Perempuan Sebagai Objek Cyber Sexual Harassment di Dunia Maya

Oleh: Melisya Aviana, Peserta LKK HMI Cabang Bogor 2024 asal Cabang Semarang

Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan generasi muda. Bagi perempuan, platform ini sering digunakan sebagai ruang berekspresi untuk menunjukkan prestasi, gaya hidup, atau sekadar berbagi momen pribadi. Namun, kebebasan ini kerap diiringi risiko menjadi sasaran pelecehan seksual dalam bentuk komentar negatif atau pengobjektifan.

Foto dan video perempuan yang menarik perhatian publik sering kali dinilai semata-mata dari aspek visual dan seksual. Pandangan ini berakar dari budaya patriarki yang mengesampingkan nilai perempuan sebagai individu yang utuh. Di dunia maya, tubuh perempuan sering dianggap sebagai objek milik publik yang bebas dikomentari dan dieksploitasi.

Tingginya Kasus Pelecehan Seksual Online

Menurut survei Plan International terhadap 14.701 perempuan muda di 22 negara, 58 persen responden mengaku pernah mengalami kekerasan di media sosial. Meskipun tidak terjadi secara fisik, dampak pelecehan ini sangat nyata dan mencakup pelanggaran hak asasi manusia.

Pelecehan seksual di dunia maya, atau cyber sexual harassment, dapat berupa verbal maupun visual. Bentuknya beragam, mulai dari komentar berkonotasi seksual, humor pornografi, isyarat seksual, hingga ajakan hubungan seksual. Selain memengaruhi kondisi psikis korban, pelecehan ini juga berdampak pada aspek lain, seperti pekerjaan. Tidak sedikit korban yang kehilangan pekerjaan akibat tersebarnya foto atau video pribadi tanpa izin di media sosial.

Langkah Preventif Melawan Pelecehan Online

Pertama, perempuan dapat mengatur privasi akun media sosial mereka untuk membatasi siapa saja yang dapat melihat atau mengomentari unggahan. Dengan pengaturan ini, risiko menjadi sasaran pelecehan dapat diminimalkan.

Kedua, penting untuk menggunakan kata sandi yang kuat dan mengaktifkan autentikasi ganda pada setiap akun. Ini bertujuan untuk melindungi akun dari akses tidak sah yang dapat berujung pada penyebaran data pribadi.

Ketiga, hindari membagikan informasi pribadi secara sembarangan di platform publik. Data seperti nomor telepon, alamat, atau lokasi sebaiknya dijaga agar tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Selain tindakan teknis, masyarakat juga dapat berperan aktif mendukung kampanye melawan cyber sexism dan memberikan ruang aman bagi korban untuk berbicara. Dukungan moral kepada korban sangat penting agar mereka tidak merasa sendirian dalam menghadapi dampak pelecehan.

Pentingnya Kesadaran Bersama

Fenomena pelecehan seksual di dunia maya adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian semua pihak. Melalui edukasi dan peningkatan kesadaran, diharapkan warganet dapat lebih bertanggung jawab dalam memproduksi dan merespons konten di dunia maya. Dengan membangun lingkungan digital yang aman, perempuan dapat berekspresi tanpa rasa takut atau terancam, sehingga hak-hak mereka sebagai individu tetap terlindungi.

 

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *