Corona, Rindu Menyambut Ramadhan

Republika.co.id/Istimewa

Tak terasa bulan Ramadhan tinggal menghitung hari lagi. Setiap orang mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci ini. Namun, di awal bulan Sya’ban ini, ada virus mematikan yang lagi menyerang bumi kita. Orang-orang menyebutnya virus Corona. Virus ini sudah bersebar ke berbagai penjuru dunia. Virus ini tidak mengenal derajat siapapun dan di manapun tempatnya. Semua akan diisolasi dari khalayak umum.

Sudah hampir sebulan ini berita virus Corona menjadi bahan pembicaraan yang hangat di kalangan masyarakat, apalagi bagi penulis-penulis, baik itu di Whatsapp, internet, dan akun-akun media sosial lainnya. Ini menambah kecemasan buat anak rantau. Namun, semua ini kami jalani dengan selalu bersabar dalam meyambut bulan ramadhan ini dan selalu berdoa agar ketika bulan sya’ban berakhir, maka berakhir pula virus ini. Bagaimana tidak, hati kami sesak ketika satu persatu bandara harus dilockdown.

Sebagian anak rantau yang sudah mempersiapkan diri, mereka pulang sebelum bandara dilockdown. Dan kami yang belum memiliki kesempatan untuk pulang karena masih ada kesibukkan tetap harus bersabar dan menanti-nanti kapan virus ini akan berakhir. Namun, jikalau virus ini belum hilang sampai bulan ramadhan tiba, maka kami anak rantau tidak akan bisa pulang untuk menikmati kebersamaan bersama keluarga.

Padahal bulan Ramadhan, bulan yang istimewa sekaligus bulan yang teromantis bagi kami sang anak rantau. Karena, dengan datangnya bulan ramadhan ini. Kami dapat mendekatkan diri bersama keluarga, teman, kerabat dan terutama mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Bagi anak rantau yang belum bisa menikmati kebersamaan itu, janganlah bersedih karena begitulah cara kita mencari ilmu, seperti kata pepatah arab,”Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Tapi, untuk saat ini janganlah dulu menuntut ilmu sampai ke negeri Cina, karena negeri itu sedang diisolasi akibat penyabaran virus Corona.

Walaupun kita anak rantau yang jauh dengan keluarga, tidak akan mengurangi semangat untuk menjalani hari-hari, apalagi pada saat bulan ramadhan. kita harus tetap semangat menjalani puasa, sahur, berbuka dan tarawih sendiri tanpa adanya orang-orang tercinta. Kita harus kuat menahan rasa rindu bersama keluarga dan kerabat. Dan harus kuat menahan virus corona tersebut.

Kita semua tau bahwa menjalani Ramadhan dipulau perantau sangatlah berbeda. Untuk itu, untuk kalian yang telah berada di kampung masing-masing, doakan kami yang masih di tanah rantau, agar tetap selamat melawan virus mematikan ini, dan agar virus ini segla menghilang dari bumi tercinta ini. Dengan tanpa adanya virus corona ini, kebutuhan kami akan terpenuhi.

Namun, dengan adanya virus ini kebutuhan kami terbatas. Karena, akibat dari virus ini semua tempat terjadi social distancing, dan bahkan sebagian tempat memberlakukan karantinan atau lockdown, terutama tempat kerja. Orang-orang disuruh tinggal dirumah saja sampai virus ini berakhir. Namun sedihnya lagi, kami tidak tau kapan virus ini akan berakhir.

Kami tidak melihat usaha pemerintah dalam upaya menghilangkan wabah virus ini. Akibatnya, semua kebutuhan, harus dicukupi sendiri. Ketika uang sudah habis, kami jarang meminta untuk dikirimkan lagi, karena kami tau, wabah penyakit ini sangat berbahaya, akan membunuh siapa saja yang dia dapati.

Keluarga sangatlah berarti, apalagi ketika menjelang bulan ramdhan. Karena, selain bulan ramadhan perantau sangatlah sulit untuk bersengkama bersama keluarga, dikarenakan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Di bulan Ramadhan, semua kegiatan dijalani bersama-sama.

Jika di bulan lain, para orang tua sulit untuk meluangkan waktu bersama keluarga. Maka, sekaranglah saat yang sangat memungkinkan untuk berkumpul bersama keluarga. Karena di Ramadhan ini, ada banyak momen yang bersifat kekeluargaan yang mengharuskan anggota keluarga lengkap. Momen-momen tersebut digunakan untuk mengharmoniskan hubungan antarkeluarga.

Banyak hal-hal yang dapat kita lakukan di bulan Ramadhan tersebut. Namun semua itu hanya akan menjadi wacana saja, jika virus corona ini tidak segera hilang. Jika sudah seperti ini siapa yang akan disalahkan?

Penulis tidak akan mungkin menyalahkan pemerintah, karena sejatinya kita tidak tau apa yang telah mereka lakukan di balik layar, apalagi menyalahkan negeri cina yang awal mulanya virus ini dari negeri tersebut. Salah satu cara untuk menghindarkan virus tersebut adalah selalu bahagia dan selalu berfikir positif. Insya Allah bumi dan kita akan terbebas dari virus corona tersebut. Waallahu a’lam bi al-shawaab.

Emi Indah Lestari, Anak Rantau Asal alu Sulawesi Tengah, Kuliah di UIN Walisongo Semarang

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *