Syariat puasa pada dasarnya memberikan manfaat secara langsung bagi manusia, baik manfaat secara fisik maupus secara psikologi. Manfaat secara fisik adalah bahwa puasa sangat dianjurkan di dunia kedokteran, contohnya ketika sesorang akan menjalankan tindakan operasi disarankan untuk berpuasa. Sedangkan dari sisi psikologi, manfaat puasa adalah mengantarkan seseorang untuk berlatih menahan diri agar tidak terbawa emosi, bersikap sabar dan senantiasa taat aturan.

Puasa sebagai salah satu kewajiban ummat Islam, dan merupakan perintah langsung dari Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dan termasuk kepada nabi-nabi terdahulu sebelum Rasulullah Saw, puasanya pun dengan berbagai macam cara dan bentuk dalam melaksanakannya, puasanya sangat teramat berat, contohnya, puasanya Nabi Daud diwajibkan berpuasa seumur hidup dengan cara setiap dua hari sekali berselang seling. Maryam Ibunda Nabi Isa melaksanakan puasa wajib dengan selain menahan makan dan minum juga puasa bicara. Nabi Adam berpuasa tiga hari setiap bulan sepanjang tahun. Nabi Nuh berpuasa setahun penuh kecuali dua hari raya. Nabi Musa, Nabi Yunus, Nabi Ibrahim dan Nabi Yusuf pun berpuasa dengan tujuan mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu Allah Swt.

Suasana Ramadhan kali ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, dikarenakan tahun ini terjadi peristiwa yang membuat masyarakat dunia khawatir, yaitu adanya wabah virus corona atau covid 19 yang menyerang kekebalan tubuh manusia, hal ini terbukti, sudah memakan banyak korban meninggal dunia di hampir semua negara, termasuk di tanah air Indonesia, suasana ini semakin kita rasakan di awal Ramadhan, dengan pembatasan-pembatasan jumlah jamaah di tempat ibadah, baik Masjid maupun Mushala. Termasuk ditiadakannya agenda-agenda selama Ramadhan yang telah terencana semuanya dibatalkan, misalnya buka bersama (bukber), sahur bersama, tabligh akbar, kajian Islami Ramadhan dan lain sebagainya yang mengundang masa dan audien, beralih ke online, dikarenakan kebijakan pemerintah untuk social distanching atau phisical distanching guna memutus penyebaran virus corona. Namun demikian, suasana kegembiraan dan semangat dalam menjalankan ibadah puasa tetap terjaga, hal ini dapat dilihat dari media sosial, dengan berbagai posting menyambut Ramadhan.

Baca Juga  Meneladani Sosok Berpengaruh di Dunia

Bulan Ramadhan adalah salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah Swt, hal ini sesuai dengan firmanNya dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 183 yang Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertaqwa.

Ada tiga terminologi yang sering dibahas setiap datangnya bulan suci Ramadhan yaitu, Puasa, Al Qur’an, dan Taqwa. Kita ketahui bahwa puasa Ramadhan selain berupa kewajiban yang harus dijalankan juga banyak hikmah di dalamnya, sehingga setiap waktu harus dimanfaatkan untuk beribadah, karena ibadah yang dijalankan akan dilipat gandakan, setiap doa-doa yang dipanjatkan akan mudah dikabulkan serta pintu surga dibuka selebar-lebarnya dan pintu neraka ditutup serapat-rapatnya, artinya bahwa ummat Islam untuk senantiasa berbuat kebajikan guna meningkatkan amal ibadah dengan mengharap ridla Allah Swt serta masuk surga. Puasa juga melatih pola dan kebiasaan, pola untuk hidup sehat dan teratur serta kebiasaan disiplin, tepat waktu. Dengan pola dan kebiasaan yang terbentuk selama proses latihan selama bulan Ramadhan akan terbawa pasca Ramadhan dengan baik, walaupun pola dan kebiasaan tersebut kecendrungannya dipaksakan akan tetapi berdampak positif sehingga kebiasaan tersebut yang akan mengatur pola kehidupan kita.

Al Qur’an turun pada bulan suci Ramadhan, Al Qur’an sebagai pedoman hidup manusia yang dimensinya dunia dan akhirat, sehingga pada bulan suci ini banyak dimanfaatkan untuk mengkaji Al Qur’an, sehingga bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Perlu kita ketahui bahwa Al Qur’an turun dua kali. Pertama, Al Qur’an turun sekaligus yaitu 30 Juz ke langit dunia disebut Baitul Ma’mur. Kedua, Al Qur’an turun secara bertahap ke bumi kepada Nabi Muhammad Saw di mulai pada tanggal 17 Ramadlan, yang sering kita periingati sebagai Nuzulul Qur’an, bulan turunnya Al Qur’an. Dengan turunnya Al Qur’an mengisaratkan bahwa petunjuk Allah Swt untuk hidup dijalan yang lurus, karena Al Qur’an merupakan pedoman hidup manusia untuk dibimbing ke hal yang baik, baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Oleh karena itu Al Qur’an selain kita baca juga harus kita pelajari untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga  Puasa, Alquran dan Taqwa

Bulan puasa merupakan bulan yang dimanfaatkan secara individu dengan meningkatkan spiritualitas kita. Momentum membangun kesalehan spiritual sangat tepat di bulan suci ini, dengan melaksanakan ibadah puasa merupakan bagian dari bentuk ketaatan seorang hamba kepada Allah yang harus dijalankan dengan dasar keimanan. Memaknai puasa tidak hanya secara syar’i yaitu menahan makan dan minum serta hal-hal yang membatalkan puasa saja, akan tetapi kita bisa memaknai lebih jauh lagi yaitu merasakan secara fisik bagaimana orang yang kurang mampu secara ekonomi manahan rasa lapar ketika belum makan, sehingga memunculkan rasa empeti yang berimbas pada peningkatan rasa syukur dan kepedulian terhadap sesama.

Tujuan puasa adalah mencapai derajat taqwa. Taqwa secara bahasa arab, berasal dari fi’il ittaqa-yattaqi, yang artinya berhati-hati, waspada, takut. Bertaqwa dari maksiat maksudnya waspada dan takut terjerumus dalam maksiat. Hal ini mengandung arti bahwa esensi taqwa adalah tidak hanya membahas soal ibadah ritual saja akan tetapi juga aplikasi muamalah, bergaul dan ajaran untuk melakukan kebaikan-kebaikan antar sesama manusia dengan mengharap ridlo Allah Swt, disisi yang lain taqwa berorientasi guna mencegah manusia untuk menghnidari dari hal-hal yang dilarang oleh Allah karena takut akan dosa dan azab Allah. Oleh karena itu bagi orang yang dapat menjalankannya akan mulia di sisi Allah, sesuia dengan firmanNya “Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian” (QS. Al Hujurat: 13).

Baca Juga  Menguji Integritas Wakil Rakyat Soal LGBT

Adapun karakter orang bertaqwa telah digambarkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 2 sampai dengan 4, karakter orang bertaqwa diantara adalah menafkahkan sebagian rizqinya. Dalam bulan ramadlan ini dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dalam bentuk sosial, dengan melatih kesalehan sosial diharapkan fakir miskin dapat merasakan kepedulian yang disalurkan oleh kaum berada. Membangun kesalehan sosial perlu dilatih sejak dini artinya melatih rasa peduli bagi sesama harus diajarkan dari anak-anak, sehingga kelak dewasa akan terbiasa membantu antar sesama. Kesadaran ini perlu ditumbuhkan dan dibangun oleh individu maupun kelompok, dalam hal ini adalah instansi dengan tujuan mengorganisir untuk membantu sesama.

Membangun keslehan spiritual dan kesalehan sosial harus secara bersama-sama, tidak dipisahkan, jika tidak seiring maka akan timpang, karena implentasi kesalehan spiritual adalah dalam bentuk sosial, sedangkan kesalehan sosial bagian dari ajaran agama secara spiritual sesuai dengan Al Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 3 “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka” dalam konteks ayat ini sudah jalas antara kesalehan spiritual/individual dan kesalehan sosial tidak dipisahkan, Allah memerintahkan untuk mendirikan shalat (kesalehan spiritual) kemudian memerintahkan untuk menafkahkan sebagian hartanya (kesalehan sosial). Kedua karakter tersebut merupakan bagian dari ciri-ciri orang bertaqwa.

Semoga di bulan suci ini, kita dapat membangun kesalehan spiritual sekaligus kesalehan sosial demi meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt, dan muaranya adalah konsisten di bulan-bulan selain Ramadhan tetap semangat melakukan akativitas ini demi ummat dan bangsa.

Oleh: Mukharom, Dosen Fakultas Hukum Universitas Semarang (USM) dan Pengurus Masjid Al Hasyim Kota Semarang

Pentingnya Transformasi Pendidikan Filsafat Islam

Previous article

DIBALIK SUNAH “MAKAN SAHUR”

Next article

You may also like

Comments

Ruang Diskusi

More in Mukharom