Persoalan mengenai Kepemimpinan perempuan dalam Islam sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Sebagian besar masyarakat memandang bahwa seorang perempuan yang menjadi pemimpin tidak layak karena mendahului kaum laki-laki, namun di lain pihak juga banyak yang menentang karena permasalahan gender. Masyarakat telah banyak yang mendengar wacana yang terdapat dalam Al-Qur’an bahwa laki-laki adalah pemimpin perempuan.
Di sisi lain seorang ilmuwan yang bernama Plato mengatakan bahwa tidak ada namanya perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan, dari segi kemanusiaan. Apabila kaum perempuan hanya diibaratkan sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus suami dan mendidik anak saja maka, kaum perempuan selalu akan tertindas. Dalam realitas masyarakat bahwa perempuan yang bergerak dalam politik masih kurang. Karena banyak yang beranggapan bahwa seorang perempuan hanya mempunyai wewenang untuk menjadi seorang istri dan mendidik anak-anaknya dirumah.
Budaya patriarki yang menganggap bahwa seorang perempuan itu sangat lemah, tidak bermanfaat dan doktrin ini yang membelenggu sampai saat ini. Persoalan kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting dan strategis, karena sangat menentukan sebuah keluarga, masyarakat, dan bangsa. Budaya seperti itu perlu dihilanhkan dri benak kaum awam.
Ketika para ahli berbicara kepemimpinan,sebenarnya tidak banyak yang mempertegashubungannya dengan jenis kelamin alias bebas gender. Bahkan, dalam sebuah hadis jugadisebutkan “semua dari kamu adalah pemimpin…” (Al-Hadis). Ajaran Islam ini tegas menunjukkan bahwa setiap orang (laki-kai dan perempuan) memiliki hak menduduki posisimanajemen dan keduanya sama-sama dimintai pertanggungjawaban atas posisi yang diduduki. Individu yang mampu memenuhi pertanggungjawaban adalah individu yang memiliki kemampuan membawa kepemimpinannya mencapai tujuan-tujuannya.
Jadi stressing point kepemimpinan adalah kualitas; dan kualitas dapat dimiliki baik oleh laki-laki maupun perempuan. Dalam konteks kelembagaan Luba Chliwniak mendefinisikan pemimpin sebagai individu-individu yang memiliki visi dan makna untuk institusi dan memilikiidealisme yang akan dituju dan dicapai oleh organisasi.Laki-laki dan perempuan bisa sama-sama memiliki visi dan makna untuk lembaga dan idealisme yang akan dituju organisasi.
Patut kita renungkan, kisah Ratu Balqis dalam Al-Qur’an seorang pemimpin perempuan yang di akaui kekuatan dan kearifannya memimpin. Ratu Balqis memang bukanlah seorang Nabi, tetapi kepemimpinannya di abadikan dalam Al-Qur’an sebagai sosok pemimpin yang kuat dan bijak,suka bermusyawarh dan berhasil memakmurkan negerinya. Walupun Al-Qur’an menyebut Ratu Balqis sebagai pemimpin yang mulanya fujur dan kafir, tetapi pada akhirnya Ratu Balqis yang diakui keberhasilannya mempin itu menjadi Ratu yang beriman dibawah pimpinan nabi sualaiman. Sebelum beriman saja Rratu Balqis mampu memeimpin dan memakmurkan negerinya apalagi setelah beriman bersama Nabi Sulaimaman.
Jadi sangat ironis, jika ada pandangan yang mengharamkan perempuan jadi pemimpin padahal Al-Qur’an sendiri menyebut Ratu Balqis sebagai pemimpin yang kuat dan memakmurkan rakyatnya. Mustahil Allah mewahyukan kisah itu sebagi yang patut diteladani bagi umat-umat di kemudian seandainya Dia menharamkan perempuan memimpin. Hal ini menjadi jelas bahwa perempuan itu layak memimpin.
Di era globalisasi seperti saat ini kita harus tahu bahwa perempuan merupakan mitra yang sejajar dengan kaum pria dan juga telah mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional dan peningkatan kesejahteraan keluarga khususnya. Berkat adanya emansipasi dan perjuangan kaum wanita yang telah dirintis oleh beberapa tokoh wanita seperti R.A Kartini, Dewi Sartika, Cut Nyak Dien dan sebagainya, membuat wanita tidak dipandang hanya mempunyai tugas dan kewajiban mengurus kepentingan di dalam lingkungan rumah tangga, yang tidak perlu bekerja secara profesional di luar tugas tersebut.
Namun, mempunyai kewajiban serta kesempatan yang sama dengan kaum pria dalam pembangunan di segala bidang. Perubahan ini telah memberi kesempatan baik bagi wanita, tidak saja dalam hal untuk memperoleh kesempatan dan hak yang sama dengan pria, seperti dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, tetapi juga kesamaan dalam kesempatan untuk memimpin di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Peranan wanita tidak saja untuk dipimpin, tetapi juga untuk memimpin.
Memimpin berarti mampu untuk mengerakkan dan mempengaruhi orang lain dan erat hubungannya dengan kepribadian dan teladan. Lalu, “mampukah wanita memimpin”? Maka jawabannya adalah mengapa tidak. Pada hakikatnya tiap-tiap wanita adalah seorang pemimpin dan melakukan kepemimpinannya dalam lingkungan masing-masing, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan dalam masyarakat. Dalam berpartisipasi pada pembangunan masyarakat, wanita perlu membekali diri dengan semangat juang, meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kepemimpinan agar dapat menggali dan menggerakkan sumber daya masyarakat sebagai potensi masyarakat.
Kesamaan dalam kesempatan untuk memimpin di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara membuat wanita Indonesia perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan diikuti perubahan sikap positif, agar mampu menerima, memahami dan akhirnya melaksanakan pembangunan nasional sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang dituntut oleh kemajuan zaman. Sehingga, kaum wanita dapat selalu menegakkan tonggak keterlibatannya dalam berbagai lapangan kehidupan manusia Dengan demikian, kaum wanita mampu mengikuti derap langkah dan lajunya pembangunan nasional seirama dengan kaum pria sebagai mitra sejajarnya tanpa meninggalkan harkat, martabat, dan kodratnya sebagai wanita.
Pemimpin perempuan dan pemimpin-pemimpin masa depan harus tidak didekte oleh apa yang dianggap norma dalam masyarakat, yaitu kepemimpinan laki-laki. Perempuan tidak bisa lagi sekedar berada diluar garis mengharap dikenal karena bekerja dengan baik.Perempuan harus kokoh dalam menyuarakangagasan, penelitian, dan mengharap diperlakukan secara adil. Pesan yang harus dikumandangkan adalah tidak ada pemimpin perempuan, yang ada adalah hanya pemimpin, yaitu pemimpin yang siap untuk efektif dalam posisi apapun.
Respon (1)