Seluruh muslim dunia, saat ini telah memasuki bulan puasa Ramadhan 1443 H. Ditengah situasi pandemic Covid 19 yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun, puasa tahun ini memasuki sebuah fase baru melaksanakan ibadah dengan suasana yang penuh keprihatinan. Tidak hanya keprihatinan sehabis merasakan dampak pandemi yang luar biasa, juga menghadapi situasi kondisi bangsa yang mengalami degradasi disemua aspek kehidupan akibat polarisasi politik dan sosial kemasyarakatan , serta dibidang ekonomi dengan harga barang khususnya kebutuhan sehari hari yang mengalami kenaiakan harga, terakhir adanya kenaikan harga BBM, yang semakin menambah suasana keprihatinan bangsa.Bahkan kemarin, sempat masyarakat kesulitan mendapatkan minyak goreng, sebagai barang paling penting bagi sebuah keluarga di Indonesia, jika pun ada, harganya naik tinggi.

Selama satu bulan penuh, umat Islam melaksanakan puasa , di mulai dari waktu subuh sampai magrib, umat muslim berpantang untuk tidak makan dan minum, dan berhubungan badan bagi pasangan suami dan istri.Termasuk juga menghindari hal hal yang bersifat mubazir, seperti bergaya hidup mewah, berlebih lebihan dalam aktivitas sehari hari, dan mengurangi bicara yang tidak perlu. Hal ini berkisar dalam sehari 12 sampai 13 jam , waktu untuk berpuasa dalam setiap harinya.

Pengendali Diri

Makna dasar puasa adalah al- Imsak yaitu menahan diri. Sementara makna hakikinya adalah menahan diri dari hawa nafsu atas dunia. Hawa nafsu dunia inilah yang menjadi cobaan terbesar setiap manusia, dimana kecintaan kepada dunia dan hal materi telah menjeremuskan seorang menjadi hamba yang hina. Karir yang memberikan kenikmatan dunia, dikejar dengan berbagai cara dan upaya, meskipun hal hal yang bertentangan dengan hukum dan agama dilakukan. Sehingga adanya fenomena sogok menyogok untuk mendapatkan jabatan, seperti sebuah pembenaran akan kesalahan fatal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada sisi lain, seseorang yang memiliki kapasitas dan integritas sulit mendapatkan karir yang berhasil, akibat kalah dengan perilaku distortif birokrasi yang terjadi dimana mana. Kekuasaan jabatan, juga banyak di maknai sebagai properti diri yang begitu diagung agungkan. Seperti figure pemimpin zaman dahulu, Raja Firauan, yang begitu sombongnya menganggap dirinya paling hebat , bahkan melebihi keagungan Tuhannya. Jabatan dipertahankan sampai kapanpun, dianggapnya bahwa jabatan adalah upaya untuk kepentingan kuasa dirinya, sampai lupa bahwa itu semua adalah Amanah yang harus dipertanggung jawabkan tidak hanya kepada sesame manusia atau rakyatnya tapi juga kepada Tuhannya .

Baca Juga  Hindari Bad Faith dalam Mendaftarkan Merek

Zuhud Sosial

Puasa juga adalah media yang paling baik untuk mewujudkan kezuhudan sosial. Makan , minum dan berhubungan badan bagi suami istri adalah halal . Akan tetapi Alloh Swt menganjurkan kepada muslim, hal yang halal tersebut tidak boleh dimakan atau dikerjakan dahulu sampai waktu maghrib di azankan. Alloh Swt sengaja mendidik umatnya untuk melakukan puasa untuk belajar mengendalikan diri dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup setiap pribadi, agar bisa menjadi manusia yang paripurna, yaitu derajat ketakwaan kepada Alloh Swt. Meminjam istilah Yuval Harari Bagaimana Alloh Swt melatih pribadi manusia dari homo sapiens menjadi homo deus ( manusia tingkat dewa ). Merubah karakter manusia yang bersifat serakah, sombong menjadi manusia yang penuh keagungan dan kearifan seperti figure dewa. Sehingga jika manusia bisa untuk menahan yang halal saja, tentu saja semua yang haram akan tidak mau untuk dilaksanakan, bahkan dihindari dan dijauhi sejauh jauhnya. Dengan seperti ini kehidupan akan menjadi bersih, masyarakat yang tidak saling berebut kepentingan sendiri, pemimpin yang arif dan bijaksana baik di daerah sampai pusat.Sumber alam tidak dikuasai untuk diri pribadi, bahkan kekayaaan dengan label konglomerat yang telah menghancurkan sendi ekonomi bangsa akan ditinggalkan, semua hasil alam dikembalikan kepada masyarakat untuk kesejahteraan dan kemakmuran semua masyarakat.

Anti Crazy Rich

Fenomena sekarang dengan munculnya yang Namanya Crazy Rich. Beberapa orang mengaku dirinya sebagai orang kaya baru, memamerkan kekayaan yang dimiliki , berupa mobil super mewah, rumah super megah, dan pola gaya hidup hedonism, yang ditawarkan kepada semua pemirsa media sosialnya, sehingga banyak yang tergiur dengan informasinya semua. Tidak terasa, ternyata hanya semu tidak ada artinya, karena kekayaan yang dimiliki bukan melalui kerja keras, proses yang alamiah, dan serba instan.Crazy Rich mendapatkan uang dari sumber illegal, judi dan merugikan nasabahnya sendiri, bersyukur apparat hukum bertindak tegas menangkap mereka semua untuk diproses secara hukum.

Baca Juga  Dekontruksi Dikotomi Pondok Tahfidz dan Kitab

Kemegahan dan kesuksesan yang diraih dengan cara instan, adalah bertentangan dengan agama dan hukum. Puasa mengajarkan untuk melakukan proses dengan benar dan bertahap. Ada saatnya yang halal tidak diperbolehkan untuk menguji kesabaran. Keberhasilan adalah sebuah proses yang dilakukan dengan tahapan yang sesuai aturan, tidak ada keberhasilan harus melalui jalan pintas. Generasi muda adalah waktunya untuk bersekolah, , bekerja keras meraih impian dengan kemampuan diri yang mandiri. Sehingga Ketika mendapatkan kesuksesan itu sifatnay hakiki bukan semu atau dibuat buat, dan adalah buah dari kesabaran dan ketekunan, sebagai nafas utama makna puasa.

Terwujudnya Spiritual Indonesia

Maka sejatinya makna puasa secara paripurna adalah memberikan kemanfaatan yang besar yaitu rasa spiritualistic bagi bangsa Indonesia. Steven Pinker dalam Enlightmen Now, mengatakan bahwa manusia sekarang harus mengembangkan a humanistic sensibility ( Haedar Nashir , 2022 ). Humanistik Sensibility adalah memberikan sentiment empati, berupa kemurahan hati, balas kasih dan rasa saling memahami satu dengan lain.Kondisi ini yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia agar bisa Kembali menjadi bangsa yang besar, saling kolaborasi semua elemen bangsa, dan saling bergandengan tangan dalam mengatasi situasi bangsa yang mengalami gradasi diberbagai sendi kehidupan akibat pemahaman agama dan pemahaman kehidupan berbangsa yang dangkal. Hilangkan prasangka negative pada setiap elemen bangsa. Indonesia adalah negara yang besar, rasanya jika polarisasi masih terus terjadi akan mengakibatkan Indonesia mengalami keterpurukan , ditambah beban dampak pandemic yang masih terasa hingga sekarang. Semoga dengan puasa, menjadi semangat baru ber Indonesia dengan wajah yang santun, empati , dan saling bergandengan tangan tanpa melihat latar belakang suku, ras dan agama. Warga bangsa semakin cerdas , bertumbuh menjadi kekuatan kolektif yang inspiratif bagii kemajuan bangsa. Demi terwujudnya Indonesia maju yang berkeadaban.

Baca Juga  Bukan Sekadar Mengajar

Oleh: Dr. Moh. Taufik, Dosen Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal

Pelihara Satwa Dilindungi Tanpa Izin Dapat Dipidana

Previous article

Puasa dan Taqwa

Next article

You may also like

Comments

Ruang Diskusi

More in Gagasan