Animo anak muda menghafalkan al-Qur’an meningkat cukup signifikan akhir-akhir ini. Makin banyak mahasiswa yang bertekad untuk menghafalkan al-Qur’an. Agar lebih fokus dalam menghafal, di antara mereka bahkan mengikuti program khusus menghafalkan al-Qur’an selama liburan semesteran.
Pondok Pesantren Darun Nashihah Monash Institute memfasilitasi kaum muda yang bertekad kuat untuk menghafalkan al-Qur’an. Bertempat di samping kampus UIN Walisongo Semarang, mereka yang bertekad kuat untuk menghafalkan al-Qur’an ditempa untuk menjalani beberapa tahap, sebelum benar-benar diizinkan untuk menghafalkan al-Qur’an.
Pertama, tahsin. Agar bacaan yang dihafal nantinya benar-benar sesuai dengan hukum-hukum bacaan al-Qur’an yang benar, maka yang dipastikan di awal adalah bacaan sudah sesuai dengan kaidah tajwid.
Kedua, tafhim. Menghafalkan al-Qur’an akan menjadi lebih mudah apabila penghafal terlebih dahulu mengerti artinya. Menghafal tanpa mengetahui artinya, menurut Dr. Mohammad Nasih, yang juga pengasuh program tahfidh al-Qur’an 10 bulan membutuhkan usaha tujuh kali lipat.
Peserta program ini berasal dari berbagai perguruan, baik negeri maupun swasta. Usia dan semester mereka juga beragam. Bahkan ada yang sudah sarjana.
Program ini menjadi kian menarik karena peserta tidak ditarik biaya asrama dan pembinaan. Yang terpenting adalah peserta memiliki komitmen yang kuat untuk hafal sampai 30 juz dan bersedia untuk mengajarkannya kepada siapa pun di mana pun berada.
Program ini diharapkan bisa menggenjot para penghafal al-Qur’an untuk menjadi muslim intelektual profesional. Dengan memenuhi kualitas itu, para penghafal al-Qur’an bisa menjadi bagian yang paling signifikan dalam kemajuan ummat dan bangsa.
Anda tertarik ikut? Bisa hubungi langsung Dr. Mohammad Nasih 081380746417. Informasi tentang profil lembaga, bisa lihat monashinstitute.or.id.
