Menemukan Tujuan dan Motivasi Menulis

*Oleh: Muhammad Aufal Fresky

Rasa-rasanya setiap penulis memiliki dorongan atau motivasi tersendiri dalam menekuni dunia tulis menulis. Dorongan tersebut yang menggerakkan kita untuk terus-terusan menghasilkan karya.

Tanpa adanya tujuan dan motivasi yang jelas, kita mudah terombang-ambing keadaan dan mood yang sewaktu-waktu naik turun. Semisal, ada yang memang getol menulis karena terdesak secara ekonomi. Ya, keadaan finansial lah yang menjadi bahan bakar baginya untuk konsisten menulis.

Tentu tiada lain tiada bukan hanya untuk membuat asap dapur terus mengepul. Meskipun, realitasnya di negeri ini iklim kepenulisan masih belum menjanjikan kesejahteraan yang cukup bagi setiap penulis. Belum lagi persoalan plagiarisme yang menjadi ancaman nyata bagi dunia penulisan dan penerbitan di Tanah Air.

Di tengah kondisi semacam ini, setiap penulis ditantang untuk terus istikamah menghasilkan tulisan-tulisan yang bermutu. Meskipun kadang, tidak dihargai. Dalam hal ini, niat dan motivasi akan menjadi pembeda setiap penulis.

Sudah saatnya, kita, yang masih mau merangkak, atau yang sudah berjalan cepat, di dunia kepenulisan, memantapkan kembali, apa sebenarnya tujuan dan maksud kita menulis.

Apa hanya iseng-iseng mengis waktu luang? Atau hanya ingin mendapatkan popularitas yang sifatnya temporal itu? Atau menjadikan aktivitas menulis sebagai profesi profesional yang memang menghasilkan uang.

Tapi percayalah, jika uang dan kemasyhuran yang menjadi tujuan utamanya, maka bersiap-siaplah untuk mendulang kekecewaan. Sebab, banyak media massa yang tidak memberikan honorarium bagi penulis/kontributor. Tidak sedikit penerbit yang royaltinya itu sangat minim. Belum lagi kalau buku kita tidak laku di pasaran.

Risiko semacam itu akan dihadapi. Apalagi, oleh kita-kita yang memang baru berkarir di bidang kepenulisan..

Selanjutnya, motivasi apa yang seharusnya dimiliki oleh setiap penulis? Baiklah, saya akan mencoba berbagi melalui catatan ini. Sebelas tahun saya terjun di bidang tulis menulis, selama itu pula saya kadang dihargai, kadang tidak. Sudah tak terhitung tulisan yang saya hasilkan yang di-publish secara cuma-cuma.

Sepeser pun tidak ada yang masuk ke kantong atau rekening saya. Jika dari awal saya memantapkan diri menulis karena ingin kaya atau uang, mungkin sejak tahun 2014 silam, saya sudah berhenti berkarya. Tapi, entah kenapa, sampai saat ini, semacam ada kepuasan tersendiri ketika saya merampungkan tulisan. Entah itu dibayar atau tidak. Entah itu diterbitkan oleh media massa atau tidak. Saya menikmati betul prosesnya.

Apalagi, setiap tulisan yang saya hasilkan yang tidak diterbitkan media massa, bisa saya upload di blog pribadi saya. Artinya banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk menyebarluaskan tulisan-tulisan kita tanpa harus bergantung pada keputusan Redaktur media massa.

Lega dan puas. Begitulah yang saya rasakan manakala tulisan telah diselesaikan. Saya sendiri masih setia di jalur jurnalisme sebab ingin sedikit berkontribusi untuk agama, nusa, dan bangsa. Lewat-lewat tulisan yang saya hasilkan, saya bertujuan untuk sedikit mencerahkan dan mencerdaskan publik. Khususnya lagi, mencerdaskan dan mencerahkan diri saya pribadi selaku penulis.

Sebab, dengan menulis saya bisa menjadi pembelajar seumur hidup. Bisa menelaah dan mengkaji beragam hal di dunia ini. Lewat menulis, saya bisa mengembangkan diri tanpa terikat ruang dan waktu. Tanpa harus duduk terpaku di ruang-ruang kelas.

Artinya, dengan menulis saya bisa mempertajam ingatan, merawat nalar kritis, dan tentunya membangun karakter bangsa. Hal-hal semacam itulah yang membuat saya terus bergairah dan bersemanat untuk menelurkan karya.

Memang, tidak ada salahnya menulis untuk honorarium dan royalti. Hanya saja, hemat saya, jangan sampai itu dijadikan satu-satunya tujuan. Apalagi dijadikan tujuan utama untuk berkarya. Jika demikian, produktivitas kita dalam berkarya akan bergantung pada materi atau hal-hal eksternal yang sifatnya itu nisbi.

Padahal, spirit menulis kita akan terus hidup dan menyala manakala kita mencoba menggali dan menemukan tujuan yang lebih hakiki. Tujuan yang tidak terikat oleh waktu. Tujuan yang bisa membawa kebahagiaan bagi jiwa kita. Tujuan yang bahkan bisa menjadi bekal bagi kita menuju alam akhirat.

Sebab, lewat ilmu, pengetahuan, kebijaksanaan, dan pengalaman hidup yang kita bagikan lewat tulisan, bisa menjadi ladang amal bagi kita.

Seperti yang pernah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi sesamanya. Sebab itulah, lewat sebuah karangan, kita bisa menjadi manusia yang berguna bagi sekeliling kita.

Tulisan yang bisa mencerahkan orang lain, bisa membuat orang lain lebih beradab, akan jadi ladang pahala bagi kita. Bahkan, sampai kita meninggal dunia, pahala tersebut akan terus mengalir. Bayangkan saja, jika tidak hanya satu dua orang yang merasakan manfaat sebab membaca tulisan kita.

Semisal, ada ribuan atau bahkan ratusan ribu orang tercerahkan. Tentu akan menambah saldo tabungan amal kita. Menarik bukan?

Jadi, mari mulai saat ini, temukan niat, motivasi, dan tujuan kita menulis. Kita harus memiliki visi besar dan misi yang jelas dan terarah dalam menulis.

Jangan batasi produktivitas kita dalam menulis hanya karena tidak dihargai. Semisal, tidak mendapatkan pujian atau uang dengan jumlah tertentu. Percayalah, penulis sejati memiiki semangat yang berapi-api untuk senantiasa berkarya dan bermanfaat bagi publik.

Dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang. Begitulah prinsip penulis sejati. Dia akan selalu fokus pada tujuan utamanya yaitu menjadi pribadi yang membawa kebaikan dan kebermanfaatan kepada sebanyak-banyaknya orang.

Langkahnya tidak berhenti hanya karena cuan. Motivasinya jelas, yaitu ingin mendharmabaktikan dirinya untuk masyarakat lewat karya-karyanya. Dia ingin menadi pelita dan kompas lewat tuisan-tulisannya. Ayo, segera temukan motivasi dan tujuan kita menulis. Mantapkan sejak saat ini.

*) Penulis buku Empat Titik Lima Dimensi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *