Istimewa

Pada penghujun 2019, dunia dikejutkan dengan keberadaan virus kecil dengan ukuran 150 nanometer yang berasal dari negeri “Tirai Bambu”. Banyak argumen yang muncul di tengah kehidupan masyarakat mengenai asal muasal virus ini. Ada yang menyatakan virus ini bersumber dari hewan yang menjadi makanan kesukaan penduduk Wuhan, China. Selain itu, Maulana Syekh Yusri Rusydi pernah menyampaikan bahwa Virus Corona yang melanda dunia adalah sebab perbuatan orang yang jahat yang ingin menguasai perdagangan. Masih banyak lagi berbagai pandangan yang menyatakan asal mula virus ini.

Penyebaran virus Corona telah menjadi trending topic di berbagai media massa beberapa pekan terakhir ini. masalah ini tidak lagi menjadi masalah di negeri China dan sekitarnya saja, akan tetapi telah merebak ke seluruh penjuru dunia. Terjadinya penyebaran COVID-19 secara global membuat masyarakat khawatir dan panik. Hal ini dikarenakan virus Corona ini merupakan jenis virus yang sangat mudah menular ke orang lain walaupun tidak dapat menyebar melalui udara. Hanya dengan bersalaman atau berbicara dengan penderita saja seseorang dapat berpotensi terpapar virus ini.

Virus yang berukuran nanometer ini mampu mengubah keadaan sosial, ekonomi, budaya dan berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat yang mendunia, terutama dalam aspek ekonomi. Beberapa destinasi wisata dunia ditutup, pemberangkatan beberapa maskapai penerbangan dibatalkan bahkan sampai berdampak pada lemahnya perekonomian masyarakat kecil. Hal ini merupakan masalah serius yang sedang mengguncang dunia. Selain itu, masalah pendidikan yang kurang intensif juga terjadi di beberapa daerah terutama di Indonesia yang belum terbiasa menggunakan teknologi dalam lingkup pendidikan.

Baca Juga  URGENSI PEMBENTUKAN PENGADILAN AGRARIA

Virus yang disinyalir berasal dari China ini merupakan bentuk kekuasaan Allah yang membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah walaupun telah diberikan berbagai kekuasaan dan ilmu pengetahuan yang sangat banyak. Akan tetapi, menurut ukuran Allah, pengetahuan itu sangat sedikit layaknya satu tetes air di lautan yang luas bahkan lebih sedikit dari itu. Manusia tidak dapat melawan kehendak Allah walaupun harus mengeluarkan harta yang melimpah. Dengan hanya dengan mendatangkan makhluk kecil saja, manusia terlihat sangat lemah.

Namun, hal tersebut tidak serta merta Allah jadikan untuk menghinakan manusia dan bertujuan agar manusia sengsara. Apapun yang Allah ciptakan pasti memiliki manfaat walaupun hanya seekor nyamuk yang Allah jadikan perumpamaan dalam kalam-Nya (1:26). Jika kita berkaca dengan kacamata positif,‘ibrah dari kehadiran makhluk kecil ini sangat banyak sekali bagi manusia, terutama agar manusia sadar bahwa kembali kepada Allah merupakan salah satu jalan yang paling tepat, walaupun harus melalui banyak cara yang disampaikan oleh berbagai pihak guna menanggulangi wabah virus ini.

Selain itu, kehadiran Corona juga dapat menjadikan keluarga menyatu kembali setelah sibuk dengan aktivitas masing-masing, membubarkan tempat-tempat kemaksiatan yang sering didatangi banyak orang, melawan para diktator dunia yang selama ini mengaku paling hebat, membungkam kesombongan negara yang mengangap mereka paling hebat dan tak terkalahkan, serta masih banyak lagi hikmah yang dapat kita petik dari peristiwa ini.

Setelah berusaha secara optimal guna mencegah dan menggulangi virus ini, manusia sebagai hamba Allah, alangkah baiknya bertawakkal kepada-Nya dan memohon dilindungi dari berbagai bencana dan diberikan kemudahan serta ketabahan dalam rangka meningkatkan ketakwaan yang bermuara kepada ridha-Nya. Kita selalu mengharapkan agar wabah ini segera berakhir, mengingat korban yang berjatuhan semakin hari semakin meningkat. Namun, apa yang harus kita lakukan menghadapi masa-masa sulit ini? mengisolasi diri merupakan hal yang utama dan gencar disosialisasikan oleh pemerintah.

Baca Juga  Stop Nikah Beda Agama!

Pada masa isolasi diri ini alangkah baiknya kita isi dengan hal yang bermanfaat dan justru mendapat ridha Allah. Salah satu langkah kita dalam mengisi masa Corona adalah dengan qoro’na yang bermakna dalam bahasa Indonesia “kita membaca”. Corona dan qoro’na merupakan dua kata yang memilki makna yang sangat berbeda. Namun, selama adanya penyebaran virus ini, qoro’na bisa dijadikan sebagai salah satu cara mengisi waktu kita agar tidak ada kata merugi.

Membaca dalam konteks ini adalah membaca firman Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW serta memahami maknanya. Dengan membaca serta memahami maknanya, diharapakan hati kita bisa menjadi lebih tertata saat menghadapi masa sulit yang tengah kita hadapi saat ini. Selain mendapat pahala, membaca al-Qur’an juga dapat menyembuhkan kita dari berbagai penyakit, sesuai dengan nama lain al-Quran, yaitu asy-Syifa yang artinya sebagai obat penawar, baik penawar dari penyakit  fisik maupun psikis. Dalam hal ini, Allah menjelaskan dalam surah al-Isra’ayat 82:

وننَزِّلُ مِنَ القرآنِ مَا هُوَ شفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ، وَلاَ يَزيْدُ الظالِمِيْنَ إلاَّ خَساراً

“Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” 

Al-Qur’an yang merupakan kalam Allah yang masih terjaga keasliannya memberikan ketenangan tersendiri bagi pembacanya, apalagi bagi pembaca yang memiliki kecintaan tinggi terhadapnya. Alangkah baiknya bagi kita untuk melakukan pentadabburan al-Qur’an secara kaffah, yaitu memahami isi kandungan al-Qur’an serta mempraktikkan apa yang termaktub di dalam kitab komprehensif ini. Semoga masa-masa lockdown ini menjadikan kita lebih dekat kepada-Nya dengan memahami dan mengamalkan isi kalam-Nya serta menjadikan kita semakin dekat kepada-Nya serta Allah angkat wabah ini secepatnya. Aamiin ya Rabb al-alamin.

 

Romadiah
Ketua Umum BPL HMI Cabang Semarang, Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang

    Corona dan Belajar Tanpa Tatap Muka

    Previous article

    Tokoh Pembangun yang Ulung

    Next article

    You may also like

    Comments

    Ruang Diskusi

    More in Gagasan