Noktah putih telah membelit bilik kalbu
Menjerit-jerit memanggil parasmu
Noktah itu tidak lain beranama rindu
Sakit, menyayat-nyayat bak sembilu
Kini, hanya bisa melepaskan penat-penat rindu itu di tempat beradu
Naluriku membisik
Tepat di antara suara-suara gemeresik
Lamat-lamat punatku menemukan satu titik
Indah dan cantik…
Terlihat rayuan-rayuan manja yang artistik
Di atas hamparan kain yang lusuh
Aku menilik jiwa tertunduk dan bersimpuh
Dengan sumarah, diletakkannya segala yang ada di dalam tubuh
Hidung bangir itu terlihat sempurna mengecup landas terseduh-seduh
Membiarkan berceceran segala keluh
Berharap semua akan luruh
Indah…
Terlampau indah…
Setelah begitu jauh melangkah
Akhirnya tersadar di dalam gelisah
Menuangkan segenap nafsu pikiran yang membuncah
Berharap semua akan berakhir indah
Aku merasa menang meski kau kalahkan
Aku senang biarpun kau campakkan
Karena aku bukan tuhan
Yang setiap kali bisa kau harapkan
Ya, aku memang bukan tuhan
Yang kapanpun bisa kau minta bantuan
Alpa, selama ini telah menyekutukan
Rasanya lebih girang
Mendapatimu menomorsatukannya
Daripada mendapat pandangan pertamamu di awal berjumpa
Hariku lebih berbunga-bunga
Kala menengok kau berdua-duaan denganya
Dibanding perasaan dunia milik kita berdua sebelumnya
Ceria rasanya hidupku
Ketika kau mencuri-curi pandang di balik kaca hitam itu
Semarak rasanya hatiku
Saat memandang persona-persona indah itu lenyap dari instagrammu
Sempurna rasanya jiwaku
Kala melihatmu mengenakan busana yang tampak kebesaran itu
Aku merasa kemenangan ini paripurna
Terakhir, aku teringat pesan Hamka yang (mungkin) tepat untuk kita
Jika engkau belum mempunyai ilmu dan hanya persangkaan
Maka milikilah persangkaan yang baik tentang Tuhan
Begitulah caranya
Jika engkau belum mampu bergerak
Maka merangkaklah kepadanya
Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyu’
Maka tetaplah persembahkan doamu yang kering, munafik, dan tanpa keyakinan
Karena Tuhan dalam rahmat-Nya tetap menerima mata uang kepalsuanmu
Darul Qalam III, 28 Maret 2020
Aku tau kita saling nyaman
Tapi, kita sama-sama tau
Tak baik membangun harapan
Yang tak ada asa di masa depan
Aku bukanya tidak mau berjuang
Aku cuma tak ingin waktu kita terbuang
Toh, kamu juga tau
Saling membantu mewujudkan mimpi di masa depan
Tak perlu saling bergandengan
Atau pun berdampingan
Berbagi cerita dan keluhan
Sudah terasa cukup
Suatu hari nanti, ketika ada seseorang datang
Dan membuatmu lebih nyaman
Aku tak apa kau lupakan
Aku sudah siap. Berbahagialah ….