Perbaiki Hubunganmu Dengan Tuhanmu

Oleh: Mukharom, Dosen Fakultas Hukum Universitas Semarang (USM) dan Mahsiswa Program Doktor Ilmu Hukum (PDIH) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang

Manusia adalah mahluk sosial, yang peran dan eksistensinya membutuhkan orang lain untuk mendukung maupun mengawal dalam menjalani hidup. Kehidupan yang kita jalani, terkadang tidak semulus dengan apa yang kita rencanakan, karena rencana Allah lah yang pasti. Oleh karena itu, kita butuh nasihat, saran dan termasuk memperbaiki hubungannya dengan manusia agar tidak timbul masalah, konflik.

Makanya, para pendahulu kita memanfaatkan silaturahmi dengan memberikan wejangan kepada kolega-koleganya untuk senantiasa memperbaiki diri, termasuk memperbaiki hubungannya dengan Allah Swt.  Abdullah bin Aun berkata bahwa Salafush Shalih terdahulu apabila bertemu mereka saling berwasiat dan apabila mereka tidak bertemu mereka sering menulis tiga perkara yang sangat penting. Wasiat tersebuat adalah.

Pertama, “Siapa yang lebih fokus terhadap kehidupan akhiratnya, maka Allah akan cukupkan urusan dunianya” hal ini sebagai pemicu bagi kita untuk melakukan segala aktivitas kehidupan di dunia semata-mata mengharapkan ridlo Allah Swt, dan tujuan utamanyya adalah hari kemudian yaitu akhirat, dengan demikian dunia akan mengikuti.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi yang artinya: “Siapa yang keinginan dia hanyalah kehidupan akhirat saja, Allah akan kokohkan urusannya, dan Allah akan jadikan kekayaan itu ada di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina dimatanya”. Dari hadits di atas dapat dijelaskan bahwa (1) Allah kokohkan urusan hambanya. Artinya  ketika kita bisa tegar dalam menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan dalam kehidupan dunia ini dan istiqamah, maka Allah akan membalasnya. (2) Allah jadikan hatinya kaya.

Merasa cukup dengan yang ada atau qana’ah, menjadi orang-orang yang dalam kehidupan dunia tidak terbuai atau zuhud. (3) Allah akan jadikan dunia mendatanginya dalam keadaan hina di matanya. Artinya dunia akan didapatkan sebagai sarana ibadah, bukan berarti kita tidak butuh dunia. Fokus akhirat menjadi kunci sukses dunia dan akhirat, tapi sebaliknya jika hanya fokus dunia, akhirat tidak mendapatkan kebahagiaan, dunia pun menjauh, lebih rugi lagi tidak dapat kedua-duanya, sengsara dunia dan akhirat.

Coba kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari, orang yang hanya hidupnya mencari, mencintai dunia, bahkan dihatinya sudah terpatri isinya dunia tanpa menghiraukan urusan yang jauh lebih utama yaitu akhirat, hidupnya tidaklah tenang, mengeluh, mudah putus asa dan sifat egonya lebih besar. Berbeda dengan orang yang berfikir untuk akhirat, Allah memberikan kenikmatan dunia, bahkan nikmat dunia tidak mengurangi pahala nanti diakhiratnya, karena difungsikan untuk kehidupan di akhirat.

Jadi di saat kehilangan dunia, tidak sedih apalagi menyesal, akan tetapi sebaliknya merasa menyesal dan sedih jika amalan akhiratnya luput, sebagai contoh tidak menjalankan sholat tahajud ia menyesal, sehari tidak berbuat kebaikan menyesal, dan lan sebagainya. Oleh karena itu, orientasi akhirat harus dilatih dengan terus menerus, dengan taat dan patuh atas perintah Allah Swt.

Kedua, “Siapa yang memperbaiki batinnya, maka Allah akan perbaiki lahirnya”. Membeningkan hati dari perkara yang merusak agama. Bersihkan diri dari kesyirikan dan menghilangkan segala penyakit hati, seperti iri, dengki, kesombongan dan penyakit hati yang lain dan berakibat tidak selamat dari kehidupan akhirat. Kebeningan hati inilah yang harus dijaga agar tidak terkontaminasi perkara jahat. Hal ini sesuai dengan apa yang difimankan oleh Allah dalam Al Qur’an Surat Asy Syu’ara ayat 88-89 yang artinya: “Pada hari kiamat tidak akan bermanfaat harta dan anak-anak, kecuali orang yang datang kepada Allah membawa hati yang selamat.

Hati yang selamat dapat dijelaskan bahwa hati yang selamat dari cinta dunia berlebihan, selamat dari menyekutukan Allah, selamat dari mengikuti hawa nafsu dan syahwat, karena sesungguhnya hati yang selamat tergantung kita. Oleh sebab itu, berusahalah sekuat hati untuk memperbaiki hati kita, maka Allah akan perbaiki amalan kita. Berusahalah memperbiki diri di saat sendiri, di saat tidak ada manusia yang mengetahui, kemudian kita tetap menjaga ketakwaan kepada Allah, maka Allah membalas dan menjadikan kita baik dihadapan manusia.

Ketiga, “Siapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan perbaiki hubungannya dengan manusia” caranya adalah memperbaiki ibadah kita kepada Allah, contohnya shalat, kekhusuan dalam shalat menjadi penting, sehingga berusah agar hati selalu ingat dan fokus kepada Allah, susah memang, tapi bisa jalankan.

Dengan demikian, Allah akan selalu ingat kepada kita, Allah berfirman dalam Al qur’an Surat Al Baqarah ayat 152 yang artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” Logikanya adalah jika Allah sudah dekat dengan kita, maka segala bantuan dan pertolongan akan diberikan.

[blockquote footer=”Surat Al Baqarah ayat 152″]“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”[/blockquote]

Memperbaiki hubungan dengan Allah dengan cara cinta yang ditumbuhkan dalam segala aspek kehidupan, menyerahkan segala urusan kepada Allah, bertawakal, berdo’a dan berharap hanya kepadaNya. Di sisi lain jika bersalah segeralah bertaubat, karena manusia tempatnya salah dan lupa. Dengan demikian hubungan dengan Allah menjadi baik, maka Allah pun akan memperbaiki hubungannya dengan manusia, dijadikan orang-orang mencintainya.

Hal ini sesuai dengan hadits, apabila Allah mencintai seorang hamba, Allah akan memanggil Jibril dan Allah berfirman, “Wahai Jibril, sesungguhnya aku mencintai si Fulan, maka cintailah ia.” Lalu Jibril pun mengumumkan di seluruh makhluk yang ada di langit sana, “Wahai penduduk langit, sesungguhnya si Fulan dicintai oleh Allah, maka cintailah ia” lalu kemudian diterimalah penerimaan di muka bumi ini.

Suatu keharusan jika kita menginginkan Allah mencintai kita, maka perbaikilah hubungan dengan Allah. Kita tidak perlu risau memikirkan orang-orang cinta kepada kita, karena hati manusia bisa bolak balik, hari ini baik, besok bisa berubah benci. Berbeda dengan cintaNya Allah kepada kita, maka Allah akan menjadikan manusia tunduk mencintai kita.

Oleh karena itu, mulai dari sekarang perbaiki-perbaiki dan terus perbaiki hubungan dengan Allah dan hanya mengharap ridho Allah baik dunia maupun di akhirat. Ddan semoga kita salah satu hamba yang dicintai Allah Swt. Aamiin

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *