Belakangan ini, istilah trend healing semakin marak terdengar, terutama di kalangan anak muda yang memanfaatkan kegiatan ini sebagai cara untuk menjaga kesehatan mental mereka. Fenomena trend healing mencakup berbagai aktivitas yang dianggap dapat mengurangi stres dan memberikan ketenangan, mulai dari berlibur, menghabiskan waktu di wisata alam terbuka, hingga melakukan self-care sederhana. Namun, sekarang mulai muncul pertanyaan, apakah tren healing ini benar-benar memberi solusi kesehatan mental atau hanya sekadar gaya hidup yang ikut-ikutan?
Yuk mari kita simak untuk selengkapnya.
Healing dalam psikologi mengacu pada proses pemulihan dari gangguan mental, luka emosional, atau trauma fisik dan batin. Proses ini bertujuan untuk mencapai kedamaian batin, mengurangi stres, dan memperbaiki kesejahteraan mental seseorang.
Aktivitas healing yang sebenarnya yaitu digunakan sebagai cara untuk menenangkan diri dan mengatasi beban atau masalah pribadi yang mungkin mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Beberapa metode yang umum digunakan dalam proses healing antara lain:
- Meditasi : membantu meningkatkan fokus, ketenangan, dan kedamaian batin.
- Journaling : menulis perasaan , pemikiran, dan pengalaman dapat membantu pemahaman diridan meredakan beban emosional.
- Berolahraga : aktivitas fisik secara teratus, seperti berjalan kaki, bersepeda, lari, yoga, gym, dan lain-lain dapat meningkatkan mood dan Kesehatan fisik secara keseluruhan.
- Berdamai dengan keadaan : menerima keadaan tanpa perlawanan dapat membantu melepaskan beban emosional.
- Beribadah : mendekatkan diri dengan memperbanyak beribadah tentu saja bisa menjadi solusi atas segala permasalahan.
Jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, healing dapat menjadi solusi yang efektif dalam menjaga kesehatan mental dan menurunkan tingkat stres serta kecemasan. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa aktivitas reflektif seperti meditasi dan mengambil waktu istirahat dari rutinitas sehari-hari mampu memberikan efek positif bagi kesehatan mental.
Namun, sekarang ini kata Healing mengalami pergeseran makna menjadi liburan, travelling atau jalan-jalan. Staycations, nongkrong, dan lain sebagainya. Seiring popularitas healing yang terus meningkat, terutama di media sosial, terdapat kekhawatiran bahwa makna asli healing mulai bergeser. Banyak orang yang melakukan aktivitas healing lebih karena ingin tampil menarik di media sosial, bukan karena alasan kesehatan mental. Potret healing yang beredar di media sosial sering kali terlihat glamor, dan justru mendorong sebagian orang untuk merasa tertekan atau “terpaksa” ikut-ikutan agar tidak dianggap ketinggalan tren. Pada akhirnya, healing tak lagi menjadi kebutuhan pribadi, tetapi bagian dari pencitraan untuk meraih pengakuan sosial.
Fenomena healing memang menarik perhatian, baik sebagai solusi kesehatan mental maupun sekadar tren gaya hidup. Di satu sisi, healing dapat menjadi sarana penting bagi mereka yang ingin mengelola kesehatan mental dengan lebih baik. Di sisi lain, apabila dilakukan sekadar untuk mengikuti tren, manfaatnya mungkin tidak akan terasa dan justru bisa menimbulkan tekanan sosial baru. Healing bisa menjadi solusi yang bermanfaat, asalkan dilakukan dengan niat yang tulus dan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan mental masing-masing individu.
Oleh: Fifi Aulia Rani, mahasiswa UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan.