Muhasabah menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang, di dalam kita merenung apakah terfikirkan bahwa Allah telah memberikan banyak kenikmatan yang patut untuk disyukuri. Hal ini membutuhkan kekuatan iman dalam mensyukuri nikmat-nikmat Allah, karena sesungguhnya seringkali kita lalai atas nikmat-nkmat tersebut. Allah telah memberikan nikmat tujuannya adalah agar semakin dekat kepada Sang Pencipta, namun sebaliknya justru semakin jauh kepada Allah.
Kenikmatan yang kita rasakan saat ini di antara kenikamatan yang lain adalah nikmat makanan, pakaian, tempat tinggal, kendaraan dan terutama nikmat berhubungan dengan manusia melalui alat komunikasi berupa handphone serta teknologi canggih lainnya. Namun, kita lalai dan terbuai dengan semua itu, kita disibukan dan intensitas membaca whatsapp, facebook lebih banyak daripada membaca Al Qur’an dan mengingat Allah. Bukankah nikmat yang Allah berikan harus disyukuri, bukan sebaliknya kita kufur atas nikmatNYA.
Janganlah seperti si Qorun yang keluar dari kaumnya karena sombong atas hartanya, ia menganggap kekayaannya diperoleh atas jerih payahnya tanpa melibatkan Allah yang telah memberikan kenikmatan tersebut dan akhirnya mendapatkan azab. Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Ibrahim Ayat 7 yang artinya: “….Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” dan sesungguhnya Allah memuji hamba-hamba yang pandai bersyukur, akan tetapi orang-orang yang demikian sangatlah sedikit, hal ini tertuang juga dalam firman Allah Surat Saba Ayat 13, artinya: “…Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.”
Bagaimana kita mensyukuri atas nikmat Allah yang telah diberikan, Al Imam Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa syukur itu memiliki 3 (tiga) rukun, yaitu: Pertama, Mengakui dalam hati bahwa nikmat yang kita miliki adalah pemberian dari Allah. Bukan sebaliknya ujub dengan menganggap kenikmatannya diperoleh dari kecerdasannya, keterampilannya dan jerih payahnya dalam usaha sehingga tidak menisbatkan itu kepada Allah. Maka hamba yang mengakui bahwa nikmat ini dari Allah, termasuk orang yang bersyukur.
Kedua, Mengucapkan dengan lisannya puji dan syukur kepada Allah. Karena kita yakin dan tahu bahwa Allah lah satu-satunya yang telah memberikan nikmat kepada kita, bukan pimpinan, atasan bahkan majikan yang memberikan rizqi tapi Allah, maka pujilah Allah atas seluruh nikmat yang telah kita dapatkan.
Ketiga, Mepergunakan nikmat-nikmat tersebut untuk lebih meningkatkan dan mendekatkan diri kepada Allah. Seperti panca indra yang merupakan nikmat terbesar, kita gunakan sebaik-baiknya, mata untuk melihat sesuatu yang diridloi Allah, telinga digunakan untuk mendengar apa yang dicintai Allah, hati digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah dan akal kita gunakan untuk memahami firman Allah. Jika itu semua kita gunakan untuk sebaik-baik dan sebesar-besarnya dalam ketaatan dan kebaikan yang diridloi Allah, maka sesungguhnya telah mensyukuri nikmat Allah Swt.
Rasulullah Muhammad telah memberikan teladan, beliau yang telah dijamin oleh Allah masuk surga, diampuni dosa yang lalu dan dosa yang akan datang, apakah beliau tebuai dengan janji Allah tersebut ? ternyata tidak, buktinya ketika Rasulullah menjalankan shalat malam, beliau perpanjang shalatnya sampai-sampai kakinya bengkak, perbuatan tersebut diketahui istrinya Aisyah, kemudia ditanya, “Kenapa engkau lakukan itu ya Rasulullah? Maka Rasulullah bersabda “Wahai Aisyah, bukankan semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur ?” (HR.Bukhari dan Muslim).
Begitu juga para sahabat yang telah dijamin surga, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Mereka semua justru semakin mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan kita, tidak ada jaminan masuk surga, amal belum tentu diterima, tapi Allah memberikan nikmat yang besar, jika tidak disyukuri dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah, maka kita telah berbuat dholim terhadap diri sendiri atau kufur nikmat.
Hamba yang bersyukur tidak akan tertipu dengan banyaknya amal. Karena telah sadar bahwa amal yang telah disumbangkan belum tentu diterima disisi Allah dan kita tidak tahu seberapa amal jumlah yang diterima Allah.
Oleh karena itu, mensyukuri dan mempergunakan nikmat Allah dengan sebaik-baiknya merupakan bentuk kecintaan terhadap Allah dan semoga kita dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara menginfakan apabila diberi kenikmatan harta, guna mendapatkan keutamaan yang besar dari Allah, sesuai dengan firmanNYA dalam Al Qur’an Surat Ali Imran Ayat 92, artinya: “Kalian tidak akan sampai kepada kebajikan, sampai kalian menginfakkan apa yang kalian cintai…”. Semoga kita menjadi hamba yang bertaqwa yang tidak lalai atas nikmat yang telah kita nikmati.