Kanjeng Rasul Muhammad Saw. dalam salah satu haditsnya pernah berkata: segala perkara baik yang tidak diawali dengan basmalah, maka ia akan terputus dari rahmat Allah”.
Sebagian ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan basmalah adalah bacaan bi-smi allāh ar-raḥmān ar-raḥīm (بسم الله الرحمن الرحيم). Sedangkan bacaan bi-smi allaah (بسم الله) disebut dengan istilah tasmiyyah. Ada juga ulama’ yang berpendat bahwa tidak ada perbedaan antara basmalah dan tasmiyyah. Karena keduanya sama-sama menyebut nama Allah. Dan penulis lebih condong pendapat yang terakhir.
Berdasarkan penelusuran sejarah, bacaan bi-smi allāh ar-raḥmān ar-raḥīm (بسم الله الرحمن الرحيم) ini sudah ada pada zaman Nabi Sulaiman. Basmalah ini dijadikan pembuka pada surat yang dikirim oleh Nabi Sulaiman kepada Ratu Bilqis. Bisa dilihat dalam al-Quran surat an-Naml [27] ayat 30. Dalam surat yang ditulis oleh Nabi Sulaiman tersebut, berisi deklarasi bahwa Nabi Sulaiman adalah seorang Raja yang hebat yang bukan dibawah kekuasaan Ratu Bilqis. Metode dakwah Nabi Sulaiman dalam rangka mengajak Ratu Bilqis menuju cahaya keimanan. Dan sepertinya, dengan basmalah sebagai awal surat, ada kesan bahwa Nabi Sulaiman ingin mendapatkan rahmat Allah dalam misinya tersebut. Ini juga ditiru oleh Nabi Muhammad ketika mengawali surat yang isinya tentang diutusnya sebagai seorang Nabi dan Rasul.
Jauh sebelum Nabi Sulaiman, ada Nabi Nuh. Dengan redaksi basmalah yang berbeda dengan basmalah Nabi Sulaiman. Yaitu bi-smi allāh majræhā wa mursāhā (بسم الله مجراها ومرساها). Bacaan basmalah versi ini terdapat dalam al-Qur’an surat Hūd [11] ayat 41. Ini merupakan doa yang dipanjatkan oleh Nabi Nuh ketika berada di atas kapalnya. Dengan harap semoga senantiasa mendapatkan anugerah keamanan dan tentu rahmat Allah Swt.
Intinya. Bacaan basmalah diharapkan mendatangkan rahmat, kasih sayang yang melimpah ruah dari Allah. Ketika rahmat turun, tentu segala urusan akan dipermudah. Semua akan baik-baik saja. Semoga jauh dari hal yang mengecewakan.
Memimpin Berbasmalah
Penulis saat menulis coretan ini, berusaha mencari tahu, apakah para anggota dewan yang baru, para pejabat baru, baik itu menteri maupun pejabat setara menteri, presiden dan wakil presiden, ketika bersumpah mengucapkan basmalah? Ternyata setelah meng-googling, penulis tidak menemukan bacaan basmalah pada ikrar sumpah para pejabat negara tersebut.
Oke. Tidak masalah buat saya. Banyak alasan. Karena tidak semua pejabat beragama Islam. Paling penting, semoga ketika mengikrarkan sumpah itu, dalam hati mereka dan disaat memulai pekerjaan mereka sebagai pejabat negara, mereka membaca basmalah dalam lisan dan tindakan. Semoga.
Memimpin adalah perkara baik. Dan penulis khawatir, bila tidak didahului dengan basmalah, maka tiada rahmat Allah mengalir di sepanjang proses mereka menentukan kebijakan.
Penulis mengajak kita dan para pejabat baru yang membaca catatan ini untuk mengingat-ingat. Dulu, sewaktu kecil, kita diajarkan untuk setiap mengawali makan dengan basmalah dan berdoa. Bila tidak, maka makanan kita akan diambil oleh syaithan. Makanan itu tidak akan jadi energi atau asupan gizi untuk tubuh kita. Apalagi jiwa?
Mari kita banyangkan! Bagaimana jika para pejabat merumuskan dan memutuskan kebijakan dalam agenda rapat, dan tidak mengawalinya dengan basmalah. Lalu syaithan hadir mengerumuni mereka, dan sepanjang perjalanan rapat itu, syaithan terus mengganggu, meniupi ubun-ubun mereka, supaya mengantuk, misalnya. Dan parahya lagi karena bisikan syaithan, menjadikan mereka malas, menyerah atau tertutup hati dan pikiran dari merumuskan dan memutuskan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan masyarakat luas yang lebih maslahat dan penuh keadilan.
Maka, penulis hanya bisa mengajak kita, yang masyarakat biasa untuk berdoa. Semoga para pejabat dan pemimpin yang telah dilantik membaca basmalah dan berbasmalah. Semoga semua hanya lillah. Kebijakan yang penuh rahman dan rahim. Semoga mereka amanah. Membawa negara aman. Dan kita pun dengan ikhlas membaca aaamiin. Wa Allāhu a’lām bi ash-shawwāb.