Membangun Komunikasi Dakwah yang Humanis di Era Multikulturalisme

Komunikasi dakwah merupakan proses penyampaian pesan-pesan ilahi (maddah) oleh da’i kepada mad’u yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Dalam penyampaian pesan ini perlu mengedepankan sikap-sikap kemanusiaan, saling menghargai, adil dan mensejahterakan manusia. Hal ini disebut juga sebagai komunikasi dakwah yang humanis.

Dalam era globalisasi yang ditandai dengan keberagaman budaya, agama, dan pandangan hidup, dakwah memiliki tantangan sekaligus peluang besar. Multikulturalisme, sebagai fenomena kehidupan sosial yang sarat dengan perbedaan, menuntut pendekatan dakwah yang lebih humanis, inklusif serta adaptif agar pesan-pesan islam dapat diterima dengan baik oleh berbagai lapisan masyarakat.

Mengapa komunikasi dakwah harus humanis? Komunikasi dakwah yang humanis menempatkan manusia sebagai subjek utama dalam proses penyampaian pesan islam. Dalam hal ini dakwah berarti tidak hanya fokus pada penyampaian ajaran agama semata, namun juga memperhatikan kebutuhan, kondisi psikologis dan kehidupan sosial dari mad’unya.

Pendekatan ini sesuai dengan teladan Rasulullah SAW. yang selalu mengedepankan empati, kasih sayang, dan menghormati perbedaan dalam dakwah. Sebagai contoh, dalam perintah larangan meminum khamr Rasulullah SAW. tidak serta-merta langsung mengharamkannya.

Namun melalui barbagai tahap dan pendekatan, sebab kebiasaan meminum khamr ini telah melekat pada masyarakat bangsa Arab dan telah menjadi sebuah tradisi.

Dari contoh tersebut perlu diketahui bagaimana membangun komunikasi dakwah yang humanis di era multikulturalisme saat ini. Agar dakwah yang disampaikan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pemahaman lintas budaya

Seorang da’i harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai budaya dan tradisi masyarakat yang akan menjadi sasaran dakwah. Misalnya, penggunaan seni tradisional seperti tembang atau seni pertunjukan dapat menjadi media yang efektif, karena seni memiliki kemampuan menyentuh hati tanpa kesan menggurui.

Komunikasi empatik

Empati merupakan kunci dalam membangun hubungan yang harmonis dengan audiens. Dalam masyarakat multikultural kemampuan untuk mendengar pendapat dan keresahan dari pihak lain sangat penting dalam menciptakan dialog yang membangun.

Pemanfaatan teknologi digital

Era digital memberikan jangkauan yang lebih luas. Media sosial, podcast, dan platform video dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan islam yang menarik dan relevan terhadap generasi milenial dan gen z.

Penguatan nilai toleransi

Multikulturalisme seringkali diwarnai dengan potensi konflik akibat perbedaan. Oleh karena itu dalam berdakwah perlu menanamkan nila-nilai toleransi, saling menghormati, dan menjunjung persaudaraan. Islam sebagai agama yang Rahmatan lil’alamin harus diwujudkan melalui sikap yang mencerminkan kasih sayang kepada sesama manusia, tanpa memandang latar belakang.

Membangun komunikasi dakwah yang humanis di era multikulturalisme adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa pesan Islam tidak hanya didengar, tetapi juga dirasakan manfaatnya dalam kehidupan masyarakat.

Dakwah yang humanis menuntut kesadaran akan pentingnya empati, penghormatan terhadap keberagaman, dan inovasi dalam penyampaian pesan.

Dengan pendekatan ini, dakwah dapat menjadi jembatan yang menghubungkan perbedaan menjadi harmoni, sekaligus menguatkan peran Islam sebagai agama yang membawa kedamaian dan keberkahan bagi seluruh umat manusia.

*Irva Nafilah, Mahasiswi UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *