dilakukan. Dalam Bahasa medis, tindakan kuratif (mengobati) adalah proses penyembuhan dan rehabilitatif adalah proses pemulihan agar yang sakit bisa bugar dan melakukan aktivitas sehari-sehari seperti sedia kala. Pencegahan ini akan lebih efisien daripada penanganan pasien yang sudah terlanjur terpapar virus, apalagi dengan kondisi ruangan layanan kesehatan yang terbatas dibanding jumlah pasien yang membludak.
Edukasi masyakat adalah sebuah keharusan, sebab ahli medis bukan Tuhan, bahkan sesungguhnya mereka juga rentan terserang virus corona. Merupakan sebuah realitas, kebanyakan masyarakat Indonesia akan mendatangi layanan kesehatan saat sudah sakit, oleh karena itu penggalakan sosialisasi pencegahan adalah utama. Sebab, dalam penanganan penyebaran virus corona, tentunya biaya pelayanan kesehatan preventif dan promotif lebih murah daripada kuratif dan rehabilitatif, sebab mencegah itu lebih baik daripada mengobati.
Wahai pejuang bangsa, usaha pencegahan harus selalu dilakukan, sembari berdoa agar Sang Maha Kuasa mencabut wabah yang menyerang semesta. Setiap individu harus berhusnudzan bahwa semua pihak telah melakukan upaya maksimal dalam bidangnya dalam menangani penyebaran virus ini, oleh karena itu beradalah dalam barisan garda terdepan dalam menuntaskan wabah ini. Semua elemen dibutuhkan dalam proses pemulihan ini, sebab sesungguhnya garda terdepan adalah seluruh elemer masyarakat. Mari sehatkan Indonesia dengan tetap di rumah dan tetap menunaikan tanggungjawab! Berperanlah dengan melakukan kewajiban sebagai masyarakat yang cinta tanah airnya. Masyarakat Indonesia melawan virus Corona! Wallahu a’lamu bi al-shawaab.