Signifikansi Sahabat dalam Islam

Sahabat merupakan teman yang mempunyai rasa afeksi tinggi, menerima kekurangan dan menutupinya dengan kelebihan kita serta menyayangi layaknya keluarga yang dinamis nan harmonis. Tidak cukup mengurai interpretatif tentang deskripsi sahabat yang sesungguhnya dalam tulisan ini. Hal yang perlu kita ketahui adalah signifikansi sahabat yang saling menyayangi tanpa ada karena, melainkan hanya karena-Nya semata.

Sahabat yang saling menyayangi tidak melulu orang yang selalu setia memenami kita di saat makan, belanja, ngobrol, nongki-nongki atau hal yang dilakukan bersama-sama lainnya. hal tersebut sudah menjadi kelumrahan saja, bagaimana sikap layaknya seorang teman. Ada pula yang menginterpretasikan sahabat dengan cakupan yang sempit, bahwa sahabat yang dimaksud adalah dua orang atau lebih yang mempunyai kesamaan visi dalam hal-hal tertentu, sehingga mampu bersinergi sampai sukses dan tuntas. Setelah visi terselesaikan, belum tentu terjamin keeratan hubungan persahabatan tersebut. Hal ini menunjukkan persahabatan karena suatu kepentingan sementara. Namun, tidak sedikit pula yang berasumsi, bahwa sahabat yang dideskripsikan di atas merupakan sikap pertemanan biasa, karena adanya suatu kepentingan yang sama.

Sahabat yang sejati menurut Islam adalah sahabat yang apabila kehadirannya terikat oleh kecintaan kepada Allah, dan dilandasi dengan keimanan serta ketaatan kepada-Nya. Sehingga, mereka akan mengingatkan ketika lupa akan melaksanakan kewajiban-kewajiban  terhadap-nya, membimbing menuju jalan-Nya, mengajarkan hal-hal yang positif dan berusaha mengindarkan dari hal-hal yang tidak diridloi-Nya.

Apa signifikansi sahabat dalam kehidupan kita selain membuat hati dan diri kita nyaman akan kebaikan-kebaikannya?. Telah disebutkan dalam kitab az-Zuhd, bahwa:” Jika penghuni surga telah masuk ke dalam surga, lalu mereka tidak menemukan sahabat-sahabat mereka uang selalu bersama mereka dahulu waktu di dunia. Maka mereka pun bertanya kepada Allah:”Ya Rabb, kami tidak melihat sahabat-sahabat kami. Sewaktu di dunia kami selalu bersama. Kami shalat bersama mereka. Kami puasa bersama mereka dan kami berjuang bersama mereka?” Dan Allah pun berfirman,”pergilah ke neraka, keluarkanlah sahabt-sahabtamu yang di hatinya ada iman walaupun sekecil dzarrah!” (HR. Ibnu Mubarok dalam kitab Az-Zuhd).

Imam Hasan al-Bashri bertkata:”perbanyaklah sahabat mukminmu, karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat.” Ini adalah salah satu signifikansi akan keutamaan sahabat yang sesungguhmya. Mereka akan menghantarkan ke surga-Nya, walaupun kita dalam keadaan hilap dan salah. Mereka akan mengingat masa-masa kebersamaan di dunia dalam berbagai aktivitas yang dilakukan bersama-sama. Tidak geois dan melupakan sahabatnya, walaupun sudah mendapatkan tempat indah yang dimimpikan setiap muslim, yaitu surga-Nya.

Masih banyak keterangan-keterangan lain tentang keutamaan sahabat yang menyayangi kita karena-Nya. Tidak melihat siapa kita, dari mana asal kita. Mereka adalah orang-orang pilihan yang dikirim Allah untuk membimbing, membantu dan menaruh rasa kasih sayangnya selayaknya keluarga.

Keutamaan-keutamaan sahabat yang sholih/sholihah, di antaranya adalah mereka akan mengingatkan kita ketika salah dan lupa, mendo’akan dalam hal-hal yang signifikan serta akan menularkan sifat-sifat baiknya. Awalnya kita tidak baik, karena bersahabat dengan baik, maka akan menjadi baik dengan izin-Nya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis Bukhari Muslim, bahwa:”perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk.”

Sifat dan karakter seseorang bisa berubah dalam kondisi tertentu. Apabila lingkunganya penuh dengan orang-orang yang berbuat maksiat, kotor dan hal buruk lainnya, maka tidak akan menutup kemungkinan bisa mempengaruhi seseorang  yang tidak mempunyai kekokohan keimanan .Sebaliknya, lingkungan yang baik, akan membawanya kepada hal yang baik. Semuanya tergantung pembawaan dan tempat yang membawanya secara tidak langsung. Analogi tersebut merupakan gambaran dari orang yang bersahabat dengan orang yang mempunyai perangai yang baik, maka lambat laun ia akan terobsesi dengan hal-hal positifnya. Baik secara langsung maupun tidak. Begitu pun sebaliknya, apabila sahabat yang mempunyai buruk, maka akan berpengaruh buruk pula sesuai kadar keimanannya.

Dalam suatu kisah disebutkan, bahwa Ibnu Jauzi pernah berkata pada sahabatnya sambil menangis:”jika kamu tidak menemui aku di surga bersama kanu, maka tolonglah tanyakan kepada Allah tentang aku.” Kisah ini menunjukkan akan pentingnya mempunyai sahabat yang se-Iman, se-Islam dan saling mengingatkan dalam hal-hal yang signifikan.

Kenapa? Karena kita tidak mengetahui tentang amal apa yang akan diterima oleh-Nya, kebaikan-kebaikan mana yang akan diakui-Nya serta pantaskah kita disebut ahl al-Jannah-Nya?. Barangkali dengan bertemannya kita dengan orang yang sholih, baik dan mempunyai perangai indah, dapat mengahantarkan ke surga walaupun kita dalam keadaan banyak salah dan khilaf. Melakukan perbaikan sendiri memang tidak mudah bagi yang imannya mudah goyah, karenanya membutuhkan penopang yang kuat untuk merekonstruksi dirinya menuju yang lebih baik.

Banyak hal-hal yang disebutkan di dalam Alquran dan hadis, bahwa apabila kita melakukan hal-hal yang positif, maka akan dibalas dengan yang positif pula. Sebaliknya, apabila kita melakukan hhal yang negatif, maka akan berakibat negatif pula. Apabila kita berteman dengan orang yang baik, maka akan berpengaruh baik dengan izin-nya. Oleh karena itu, pegang eratlah mereka, jangan sampai terputus. Karena di surga-Nya , mereka akan memberi syafa’at pada kita. Aamiin. Wallahu a’am bi al-Shawaab.

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *