Oleh: Khoirunnisa, Peserta LKK HMI Cabang Bogor 2024 asal Cabang Banjar
Pertengkaran dalam pernikahan adalah hal yang wajar terjadi. Namun, bagi pasangan yang sudah memiliki anak, penting untuk tidak memperlihatkan konflik di depan mereka. Anak yang melihat orang tuanya bertengkar, terutama dengan kekerasan fisik, dapat mengalami dampak psikologis yang serius, yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Dampak Psikologis Pertengkaran Orang Tua pada Anak
Pertama, anak dapat mengalami trauma terhadap hubungan. Melihat kedua orang tuanya bertengkar, apalagi disertai kekerasan, akan membuat anak kehilangan kepercayaan pada hubungan. Rumah yang seharusnya menjadi tempat aman berubah menjadi sumber stres. Anak kecil yang tidak berdaya hanya bisa diam dan menyimpan luka batin, sementara anak yang lebih dewasa cenderung menjauh dari rumah.
Kedua, terjadi perubahan sikap pada anak. Anak yang tadinya ceria bisa berubah menjadi pendiam atau pemurung. Mereka sering merasa bahwa merekalah penyebab pertengkaran orang tua, yang membuat mereka menutup diri dari lingkungan sekitar.
Ketiga, anak kehilangan rasa aman. Rumah tidak lagi menjadi tempat yang nyaman untuk pulang, melainkan menjadi sumber kecemasan karena pertengkaran yang terus terjadi. Akibatnya, anak merasa tidak memiliki tempat berlindung yang memberikan rasa tenang.
Keempat, kualitas hubungan anak dan orang tua dapat menurun. Konflik yang terus terjadi membuat orang tua kurang memperhatikan anaknya. Akibatnya, anak merasa diabaikan, tidak dicintai, dan kehilangan kedekatan emosional dengan orang tua.
Kelima, anak menjadi sulit mengatur emosi. Penelitian yang diterbitkan oleh Child Development menunjukkan bahwa tingkat stres yang tinggi pada anak akibat pertengkaran orang tua dapat mengganggu fungsi kognitif otak. Anak yang terus-menerus berada dalam lingkungan penuh konflik akan kesulitan mengelola perasaan dan emosinya.
Data Perceraian di Indonesia
Berdasarkan data BPS tahun 2023, tercatat 408.347 kasus perceraian di Indonesia. Sebanyak 251.000 pasangan bercerai karena pertengkaran, sementara lebih dari 100.000 kasus lainnya disebabkan oleh masalah ekonomi. Angka ini menunjukkan pentingnya kesiapan mental dan fisik dalam membangun rumah tangga.
Persiapan Sebelum Menikah
Pertama, pasangan perlu mempersiapkan keuangan dengan matang. Masalah ekonomi adalah salah satu penyebab utama perceraian. Diskusikan anggaran pernikahan, biaya hidup setelah menikah, serta rencana keuangan jangka panjang secara terbuka agar konflik dapat diminimalkan.
Kedua, pemahaman tentang pernikahan sangat penting. Pasangan perlu mengetahui hak dan kewajiban masing-masing, termasuk peran sosial, ekonomi, dan emosional dalam kehidupan pernikahan. Pemahaman ini membantu menciptakan hubungan yang kuat dan saling mendukung.
Ketiga, pasangan disarankan melakukan pemeriksaan kesehatan bersama sebelum menikah. Langkah ini penting untuk memastikan kesiapan fisik dan mental pasangan. Pemeriksaan ini meliputi cek kesuburan, organ reproduksi, serta potensi penyakit menular. Selain itu, pemeriksaan ini juga mendukung perencanaan program kehamilan yang lebih baik.
Pernikahan adalah perjalanan hidup yang diharapkan hanya sekali seumur hidup. Oleh karena itu, persiapan yang matang sangat penting untuk menciptakan rumah tangga yang harmonis. Dengan menghindari konflik di depan anak dan mempersiapkan pernikahan dengan baik, pasangan dapat menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang, aman, dan mendukung tumbuh kembang anak. Jangan biarkan anak menjadi korban dari ketidaksiapan pernikahan yang akhirnya berujung perceraian.