Sejarah, Keunikan dan Eksistensi Kesenian Barongan Blora

Barongan menjadi kesenian yang  populer di kalangan masyarakat Jawa. Kesenian barongan ini merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Namun, dari beberapa kabupaten yang ada di Jawa Tengah, Blora merupakan daerah yang kuantitasnya lebih banyak dibanding dengan daerah-daerah lain seperti Rembang, Pati, Demak dll.

Kabupaten Blora telah di deklarasikan sebagai “Kota Barongan” dan di akui oleh Kemendikmud RI serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, bahwa barongan Blora sudah masuk Warisan Budaya Takbenda (WBTB) pada tahun 2009.

Seni Barong sedikit banyak mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki oleh masyarakat Blora diantaranya yaitu : sifat kekeluargaan, kesederhanaan, kekompakan, dan keberanian yang dilandasi oleh kebenaran. Barongan merupakan refleksi dari kesenian dan budaya dari masyarakat Blora yang memiliki sifat kerakyatan dan juga syarat makna.

Kata “barongan” merujuk pada suatu perlengkapan (topeng beserta asesorisnya) yan dibuat menyerupai Singa Barong yang buas sebagai sang penguasa hutan. Kesenian yang merupakan tarian kelompok yang menirukan keperkasaan seekor singa raksasa. Singo Barong menjadi tokoh utama dan dominan dalam kesenian ini.

Sejarah Singkat Seni Barong

Sejarah singkat dari kesenian barongan ini adalah bersumber dari hikayat Panji Asmarabangun, suatu cerita yang diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji/Pujonggo Anom dan Singo Barong. Singkst cerita, Prabu Klana Sawandana dari dari Kabupaten Bantarangin jatuh cinta pada Dewi Sekartaji putri dari Raja Kediri.

Kemudian, Patih Bujangganong /Pujonggo Anom diperintah oleh Prabu Klana untuk  meminang Dewi Sekartaji. Keberangkatannya disertai dengan 114 prajurit berkuda dan dipimpin oleh empat orang perwira yaitu : Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda Panyisih dan Kuda Sangsangan. Setelah sampai di hutan Wengker, mereka dihadang oleh Singo barong yang merupakan jelmaan dari Adipati Gembong Amijoyo yang bertugas untuk  menjaga keamanan  perbatasan. Para prajurit dapat ditaklukkan oleh Singo Barong, namun keempat perwira lolos dan lapor kepada sang prabu.

Baca Juga  BBM Naik, Pengalihan Isu yang Menarik.

Pada saat yang bersamaan, Raden Panji mengutus  dua punokawan dari Kerajaan Jenggala yaitu Lurah Noyontoko dan Untub untuk melamar Dewi Sekartaji. Sesampainya di hutan Wengker mereka juga dihadang oleh Singo Barong. Noyontoko dan Untub kewalahan menghadapi Singo Barong, mereka kemudian meminta bantuan Joko Lodro yang merupakan saudara seperguruan dari Kedung Srengenge.

Singo Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh. Namun karena memiliki kesaktian, Singo Barong dapat hidup kembali asal disumbari. Peristiwa tersebut dilaporkan kepada Raden Panji dan dengan perasaan yang murka Raden Panji berangkat untuk menemui Singo Barong.

Pada saat yang bersamaan Prabu Klana juga berangkat untuk membunuh Singo Barong karena utusannya telah dikalahkan. Dengan rasa amarah Prabu Klana mencabut pusakanya yang berupa Pecut Samandiman. Setelah sampai di hutan Wengker akhirnya bertemu dengan Singo Barong dan terjadilah peperangan. Akhirnya Singo Barong dapat dilumpuhkan oleh Prabu Klana Sawendana dengan pusakanya yaitu Pecut Samandiman. Singo Barong akan mendapatkan kekuatannya kembali dengan syarat ia harus mengantar Prabu Klana ke Kerajaan Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji.

Sesampainya di alun-alun Kediri pasukan Prabu Klana bertemu dengan pasukan Raden Panji. Pertempuran keduanya tidak bisa terhindari, terjadilah perang antara Raden Panji dan Prabu Klana yang dimenagkan oleh Raden Panji. Kemudian Singo Brong dikutuk oleh Raden Panji tidak akan bisa kembali menjadi wujud manusia kembali (Gembong Amijoyo). Para prajurit dan Bujangganong takluk ditangan Raden panji. Kemudian rombongan melanjutkan perjalanan untuk melamar Dewi Sekartaji. Iring-iringan inilah yang menjadi latarbelakang dari Seni Barongan.

Ciri khas Barongan Blora

Barongan Blora memiliki keunikan tersendiri yang tentunya berbeda dari daerah lain. Tiga ciri khas yang dimiliki Barongan Blora yaitu :

Baca Juga  Relasi Bisnis dan Kekuasaan di Indonesia

Pertama, gamelan pengiring. Barongan Blora identik dengan pakem bermain dari tempo yang lambat ke tempo yang cepat. Hal ini didasarkan pada sorakan masyarakat saat pegelaran barongan. Selain gamelan, juga terdapat instrument music kendang, gendhuk, boning, saron, demung, dan juga kempul.

Seiring dengan perkembangan jaman, terdapat instrument modern seperti keyboard, drum, kendang besar yang biasanya akan dipadupadakan dengan kesenian campursari. Hal ini menjadikan Barongan tetap eksis dijaman modern dengan kemajuan instrument namun tetap dengan konsep tradisionalnya.

Kedua, alur cerita. Cerita diambil dari kisah Raden Panji Asmarabangun yang kemudian divariasi namun tidak mengubah alur cerita utamanya.

Ketiga, tokoh-tokohnya. Tokoh-tokohnya terdiri dari Singo Barong (Gembong Amijoyo) Gendruwon (Joko Lodro), Penthul (Untub, Noyontko dan Mbok Ginah), Jaranan (Pasukan dari Jenggala) dan Patih Punjangga Anom (Bujangganong).

Dari beberapa tokoh tersebut, yang menjadi cirri khusus Barongan Blora adalah Penthul yang tidak dimiliki oleh tari kreasi macan dari daerah lain.

Pelestarian Seni Barong di Blora

Kabupaten Blora merupakan daerah dengan kuantitas kesenian barong  terbesar di Jawa Tengah. Dibandingkan daerah lain Blora dapat dikatakan sebagai sentral kesenian barong di Jawa Tengah. Di Era modern seperti sekarang, mempertahankan eksistensi kesenian tradisional tentu tidak mudah. Hal ini dikarenakan banyaknya budaya-budaya baru yang muncul yang lebih modern yang sifatnya juga menghibur.

Pelestarian kesenian seperti Barongan ini tentu tidak hanya dari satu pihak dalam arti hanya seniman saja, namun perlu adanya keikutsertaan masyarakat dan pemerintah daerah. Untuk pemerintah daerah sendiri, di Kabupaten Blora biasanya di setiap tahunnya di selenggarakan Festival Barongan dimana ajang lomba tersebut diikuti oleh beberapa paguyuban Seni Barong yang ada di Kabupaten Blora. Puncak acara biasanya di hibur oleh kesenian barongan local maupun luar daerah yang didatangkan untuk menghibur masyarakat Blora. Hal ini tentu sangat berpengaruh dalam mempertahan kesenian daerah dan juga memperkenalkan Seni Barong kepada generasi penerus.

Baca Juga  Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Negara

Selain pemerintah, masyarakat juga turut andil dalam pelestarian Seni Barong. Perkembangan Seni Barong di Blora sangat pesat. Dahulu, Seni Barong hanya berfungsi untuk kepentingan ritual, seperti tradisi sedekah bumi, lamporan, dan tradisi desa lainnya.

Namun, seiring perkembangan jaman Seni Barong tidak hanya untuk kepentingan ritual akan tetapi juga sebagai hiburan. Seni Barong Blora telah menorehkan beberapa prestasi baik tingkat nasional maupun internasional.Seni Barong Blora pernah menjadi juara 1 dalam Parade Seni Budaya di Semarang tahun 2010. Juara 2 dalam Event Jogjakarta International Ethnic Culture Festival 2011. Hal ini membuktikan bahwa Seni Barong Blora layak untuk dilestarikan oleh generasi muda khususnya masyarakat Blora.

Selain dalam wujud seni tari maupun drama. Seniman Blora mengenalkan Seni Barong kepada masyarakat luas melalui hasil karya seni rupa seperti patung, topeng,dan souvenir-souvenir lain yang bertemakan Seni Barong. Selain dari segi pelestarian tentunya hal tersebut juga mampu membantu para seniman Blora dari segi ekonomi untuk menambah pundi-pundi penghasilan mereka dari tangan kreatif yang mereka gunakan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai.

Jadi, usaha-usaha yang dilakukan dalam mewujudkan kelestarian Seni Barong di kabupaten Blora tentunya harus didukung dari semua pihak mulai dari seniman, masyarakat umum dan juga pemerintah daerah. Dengan adanya pelestarian ini dimaksudkan agar anak cucu dan generasi-generasi selanjutnya masih dapat menjumpai Kesenian Barong ini.

Septika Dewi Nuryanti
Mahasiswi UIN Walisongo

    Ketua Kohati Badko Jateng DIY Ajak Kader HMI Membaca Buku HMI Milenial

    Previous article

    Cara Membuat Pestisida Ramah Lingkungan dari Urine Kelinci

    Next article

    You may also like

    Comments

    Ruang Diskusi

    More in Budaya