Dakwah Senja: Keteguhan Janji dalam Diam

Rindu

Oleh: Haji Rahmat J. Kardi

 

Senja selalu punya cara membisikkan pesan yang tak bisa diungkap siang maupun malam. Ia hadir tanpa gaduh, hanya semburat warna di langit yang pelan-pelan menyentuh batin. Tak heran, banyak jiwa lelah justru menemukan keheningan terbaiknya saat senja menyapa. Dan dalam diam senja itu—dakwah pun bisa berbicara.

Dakwah bukan semata-mata pidato panjang di mimbar. Ia tak melulu soal orasi lantang atau konten viral. Dakwah bisa hadir dalam kelembutan tatapan, dalam konsistensi menepati janji, dalam diam yang penuh makna. Seperti senja, ia tidak mencolok, tapi menyentuh. Tidak menghardik, tapi menggerakkan.

Dalam Al-Qur’an, Allah mengabadikan kisah para sahabat yang menunjukkan arti sejati dari kesetiaan dalam dakwah. Simak firman-Nya dalam Surah Al-Ahzab ayat 23:

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya).”

Ayat ini bukan sekadar catatan sejarah. Ia adalah pengingat abadi tentang makna komitmen spiritual. Ada sahabat yang absen di Perang Badar, namun bukan karena ingkar. Mereka menepati janji mereka di Perang Uhud, dan Allah mengabadikan keteguhan itu dalam firman-Nya. Lihatlah, betapa Allah tidak hanya melihat hasil, tapi juga niat dan kesetiaan.

Di dunia yang sibuk dengan pencitraan dan pengakuan, ayat ini datang seperti oase. Ia menyapa orang-orang yang mungkin tak terlihat, namun tetap istiqamah dalam kebaikan. Yang terus setia menunggu momen terbaik untuk berkontribusi. Yang tak mengubah arah, meski arus menggoda. Mereka tidak populer, tapi mereka bernilai di mata langit.

Dakwah senja adalah dakwah yang mengalir dari hati. Ia tidak keras, tapi tidak lemah. Ia tidak menggurui, tapi menuntun. Ia menyadarkan kita bahwa tak semua dakwah harus spektakuler. Ada dakwah yang cukup jadi pelita kecil, tapi konsisten menyala saat gelap datang.

Mari kita belajar berdakwah seperti senja. Hadir dengan keindahan, tidak membakar tapi menghangatkan. Menyapa jiwa tanpa menghakimi. Karena di balik warna senja yang tenang, ada kekuatan yang menenangkan. Dan mungkin, justru di situlah dakwah paling kuat berasal.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *