Membahas soal perempuan memang tiada habisnya, belum lagi berbagai macam hukum dan aturan yang meliputinya. Bahkan banyak sekali buku-buku yang membahas soal wanita, seakan mereka adalah barang berharga yang harus di jaga dengan baik. Namun, tidak sedikit dari perempuan yang justru menganggap kemuliaan ini sebagai kekangan belaka, yang membatasi kebebasan dalam kehidupan pribadi dan sosial. Sebut saja fenomena yang terjadi di pada wanita Arab Saudi.
Mulai tahun lalu mereka menuntut kebebasan dalam hal berpakaian. Karena selama ini, mereka diwajibkan untuk memakai abaya dalam kehidupan sehari-hari (Gamis longgar yang menutupi seluruh tubuh dan wajib dipakai oleh seluruh perempuan Arab Saudi, demi memenuhi norma kesusilaan lokal).
Peraturan ini tidak hanya berlaku bagi muslimah saja, melainkan merata bagi seluruh perempuan Arab Saudi, apapun agama mereka. Lewat tagar #Abaya_InsideOut, wanita Arab Saudi menyuarakan protes mereka terhadap peraturan tersebut. Bahkan, banyak dia antara mereka mengunggah foto pada akun tersebut tanpa hijab ataupun abaya.
Sebagian perempuan beranggapan bahwa ketika seseorang memutuskan berhijab, ia harus siap berubah menjadi pribadi yang sempurna tanpa cacat. Tidak heran banyak yang enggan mengenakan hijab dengan alasan belun sepenuhnya siap menjalankan tujuan tersebut. Pemahaman ini hendaknya perlu diluruskan, karena berhijab memang bukanlah jaminan baiknya akhlak seorang perempuan.
Tetapi, dengan berhijab secara otomatis dosa kita ikut berkurang, minimal telah menggugurkan kewajiban dalam menutup aurat. Perlu diingat bahwa, hijab bukan hanya sekedar identitas sebagai seorang muslimah belaka, melainkan sebagai tabir perlindungan dari Allah, kepada perempuan guna menjaga keindahan dan kehormatan mereka.
Ingatlah bagaimana penderitaan wanita zaman jahiliyah, dimana wanita dianggap hina. Setiap bayi perempuan yang lahir kala itu, dianggap sebagai hari lahirnya sebuah aib besar yang patut dilenyapkan. Entah sudah berapa nyawa bayi perempuan yang dikubur secara hidup-hidup kala itu. Tidak jauh berbeda dengan kaum jahiliyah Arab, dahulu di Yunani perempuan dijadikan sebagai salahsatu sajian penghormatan guna dikorbankan pada sesembahan mereka.
Kemudian, datanglah islam, rahmatan lil ‘aalamiin mengubah asumsi dan perspektif konyol tersebut. Bagaikan hujan yang turun saat kemarau panjang, islam seakan membawa harapan baru bagi perempuan denagn cara yang begitu mulia. Islam menjunjung tinggi derajat wanita, menghormati hak-hak mereka hingga suatu hadits menyebutkan wanita (ibu) tiga kali berturut-turut untuk dihormati.
Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai keindahan. Bahkan, Rasulullah menyebutkan bahwa sebaik-baik perhiasan ialah wanita. Seperti yang kita tau, perhiasan merupakan hal berharga yang selayaknya dijaga dengan baik. Namun, sangat disayangkan keindahan tersebut dianggap semakin sempurna bila dipamerkan, sehingga banyak mata yang turut menikmati keindahan tersebut.
Semakin banyak pujian yang didapat, semakin besar rasa bangga perempuan terhadap keindahan yang ia miliki. Setiap jengkal tubuh perempuan,memiliki daya tarik tersendiri. Namun, sesungguhnya ia tidak ubahnya mutiara, dia memang indah namun semakin banyak ia disentuh maka semakin pudar keindahannya.
Begitu pula wanita, keindahan yang ada padanya hendaknya dijaga dengan sebaik-baiknya secara jasmani dan rohani. Keindahan tubuhnya dibalut dengan pakaian syar’i, kilau cantik rambutnya ditutup oleh hijab, akhlaq nya dijaga dengan iman dan taqwa. Sungguh beruntung bagi perempuan yang mampu menjaga keindahannya dari gemerlap pujian dunia, untuk nantinya diserahkan pada suaminya kelak.
.