Prioritas Sedekah

Salah satu ajaran Islam yang sangat populer adalah sedekah. Selain untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sedekah juga salah satu perbuatan mulia karena dapat membantu mereka yang membutuhkan.

Namun, pernahkah kita bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya lebih diprioritaskan dalam penerimaan sedekah? Pertanyaan ini penting untuk dicarikan jawabannya mengingat masih banyak muslim yang belum begitu mengerti. Oleh karena itu, dalam artikel ini, penulis akan mengupas QS Al-Baqarah ayat 215, yang memberikan jawaban yang jelas mengenai urutan prioritas sedekah.

Allah SWT berfirman: ⁠”Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Katakanlah: Apa saja harta yang kamu infakkan hendaklah diberikan kepada kedua orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 215).

Ayat di atas memberikan petunjuk yang sangat jelas tentang urutan siapa saja yang sebaiknya menjadi prioritas dalam sedekah kita. Berikut adalah urutan sedekah sebagaimana tuntutan dalam Alquran:

Pertama, kedua orang tua.

Kedua orang tua menempati urutan pertama. Kedua orang tua adalah orang yang paling berhak menerima sedekah dari kita. Hal ini karena keudukan kedua orang tua dalam Islam sangat mulia. Bahkan, Rasulullah SAW sampai bersabda, “Keridhaan Allah terletak pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR Tirmidzi).

Memberi sedekah kepada kedua orang tua kita, baik dalam bentuk materi maupun perhatian, adalah bentuk bakti dan pengabdian yang diutamakan. Orang tua yang telah mendidik dan merawat kita layak mendapatkan perhatian pertama.

Kedua, kerabat.

Setelah orang tua, kerabat atau saudara kita juga menjadi prioritas. Namun, praktek di lapangan seringkali orang tua dan kerabat justru dinomor duakan. Artinya, banyak dari kita lebih suka bersedekah kepada orang lain, apalagi yang memiliki motif mencari perhatian. Maka, sedekah biasanya lebih banyak diberikan kepada orang lain yang bukan orang tua dan kerabat. Padahal, kerabat membutuhkan.

Perlu diketahui pula bahwa memberi sedekah kepada keluarga memperkuat ikatan kekeluargaan dan menghindarkan dari perselisihan. Selain itu, rasulullah menegaskan bahwa: “Sesungguhnya sedekah kepada orang miskin pahalanya satu sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat pahalanya dua; pahala sedekah dan pahala menjalin hubungan kekerabatan.” (HR. An Nasai, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Ketiga, anak-anak Yatim.

Prioritas sedekah selanjutnya adalah anak-anak yatim. Inilah luar biasanya ajaran Islam. Mengapa? Sebagaimana kita ketahui bahwa anak-anak yang kehilangan orang tua, mereka adalah golongan yang sangat rentan. Oleh karena itu, Islam memerintahkan agar anak Yatim diberikan perhatian dan perlindungan khusus, termasuk dalam hal penerimaan sedekah.

Sudah sepatutnya kita memperhatikan anak yatim melalui sedekah, tentu juga sebagai salah satu bentuk dari upaya untuk menumbuhkan rasa kasih sayang dan solidaritas antar sesama.

Keempat, orang-orang miskin.

Prioritas keempat adalah sedekah kepada orang-orang miskin atau fakir. Al-Quran sering kali menekankan perhatian kepada fakir miskin sebagai wujud tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap sesama.

Akan tetapi, fenomena saat ini, ‘miskin’ sudah dijadikan sebagai profesi. Artinya, dengan modal penampilan miskin lalu meminta-minta, oknum tersebut justru memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan pundi-pundi uang yang begitu banyak. Terkait hal ini, sesungguhnya Islam mendorong orang miskin untuk tidak menjadikan meminta-minta sebagai ‘profesi’ jika mereka masih mampu bekerja atau berusaha mencari nafkah.

Hal ini sebagaimana ditegakan oleh Baginda Rasulullah: ” “Seseorang dari kalian mengambil tali dan memikul kayu bakar di punggungnya lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi ataupun tidak.” (HR Bukhari dan Muslim).

Terhadap fenomena tersebut, maka kita harus bijak dalam bersedekah. Pastikan mereka benar-benar orang yang membutuhkan, bukan orang yang pura-pura miskin.

Kelima, Orang yang Sedang dalam Perjalanan (Ibnu Sabil)

Orang-orang yang dalam perjalanan, yang bisa jadi mengalami kesulitan atau keterbatasan di tengah perjalanan jauh. Nah orang seperti inilah yang juga termasuk dalam daftar prioritas penerima sedekah. Dalam konteks modern, ibnu sabil bisa diartikan lebih kontekstual lagi, sehingga mencakup para pekerja migran, musafir, atau bahkan mahasiswa yang belajar di negeri orang.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa sedekah sejatinya bukan hanya soal memberi. Lebih dari itu adalah soal memahami prioritas sesuai tuntunan Allah SWT. Tuntunan tersebut pasti ada hikmahnya, salah satunya adalah agar sedekah kita menjadi lebih berarti dan bernilai di sisi-Nya.

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *