Dalam banyak ayat, Allah SWT memerintahkan kepada hambanya agar senantiasa ber-istighfar. Alquran surat an-Nashr [110] ayat 3 misalnya, Allah berfirman: “Maka bertasbihlah kamu (Muhammad) dengan memuji Tuhanmu dan memohon ampunlah (istighfar) kepada-Nya, sesungguhnya Dia-lah Dzat yang maha pengampun. ”
Bahkan Nabi Muhammad sendiri juga sering istighfar. Dalam Riwayat Bukhari, Nabi bersabda: “Demi Allah. Sungguh aku ber-istighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.”
Berdasarkan Ayat Alquran dan hadis tersebut, dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk senantiasa ber-istighfar tanpa mengenal kondisi, lokasi, waktu dan keadaan. Setiap saat, bahkan setiap detik, hendaknya bibir kita basah dengan ucapan istighfar kepada-Nya.
Memang, sebagaimana dalam ayat Alquran, ada saat-saat yang utama untuk melafalkan istighfar, seperti sebelum dan sesudah shalat atau juga di akhir malam. “Merekalah sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir malam mereka ber-istighfar (memohon ampun) kepada Allah.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 17-18). Meskipun demikian, istighfar, sekali lagi, tak mengenal waktu dan tempat.
Namun sebelum jauh membahas mengapa Allah memerintahkan hambanya untuk memperbanyak istighfar, alangkah lebih baik jika kita mengupas terlebih dahulu apa itu istighfar. Terkait hal ini, Imam Ar-Raghib al-Ashfahani menerangkan bahwa istighfar adalah “memimta (ampunan) dengan ucapan dan berbuatan.”
Lantas, mengapa Allah memerintahkan kepada hambanya untuk memperbanyak istighfar? Jawaban atas pertanyaan ini penting sekali. Setidaknya ada beberapa keutamaan dan manfaat istighfar. Dan keutamaan dan manfaat istighfar ini sekaligus menjadi jawaban mengapa Allah memerintahkan hambanya untuk memperbanyak istighfar.
Pertama, membuka pintu rezeki. Dosa mendatangkan banyak kerugian, namun tidak dengan istighfar. Istighfar mendatangkan manfaat yang berlipat, seperti membuka pintu rezeki. Hal ini sudah dikatakan oleh Allah SWT dalam surat Nuh [71] ayat 10-11.
“Maka aku (Nabi Nuh) berkata kepada mereka ‘mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh [71]: 10-12).
Dalam tafsir al-Qurtubi, ketika sampai pada ayat ini, dijelaskan sebuah kisah yang menarik. Bahwa suatu hari ada seseorang yang datang ke Hasan al Bashri (seorang tabi’i) dan ia mengadu kepadanya tentang kondisi wilayahnya kala itu yang diterpa musim paceklik (kekeringan, dan kegersangan). Lantas Al-Hasan memberikan solusi yang cukup singkat namun mujarab, yakni mereka diminta untuk memperbanyak istighfar. “Ber-istighfarlah kepada Allah,” jawab Al-Hasan.
Kemudian, Al-Hasan juga didatangi oleh orang lain. Kali ini, mengadukan tentang kondisi ekonominya, yakni yang diterpa kefakiran. Jawaban Al-Hasan masih sama. Bahkan ada orang yang datang ke Al-Hasan lagi, ia meminta didoakan supaya mempunyai keterunan. Al-Hasan pun mengatakan kepadanya: “Ber-istighfarlah kepada Allah.”
Kemudian ada yang heran dengan sikap dan solusi yang diberikan Hasan Bashri kepada orang yang mengalami masalah yang beda-beda, namun resep yang diberikan sama. Lantas orang tersebut bertanya kepada Al-Hasan Al-Bashri, “Mengapa engkau menyuruh mereka semua ber-istighfar?”
Maka Hasan Bashri pun dengan sigap menjawab: “Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri.” Kemudian Hasan Bashri pun menunjukkan dan membacakan firman Allah surat Nuh ayat 10-12 sebagaimana disebutkan di atas.
Berdasarkan ayat tentang istighfar sebagaimana terdapat dalam surat Nuh ayat 10-12 tersebut, dapat dijelaskan bahwa manfaat istighfar amatlah banyak; seperti menjadikan sebab turunnya hujan, meluaskan rezeki, mengalirnya sungai-sungai sebagai pemicu tumbuhnya sumber kehidupan manusia.
Kedua, segala urusan akan dimudahkan. Allah berjanji akan mempermudah atau memberi jalan keluar bagi hambanya yang gemar ber-istighfar.
Dalam hadis riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rizeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
Ketiga, menjadikan hidup indah dan menyenangkan. Allah berfirman: “ Dan ber-istighfarlah kepada Tuhan kalian serta bertaubatlah kepada-Nya, niscaya ia akan memanjangkan kehidupanmu dalam kehidupan yang baik (indah) sampai yang telah ditentukan (ajal).” QS. Huud: 3).
Mengenai ayat ini, para ulama ahli tafsir menjelaskan bahwa kandungan ayat ini sangatlah dalam, bahwa manfaat istighfar dalam ayat ini adalah kehidupan yang indah, yaitu; Allah melapangkan rizekinya, dijadikan hidupnya penuh dengan kenikmatan, dan Allah berikan kepadana kenikmatan hidup, keamanan, kemudahan dan sabar atas musibah yang menerpanya (Tafsir Al-Baghowy).
Keempat, jalan masuk surga. Nabi Muhammad SAW menyebut bahwa ada sebuah dzikir yang disebut sebagai Sayyidul Istighfar yang memiliki keistimewaan luar biasa.
“Barangsiapa membacanya di waktu pagi hari dengan penuh keyakinan, kemudian meninggal sebelum datangnya waktu malam, maka dia masuk ke dalam surga. Barangsiapa yang membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan dan meninggal sebelum datangnya pagi, maka ia masuk ke dalam surga. (HR. Bukhari).
Itulah keutamaan dan manfaat istighfar dan alasan mengapa Allah memerintah hambanya untuk memperbanyak istighfar. Semoga kita termasuk orang yang pandai bersyukur dan bibir kita selalu basah dengan bacaan Alquran serta istighfar kepada Allah SWT. Tentu bukan sekedar istighfar dalam tataran ucapan, melainkan juga diiringi dengan keyakinan dan kejernihan hati dan pikiran kita.