Guru Lentera Pendidikan

Guru Lentera Pendidikan

Guru merupakan profesi yang mulia. Namun, ia bukan hanya sekedar profesi, melainkan juga panggilan jiwa.  Ia menjadi salah satu faktor utama penentu kesuksesan siswa di masa depan, karena di tangan guru lah masa depan seseorang berada. Lihat saja tokoh-tokoh besar dunia dengan sederet karya populer mereka.

Tentunya keberhasilan mereka tersebut tidak lepas dari ajaran guru selama di madrasah. Bahkan saking memuliakannya seorang guru, Ali bin Abi Thalib ra berkata, “Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, dimerdekakan, ataupun tetap menjadi hambanya.”

Guru merupakan elemen dasar pembentuk karakter yang baik, guna menujang masa depan siswa. Maka tidak mengherankan, jika guru disebut sebagai orang tua kedua bagi anak. Segala tingkah lakunya menjadi panutan bagi anak didiknya, baik dari segi moral maupun etika.  Tanggung jawab yang dipikul seorang guru bukan hal yang remeh, karena di tangan guru masa depan anak didik dipertaruhkan.

Dalam hal mengajar, ia juga dituntut untuk menjadi sosok yang kreatif dan inovatif, mampu mengombinasikan antara materi dengan teknik pembelajaran yang menarik. Sebab, jika minat belajar siswa berkurang dan proses pembelajaran tidak kondusif, maka guru dengan kompetensi tinggi pun tidak akan memberikan manfaat apapun. Namun, justru hal inilah yang sering diabaikan oleh para guru.

Menurut sebagian guru, mengajar hanya sebatas menyampaikan materi demi materi setiap harinya, seakan ruuhul mudarris (jiwa seorang guru) sama sekali tidak merasuk ke dalam jiwa guru. Padahal ruh inilah yang jauh lebih penting dari sekadar kehadiran guru.

Guru bisa saja datang ke kelas kapan saja, namun jika tidak dibarengi ruuhul mudarris maka tidaklah cukup untuk mengajak siswa ikut masuk ke dalam magnet materi yang menarik. Materi yang awalnya mudah diterima, menjadi terasa sukar. Sebab, dalam penyampaiannya, ruuhul mudarris tidak ikut serta mempengaruhi guru. Dari mana kita tahu ada tidaknya ruhhul mudarris pada diri guru? Mudah saja, lihat dari cara mengajarnya di dalam kelas.

Kelas yang seharusnya bisa menjadi surga ilmu bagi siswa, malah terasa monoton dan membosankan. Entah karena  malas atau kurangnya guru dalam menguasai materi. Bahkan, seringkali guru tidak hadir dengan alasan yang tidak jelas, atau hadir diisi dengan menambahkan materi-materi baru baik dalam bentuk mencatat ataupun mengerjakan tugas, tanpa adanya pemberian wawasan yang cukup. Sebanyak apapun materi yang dikuasai seorang guru, bahkan dosen sekalipun, tetapi ruuhul mudarris tidak ikut berperan maka tetap saja tidak ada gunanya. Sebab, ruuhul mudarris lah yang menjadi dasar seorang guru dalam melakukan kegiatannya.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran guru bukan hanya sebagai pembimbing dan pengajar saja, melainkan di dalamnya sebuah seni dan kreatifitas. Guru hendaknya juga memiliki skill untuk mengaplikasikan proses belajar mengajar, yang biasanya identik dengan hal-hal monoton dan tugas yang berjibun, menjadi kegiatan yang menarik dan selalu ditunggu-tunggu siswa.

Sehingga proses belajar mengajar tidak terasa seperti sebuah tanggungan bagi mereka, melainkan sebuah kebutuhan pokok. Sehingga semangat belajar tidak pernah surut barang sedikitpun.

Guru juga harus bisa memberikan teladan yang baik bagi anak didiknya agar bisa menjadi penyemangat dan motifasi bagi mereka. Karena, di tangan guru lah masa depan seorang anak berada. Lahirnya tokoh-tokoh ilmuwan terkemuka di duniapun pastinya tidak lepas dari didikan guru-guru yang hebat pula.

Selamat Hari Guru 2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *