Dalam sebuah negara dimana setiap kalender menunjukkan 28 Oktober akan diperingati sebagai hari sumpah pemuda.
Begitu setiap tahunnya, hingga yang merasa merayakan sendiri pun lupa sejarah dibalik Sumpah Pemuda. Sibuk merayakan, sibuk menunjukkan kepada lingkaran sosial medianya bahwa dia ikut meramaikan apa yang disebut “Hari Sumpah Pemuda”
Berbeda Zaman, Berbeda Tantangan tapi Tak Ada yang Tersadar.
Jika dulu, pada masanya arus informasi masih belum sederas sekarang, maka masyarakat sibuk mencari informasi, tantangannya ada pada cara untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya untuk memenangkan kompetisi persaingan, minimalnya.
Maka sekarang, pada masanya arus informasi tak terbendung, tantangannya ada pada “pemilihan dan pemilihan” informasi mana yang valid, yang baik untuk digunakan, sekali lagi untuk memenangkan kompetisi minimalnya.
Sekarang sulit sekali membedakan mana informasi yang benar dan salah, informasi yang objekstif serta informasi yang subjektif.
Maka tuntutan pemuda jaman dulu yang harus pandai mencari informasi bergeser ke arah pemuda yang pandai menyaring, memilih dan memilah informasi yang datang.
Ketika tuntutan itu tak terlaksana, tak terpenuhi persyaratannya, maka jangan heran akan muncul banyak generasi yang terombang-ambing dalam derasnya arus informasi yang datang kepadanya (istilah keren jaman sekarang “generasi micin”) yang suka memprovokasi dan mudah terprovokasi, berani tampil garang ngomong kasar, berlaku preman didunia maya, tapi tak lebih dari remahan rengginang didunia nyata. Bermental lembek dan tak berani menampakkan dirinya yang sebenarnya.
Setiap zaman memiliki tantangannya sendiri, maka setiap pemuda pada zamannya musti peka terhadap tantangan yang ada dihadapannya.
Oleh : Tim Redaksi Baladena.id